Eropa Diramal Kecanduan Produk China, Trauma Krisis Energi Bisa Terulang
Senin, 18 September 2023 - 12:31 WIB
JAKARTA - Uni Eropa tengah dirundung isu ketergantungan energi di masa mendatang. Jika tak ada tindakan antisipasi, Uni Eropa akan bergantung pada China untuk memenuhi kebutuhan energi bersihnya.
Reuters melaporkan, berdasarkan dokumen yang mereka ketahui, ketergantungan Uni Eropa kepada China terkait penyediaan baterai litium-ion dan sel bahan bakar pada tahun 2030. Ketergantungan itu bisa menimbulkan trauma kembali, setelah sebelumnya ketergantungan energi mereka pada Rusia mengakibatkan ekonomi kawasan Benua Biru morat-marit.
"Dokumen tersebut akan menjadi dasar diskusi mengenai keamanan ekonomi Eropa pada pertemuan para pemimpin Uni Eropa di Granada, Spanyol pada 5 Oktober," tulis Reuters, dalam laporannya, Senin (18/9/2023).
Khawatir dengan meningkatnya ketegasan global dan beban ekonomi China, para pemimpin akan membahas usulan Komisi Eropa untuk mengurangi risiko ketergantungan dan perlunya melakukan diversifikasi ke Afrika dan Amerika Latin.
Dokumen itu juga mengungkap, karena sifat sumber energi terbarukan seperti tenaga surya atau angin bersifat intermiten (berjangka), Eropa memerlukan cara untuk menyimpan energi guna mencapai target emisi karbon dioksida nol bersih pada tahun 2050.
“Hal ini akan meroketkan permintaan kita terhadap baterai litium-ion, sel bahan bakar, dan elektroliser, yang diperkirakan akan meningkat antara 10 dan 30 kali lipat dalam beberapa tahun mendatang,” tulis makalah yang disiapkan oleh kepresidenan Uni Eropa di Spanyol.
Meskipun UE memiliki posisi yang kuat dalam tahap perantara dan perakitan pembuatan elektroliser, dengan lebih dari 50% pangsa pasar global, namun Uni Eropa sangat bergantung pada China untuk sel bahan bakar dan baterai lithium-ion yang penting untuk kendaraan listrik.
“Tanpa menerapkan langkah-langkah yang kuat, ekosistem energi Eropa bisa memiliki ketergantungan pada China pada tahun 2030 dengan sifat yang berbeda, namun dengan tingkat keparahan yang sama, dibandingkan dengan Rusia sebelum invasi ke Ukraina,” katanya.
Menurut Komisi Eropa, pada tahun 2021, tahun sebelum invasi Rusia ke Ukraina, Uni Eropa mengambil lebih dari 40% total konsumsi gas, 27% impor minyak, dan 46% impor batu bara dari Rusia. Perang Rusia-Ukraina menyebabkan guncangan harga energi di Uni Eropa dan lonjakan inflasi konsumen, sehingga memaksa Bank Sentral Eropa menaikkan suku bunga secara tajam dalam sebuah tindakan yang menghambat pertumbuhan ekonomi.
Pada tahun 2030, ketergantungan terhadap asing dapat secara serius menghambat peningkatan produktivitas yang sangat dibutuhkan oleh industri dan sektor jasa Eropa. Pun dapat menghambat modernisasi sistem pertanian yang penting untuk mengatasi perubahan iklim.
Reuters melaporkan, berdasarkan dokumen yang mereka ketahui, ketergantungan Uni Eropa kepada China terkait penyediaan baterai litium-ion dan sel bahan bakar pada tahun 2030. Ketergantungan itu bisa menimbulkan trauma kembali, setelah sebelumnya ketergantungan energi mereka pada Rusia mengakibatkan ekonomi kawasan Benua Biru morat-marit.
"Dokumen tersebut akan menjadi dasar diskusi mengenai keamanan ekonomi Eropa pada pertemuan para pemimpin Uni Eropa di Granada, Spanyol pada 5 Oktober," tulis Reuters, dalam laporannya, Senin (18/9/2023).
Khawatir dengan meningkatnya ketegasan global dan beban ekonomi China, para pemimpin akan membahas usulan Komisi Eropa untuk mengurangi risiko ketergantungan dan perlunya melakukan diversifikasi ke Afrika dan Amerika Latin.
Dokumen itu juga mengungkap, karena sifat sumber energi terbarukan seperti tenaga surya atau angin bersifat intermiten (berjangka), Eropa memerlukan cara untuk menyimpan energi guna mencapai target emisi karbon dioksida nol bersih pada tahun 2050.
“Hal ini akan meroketkan permintaan kita terhadap baterai litium-ion, sel bahan bakar, dan elektroliser, yang diperkirakan akan meningkat antara 10 dan 30 kali lipat dalam beberapa tahun mendatang,” tulis makalah yang disiapkan oleh kepresidenan Uni Eropa di Spanyol.
Meskipun UE memiliki posisi yang kuat dalam tahap perantara dan perakitan pembuatan elektroliser, dengan lebih dari 50% pangsa pasar global, namun Uni Eropa sangat bergantung pada China untuk sel bahan bakar dan baterai lithium-ion yang penting untuk kendaraan listrik.
“Tanpa menerapkan langkah-langkah yang kuat, ekosistem energi Eropa bisa memiliki ketergantungan pada China pada tahun 2030 dengan sifat yang berbeda, namun dengan tingkat keparahan yang sama, dibandingkan dengan Rusia sebelum invasi ke Ukraina,” katanya.
Menurut Komisi Eropa, pada tahun 2021, tahun sebelum invasi Rusia ke Ukraina, Uni Eropa mengambil lebih dari 40% total konsumsi gas, 27% impor minyak, dan 46% impor batu bara dari Rusia. Perang Rusia-Ukraina menyebabkan guncangan harga energi di Uni Eropa dan lonjakan inflasi konsumen, sehingga memaksa Bank Sentral Eropa menaikkan suku bunga secara tajam dalam sebuah tindakan yang menghambat pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga
Pada tahun 2030, ketergantungan terhadap asing dapat secara serius menghambat peningkatan produktivitas yang sangat dibutuhkan oleh industri dan sektor jasa Eropa. Pun dapat menghambat modernisasi sistem pertanian yang penting untuk mengatasi perubahan iklim.
(uka)
tulis komentar anda