Perang Berkepanjangan, Ini Ramalan Ngeri Ekonomi Rusia di 2025

Selasa, 03 Desember 2024 - 08:34 WIB
loading...
Perang Berkepanjangan,...
Para pelanggan mengantre di luar kios di pasar makanan di kota Omsk, Siberia, Rusia, 29 November 2024. FOTO/Reuters/Alexey Malgavko
A A A
JAKARTA - Ekonomi Rusia yang dilanda sanksi militer diperkirakan akan melambat tahun depan dan laba bank-bank akan turun, sementara suku bunga acuan akan naik menjadi 23% pada akhir tahun ini, Andrei Kostin, CEO pemberi pinjaman terbesar kedua di Rusia, VTB, mengatakan.

Kostin memperkirakan bahwa pertumbuhan PDB akan melambat menjadi 1,9% pada tahun 2025, di atas perkiraan Dana Moneter Internasional sebesar 1,3%. Pemerintah memperkirakan ekonomi akan tumbuh 3,9% tahun ini. Ia mengatakan inflasi akan melambat menjadi 6,4% dari 8,5% saat ini.

"Perang telah berlangsung selama hampir tiga tahun, dan sejumlah besar sanksi telah dijatuhkan. Kita hidup dalam situasi yang benar-benar tidak biasa," kata Kostin kepada Reuters dalam sebuah wawancara akhir pekan lalu, dikutip Selasa (3/12/2024). "Sepertiga dari anggaran negara digunakan untuk militer," tambahnya.

"Tdak mungkin bagi ekonomi untuk melalui peristiwa-peristiwa seperti itu tanpa konsekuensi. Namun negara ini telah hidup selama tiga tahun, ada pertumbuhan ekonomi, dan secara keseluruhan ekonomi yang sehat,” katanya.



Kostin dengan hati-hati mengkritik sikap moneter bank sentral yang hawkish, dengan mengatakan bahwa tingkat inflasi saat ini tidak memerlukan suku bunga acuan tiga kali lipat dari tingkat ini.

Kostin, yang bekerja di kedutaan besar Soviet di Inggris pada tahun 1980-an, menyamakan gubernur bank sentral Rusia Elvira Nabiullina dengan Perdana Menteri Inggris pada abad ke-20 Margaret Thatcher, yang dijuluki sebagai "Wanita Besi".

"Saya, tentu saja, bukan seorang monetaris dan percaya bahwa tingkat inflasi 8,5% tidak terlalu penting bagi Rusia, masih bisa ditoleransi," katanya.

Suku Bunga Acuan Tidak Efektif

Kostin mengatakan bahwa sanksi-sanksi dari Barat, pengeluaran yang tinggi untuk militer, subsidi negara untuk banyak pinjaman dan ekspektasi inflasi yang tinggi membuat tingkat suku bunga acuan, yang berada di level tertinggi sejak 2003, menjadi kurang efektif.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0939 seconds (0.1#10.140)