Rupiah Kembali Terkapar Dekati Rp16 Ribu, Dolar AS Makin Berjaya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan hari ini ditutup melemah 40 poin atau 0,25% ke level Rp15.945 setelah sebelumnya sempat terdepresiasi ke Rp15.905 per dolar AS pada perdagangan kemarin.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan kurs rupiah juga disebabkan oleh sentimen eksternal yaitu investor tetap bias terhadap greenback sebelum isyarat lebih lanjut tentang kebijakan moneter AS minggu ini.
"Sejumlah pejabat Fed akan berpidato dalam beberapa hari mendatang, terutama Ketua Jerome Powell pada hari Rabu. Pidatonya disampaikan hanya beberapa minggu sebelum pertemuan terakhir Fed untuk tahun ini, di mana bank sentral secara luas diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin," tulis Ibrahim dalam risetnya, Selasa (3/12/2024).
Namun ketidakpastian tumbuh atas prospek jangka panjang untuk suku bunga, terutama mengingat tanda-tanda inflasi yang kuat dan ketahanan di pasar tenaga kerja. Data penggajian nonpertanian untuk November akan dirilis Jumat ini dan secara luas diharapkan menjadi faktor dalam prospek Fed terhadap suku bunga.
Gubernur Federal Reserve Christopher Waller, yang pandangannya sering menjadi penentu kebijakan moneter AS, mengatakan bahwa ia cenderung mendukung pemangkasan suku bunga lagi bulan ini, tetapi Presiden Federal Reserve Atlanta Raphael Bostic menyatakan bahwa Fed masih perlu mempertimbangkan data pekerjaan yang akan datang.
Investor bersiap untuk pembacaan yang berpotensi kuat, karena dampak gangguan terkait badai baru-baru ini mereda. Prospek jangka panjang untuk suku bunga juga dibayangi oleh ketidakpastian atas pemerintahan Trump. Adapun Trump secara luas diperkirakan akan memberlakukan kebijakan ekspansif dan proteksionis, yang dapat mendukung suku bunga dan inflasi.
Pembacaan aktivitas bisnis yang positif dari China, yang menunjukkan langkah-langkah stimulus terbaru dari Beijing membuahkan hasil. Namun, para pedagang menunggu lebih banyak isyarat tentang Tiongkok dari dua pertemuan politik utama pada bulan Desember.
Memburuknya hubungan perdagangan antara AS dan China juga diperkirakan berpotensi merusak ekonomi China, sehingga mengurangi minatnya terhadap komoditas.
Dari sentimen internal, Bank Indonesia (BI) mengingatkan ketidakpastian global yang meningkat di akhir 2024 berpotensi berlanjut pada 2025. Oleh karena itu, sinergi erat dari berbagai pihak harus diperkuat, untuk melakukan antisipasi dan mitigasi Peningkatan ketidakpastian global dipicu oleh eskalasi geopolitik yang semakin memanas dan perubahan kebijakan di negara maju.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan kurs rupiah juga disebabkan oleh sentimen eksternal yaitu investor tetap bias terhadap greenback sebelum isyarat lebih lanjut tentang kebijakan moneter AS minggu ini.
"Sejumlah pejabat Fed akan berpidato dalam beberapa hari mendatang, terutama Ketua Jerome Powell pada hari Rabu. Pidatonya disampaikan hanya beberapa minggu sebelum pertemuan terakhir Fed untuk tahun ini, di mana bank sentral secara luas diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin," tulis Ibrahim dalam risetnya, Selasa (3/12/2024).
Namun ketidakpastian tumbuh atas prospek jangka panjang untuk suku bunga, terutama mengingat tanda-tanda inflasi yang kuat dan ketahanan di pasar tenaga kerja. Data penggajian nonpertanian untuk November akan dirilis Jumat ini dan secara luas diharapkan menjadi faktor dalam prospek Fed terhadap suku bunga.
Gubernur Federal Reserve Christopher Waller, yang pandangannya sering menjadi penentu kebijakan moneter AS, mengatakan bahwa ia cenderung mendukung pemangkasan suku bunga lagi bulan ini, tetapi Presiden Federal Reserve Atlanta Raphael Bostic menyatakan bahwa Fed masih perlu mempertimbangkan data pekerjaan yang akan datang.
Investor bersiap untuk pembacaan yang berpotensi kuat, karena dampak gangguan terkait badai baru-baru ini mereda. Prospek jangka panjang untuk suku bunga juga dibayangi oleh ketidakpastian atas pemerintahan Trump. Adapun Trump secara luas diperkirakan akan memberlakukan kebijakan ekspansif dan proteksionis, yang dapat mendukung suku bunga dan inflasi.
Pembacaan aktivitas bisnis yang positif dari China, yang menunjukkan langkah-langkah stimulus terbaru dari Beijing membuahkan hasil. Namun, para pedagang menunggu lebih banyak isyarat tentang Tiongkok dari dua pertemuan politik utama pada bulan Desember.
Memburuknya hubungan perdagangan antara AS dan China juga diperkirakan berpotensi merusak ekonomi China, sehingga mengurangi minatnya terhadap komoditas.
Dari sentimen internal, Bank Indonesia (BI) mengingatkan ketidakpastian global yang meningkat di akhir 2024 berpotensi berlanjut pada 2025. Oleh karena itu, sinergi erat dari berbagai pihak harus diperkuat, untuk melakukan antisipasi dan mitigasi Peningkatan ketidakpastian global dipicu oleh eskalasi geopolitik yang semakin memanas dan perubahan kebijakan di negara maju.