Diplomat Rusia Akui Jalan Menuju Mata Uang BRICS Berat dan Sulit
Minggu, 10 September 2023 - 09:16 WIB
JAKARTA - BRICS , kelompok negara-negara berkembang, yang saat ini mencakup Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan, tengah mengevaluasi pembentukan mata uang bersama. Namun, proses pembentukan mata uang pesaing dolar AS dan euro tersebut diakui panjang dan sulit.
"Mata uang tunggal adalah sesuatu yang mungkin akan muncul di masa depan, namun jalan menuju ke sana lambat dan sulit. Saya yakin kita akan tetap mencapainya, karena Anda tidak bisa terikat pada satu hal, Anda perlu melakukan diversifikasi terus-menerus," ungkap Kepala Departemen Kerja Sama Ekonomi di Kementerian Luar Negeri Rusia Dmitry Birichevsky seperti dikutip dari Russia Today, Minggu (10/9/2023).
Inisiatif BRICS membentuk mata uang bersama tersebut muncul akibat kebijakan ekonomi yang dipimpin Amerika Serikat (AS). Negara-negara BRICS mencari kemungkinan menciptakan mata uang mereka sendiri dan mencari alternatif selain lembaga keuangan berbasis dolar.
Proses dedolarisasi yang telah dimulai pun membantu negara-negara BRICS bergerak menuju mata uang tunggal tersebut. Birichevsky berharap bahwa perdagangan mata uang nasional akan disebutkan dalam deklarasi akhir KTT G20 mendatang di India. "Kami berharap topik sistem moneter dan keuangan global, serta masalah penyelesaian mata uang nasional, dan peran negara berkembang secara umum akan dibahas secara rinci," tuturnya.
Pada pertemuan puncak BRICS baru-baru ini di Johannesburg, sejumlah ekonom, termasuk mantan eksekutif IMF, mengatakan bahwa sistem moneter internasional yang berdasarkan dolar menjadi semakin disfungsional. Pasalnya, sistem tersebut dinilai tidak lagi memenuhi kebutuhan negara-negara berkembang dalam multipolaritas yang sedang berkembang di dunia.
Bagi sebagian ekonom, gagasan mata uang BRICS sebagai pesaing dolar AS masih dipandangsebelah mata. Bahkan, ekonom veteran Jim O'Neill - orang yang menciptakan dan mempopulerkan istilah BRIC ketika dia bekerja di Goldman Sachs pada tahun 2001, menyebut gagasan tersebut konyol.
"Ini hanya konyol," katanya kepada Financial Times, Selasa (15/8), seperti dikutip Fortune.com. "Mereka akan membuat bank sentral BRICS? Bagaimana Anda melakukannya? Ini (bahkan) hampir memalukan," cetusnya.
O'Neill yang kini menjabat sebagai penasihat senior di think tank Chatham House yang berbasis di Inggris mengingatkan bahwa kelompok negara tersebut "tidak pernah mencapai apa pun sejak mereka pertama kali memulai pertemuan" pada tahun 2009.
"Mata uang tunggal adalah sesuatu yang mungkin akan muncul di masa depan, namun jalan menuju ke sana lambat dan sulit. Saya yakin kita akan tetap mencapainya, karena Anda tidak bisa terikat pada satu hal, Anda perlu melakukan diversifikasi terus-menerus," ungkap Kepala Departemen Kerja Sama Ekonomi di Kementerian Luar Negeri Rusia Dmitry Birichevsky seperti dikutip dari Russia Today, Minggu (10/9/2023).
Inisiatif BRICS membentuk mata uang bersama tersebut muncul akibat kebijakan ekonomi yang dipimpin Amerika Serikat (AS). Negara-negara BRICS mencari kemungkinan menciptakan mata uang mereka sendiri dan mencari alternatif selain lembaga keuangan berbasis dolar.
Proses dedolarisasi yang telah dimulai pun membantu negara-negara BRICS bergerak menuju mata uang tunggal tersebut. Birichevsky berharap bahwa perdagangan mata uang nasional akan disebutkan dalam deklarasi akhir KTT G20 mendatang di India. "Kami berharap topik sistem moneter dan keuangan global, serta masalah penyelesaian mata uang nasional, dan peran negara berkembang secara umum akan dibahas secara rinci," tuturnya.
Pada pertemuan puncak BRICS baru-baru ini di Johannesburg, sejumlah ekonom, termasuk mantan eksekutif IMF, mengatakan bahwa sistem moneter internasional yang berdasarkan dolar menjadi semakin disfungsional. Pasalnya, sistem tersebut dinilai tidak lagi memenuhi kebutuhan negara-negara berkembang dalam multipolaritas yang sedang berkembang di dunia.
Bagi sebagian ekonom, gagasan mata uang BRICS sebagai pesaing dolar AS masih dipandangsebelah mata. Bahkan, ekonom veteran Jim O'Neill - orang yang menciptakan dan mempopulerkan istilah BRIC ketika dia bekerja di Goldman Sachs pada tahun 2001, menyebut gagasan tersebut konyol.
"Ini hanya konyol," katanya kepada Financial Times, Selasa (15/8), seperti dikutip Fortune.com. "Mereka akan membuat bank sentral BRICS? Bagaimana Anda melakukannya? Ini (bahkan) hampir memalukan," cetusnya.
O'Neill yang kini menjabat sebagai penasihat senior di think tank Chatham House yang berbasis di Inggris mengingatkan bahwa kelompok negara tersebut "tidak pernah mencapai apa pun sejak mereka pertama kali memulai pertemuan" pada tahun 2009.
(fjo)
Lihat Juga :
tulis komentar anda