Produktivitas 10% Lebih Tinggi, Jagung Bioteknologi Dukung Ketahanan Pangan
Rabu, 13 September 2023 - 19:00 WIB
JAKARTA - Syngenta Indonesia hari ini melakukan panen jagung bioteknologi NK Pendekar Sakti di area Agrotechnopark, Universitas Jember, Jawa Timur. Jagung hibrida bioteknologi ini disebut memiliki produktivitas sekitar 10% lebih tinggi dibandingkan jagung hibrida konvensional.
Jagung bioteknologi ini juga memiliki keunggulan ganda yaitu toleran terhadap herbisida glifosat dan tahan hama penggerek batang. Dengan keunggulan-keunggulan tersebut, jagung bioteknologi ini diyakini berperan penting dalam mewujudkan ketahanan pangan Indonesia karena lebih mudah dibudidayakan, ekonomis, dan memberikan hasil lebih tinggi.
Dalam keterangan persnya, Rabu (13/9/2023), Syngenta menyebut kegiatan panen jagung ini merupakan bagian dari rangkaian acara "Seminar Nasional Bioteknologi: Adopsi Bioteknologi untuk Akselerasi Ketahanan Pangan" yang digelar sejak Selasa (12/9). Seminar kolaborasi Syngenta dengan Universitas Jember ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya produksi pangan berbasis bioteknologi.
Dalam sambutan tertulisnya pada seminar tersebut, Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Suwandi menyampaikan bahwa di tahun 2023 ini, Pemerintah menetapkan sasaran produksi jagung sebesar 30 juta ton pipilan kering dengan sasaran luas tanam seluas 5,262 juta ha. Keterbatasan sumber daya alam, kata dia, mendorong perlunya strategi yang tepat dalam pencapaian sasaran produksi tersebut.
"Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui peningkatan produktivitas. Produk hibrida diyakini dapat memberikan kontribusi positif bagi ketahanan pangan, karena antara lain ketahanan terhadap serangga, virus, mengurangi penggunaan pestisida kimia, kekeringan, perbaikan nutrisi, yang akhirnya berkontribusi pada peningkatan hasil," ungkap Suwandi.
Seperti diketahui bahwa potensi produksi jagung lokal hanya berkisar 3-4 ton/ha dan jagung komposit berkisar 5-7 ton/ha. Sedangkan potensi produksi jagung hibrida dapat mencapai 12-14 ton/ha. "Jagung hibrida yang memiliki potensi hasil lebih tinggi dari varietas-varietas jagung komposit merupakan salah satu upaya untuk peningkatan produksi jagung," cetusnya.
Seed Business Head Syngenta Indonesia Fauzi Tubat mengatakan, produktivitas jagung hibrida bioteknologi dengan keunggulan ganda ini adalah sekitar 10% lebih tinggi dibandingkan produktivitas jagung hibrida konvensional. Alhasil, apabila ditanam secara luas di Indonesia, varietas ini menurutnya dapat mendongkrak panen jagung dari rata-rata nasional sebesar 5,3 ton/ha menjadi sekitar 7 ton/ha. "Salah satu varietas jagung hibrida bioteknologi yaitu NK Pendekar Sakti sendiri memiliki potensi hasil hingga sebesar 11,8 ton/ha pipilan kering," tambahnya.
Syngenta, kata dia, berharap jagung hibrida bioteknologi dengan keunggulan ganda ini dapat memberikan hasil panen melimpah untuk petani. Varietas unggul ini menurutnya dapat membantu petani menekan ongkos produksi, meningkatkan kualitas hasil panen dan menjadikan budidaya jagung lebih mudah.
Petani jagung asal Jember, Abubakar, mengamini hal tersebut. Menurut dia, ketika mencoba menanam jagung hibrida bioteknologi, hasil panennya meningkat hingga lebih dari 11 ton/ha, jauh melampaui jagung lokal yang hanya menghasilkan sekitar 4 ton/ha saat panen. "Biaya produksi juga bisa ditekan lebih dari 30% dan selama masa budidaya tenang karena terbebas dari ancaman hama penggerek batang," tuturnya.
Fauzi menjelaskan, sampai dengan saat ini ada tiga varietas jagung bioteknologi Syngenta yang sudah diperkenalkan kepada petani dan masyarakat yaitu NK Pendekar Sakti, NK Sumo Sakti, dan NK Perkasa Sakti. Menurut dia, varietas jagung hibrida bioteknologi unggul ini diproduksi di dalam negeri dengan melibatkan lebih dari 70.000 petani mitra yang secara bertahap diharapkan dapat memenuhi kebutuhan benih jagung nasional.
Jagung bioteknologi ini juga memiliki keunggulan ganda yaitu toleran terhadap herbisida glifosat dan tahan hama penggerek batang. Dengan keunggulan-keunggulan tersebut, jagung bioteknologi ini diyakini berperan penting dalam mewujudkan ketahanan pangan Indonesia karena lebih mudah dibudidayakan, ekonomis, dan memberikan hasil lebih tinggi.
Dalam keterangan persnya, Rabu (13/9/2023), Syngenta menyebut kegiatan panen jagung ini merupakan bagian dari rangkaian acara "Seminar Nasional Bioteknologi: Adopsi Bioteknologi untuk Akselerasi Ketahanan Pangan" yang digelar sejak Selasa (12/9). Seminar kolaborasi Syngenta dengan Universitas Jember ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya produksi pangan berbasis bioteknologi.
Dalam sambutan tertulisnya pada seminar tersebut, Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Suwandi menyampaikan bahwa di tahun 2023 ini, Pemerintah menetapkan sasaran produksi jagung sebesar 30 juta ton pipilan kering dengan sasaran luas tanam seluas 5,262 juta ha. Keterbatasan sumber daya alam, kata dia, mendorong perlunya strategi yang tepat dalam pencapaian sasaran produksi tersebut.
"Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui peningkatan produktivitas. Produk hibrida diyakini dapat memberikan kontribusi positif bagi ketahanan pangan, karena antara lain ketahanan terhadap serangga, virus, mengurangi penggunaan pestisida kimia, kekeringan, perbaikan nutrisi, yang akhirnya berkontribusi pada peningkatan hasil," ungkap Suwandi.
Seperti diketahui bahwa potensi produksi jagung lokal hanya berkisar 3-4 ton/ha dan jagung komposit berkisar 5-7 ton/ha. Sedangkan potensi produksi jagung hibrida dapat mencapai 12-14 ton/ha. "Jagung hibrida yang memiliki potensi hasil lebih tinggi dari varietas-varietas jagung komposit merupakan salah satu upaya untuk peningkatan produksi jagung," cetusnya.
Seed Business Head Syngenta Indonesia Fauzi Tubat mengatakan, produktivitas jagung hibrida bioteknologi dengan keunggulan ganda ini adalah sekitar 10% lebih tinggi dibandingkan produktivitas jagung hibrida konvensional. Alhasil, apabila ditanam secara luas di Indonesia, varietas ini menurutnya dapat mendongkrak panen jagung dari rata-rata nasional sebesar 5,3 ton/ha menjadi sekitar 7 ton/ha. "Salah satu varietas jagung hibrida bioteknologi yaitu NK Pendekar Sakti sendiri memiliki potensi hasil hingga sebesar 11,8 ton/ha pipilan kering," tambahnya.
Syngenta, kata dia, berharap jagung hibrida bioteknologi dengan keunggulan ganda ini dapat memberikan hasil panen melimpah untuk petani. Varietas unggul ini menurutnya dapat membantu petani menekan ongkos produksi, meningkatkan kualitas hasil panen dan menjadikan budidaya jagung lebih mudah.
Petani jagung asal Jember, Abubakar, mengamini hal tersebut. Menurut dia, ketika mencoba menanam jagung hibrida bioteknologi, hasil panennya meningkat hingga lebih dari 11 ton/ha, jauh melampaui jagung lokal yang hanya menghasilkan sekitar 4 ton/ha saat panen. "Biaya produksi juga bisa ditekan lebih dari 30% dan selama masa budidaya tenang karena terbebas dari ancaman hama penggerek batang," tuturnya.
Fauzi menjelaskan, sampai dengan saat ini ada tiga varietas jagung bioteknologi Syngenta yang sudah diperkenalkan kepada petani dan masyarakat yaitu NK Pendekar Sakti, NK Sumo Sakti, dan NK Perkasa Sakti. Menurut dia, varietas jagung hibrida bioteknologi unggul ini diproduksi di dalam negeri dengan melibatkan lebih dari 70.000 petani mitra yang secara bertahap diharapkan dapat memenuhi kebutuhan benih jagung nasional.
(fjo)
Lihat Juga :
tulis komentar anda