Dedolarisasi BRICS Terancam Jadi Pepesan Kosong, Penyebabnya dari Dalam Sendiri
Rabu, 04 Oktober 2023 - 10:40 WIB
JAKARTA - Langkah dedolarisasi yang digemakan BRICS bisa terancam jadi pepesan kosong. Paling bagus, meski terlaksana tak akan sekencang gaungnya.
Sumber ancaman dedolarisasi itu bukan dari Amerika dan sekutunya, tapi dari dalam kelompok negara-negara berkembang itu sendiri. Apakah sumber malapetaka dedolarisasi oleh BRICS?
Mengutip Businessinsider, Rabu (4/10/2023), penyebab terhambatnya dedolarisasi adalah hubungan antara China dan Inda, dua dedengkot BRICS karena memiliki skala ekonomi paling jumbo di antara anggota yang lain.
“Anda bahkan tidak bisa menempatkan India dan China dalam satu ruangan. Jadi pernyataan mereka akan berkomitmen pada mata uang bersama dan mengabaikan kebijakan moneter dalam negeri mereka sendiri adalah hal yang gila,” kata Jim O'Neill kepada Insider.
Jim O'Neill adalah mantan kepala ekonom Goldman Sachs yang mencetuskan akronim BRIC pada tahun 2001. Afrika Selatan (South Africa) sendiri baru bergabung pada 2010.
O'Neill menambahkan, China dan India adalah pemain terbesar dalam BRICS. Jadi jika keduanya tidak mencapai titik temu, sulit untuk mewujudkan mata uang bersama.
Menurut IMF, China adalah negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, memiliki PDB USD19,4 triliun. Sementara, India merupakan negara dengan perekonomian terbesar kelima di dunia, dengan PDB USD3,7 triliun.
Meski saat ini masih kalah, ada sedikit indikasi bahwa PDB India akan melampaui China dalam lima dekade mendatang. Tidak dapat disangkal bahwa dua negara emerging market terbesar di dunia itu merupakan rival yang sengit.
Sumber ancaman dedolarisasi itu bukan dari Amerika dan sekutunya, tapi dari dalam kelompok negara-negara berkembang itu sendiri. Apakah sumber malapetaka dedolarisasi oleh BRICS?
Mengutip Businessinsider, Rabu (4/10/2023), penyebab terhambatnya dedolarisasi adalah hubungan antara China dan Inda, dua dedengkot BRICS karena memiliki skala ekonomi paling jumbo di antara anggota yang lain.
“Anda bahkan tidak bisa menempatkan India dan China dalam satu ruangan. Jadi pernyataan mereka akan berkomitmen pada mata uang bersama dan mengabaikan kebijakan moneter dalam negeri mereka sendiri adalah hal yang gila,” kata Jim O'Neill kepada Insider.
Jim O'Neill adalah mantan kepala ekonom Goldman Sachs yang mencetuskan akronim BRIC pada tahun 2001. Afrika Selatan (South Africa) sendiri baru bergabung pada 2010.
O'Neill menambahkan, China dan India adalah pemain terbesar dalam BRICS. Jadi jika keduanya tidak mencapai titik temu, sulit untuk mewujudkan mata uang bersama.
Menurut IMF, China adalah negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, memiliki PDB USD19,4 triliun. Sementara, India merupakan negara dengan perekonomian terbesar kelima di dunia, dengan PDB USD3,7 triliun.
Meski saat ini masih kalah, ada sedikit indikasi bahwa PDB India akan melampaui China dalam lima dekade mendatang. Tidak dapat disangkal bahwa dua negara emerging market terbesar di dunia itu merupakan rival yang sengit.
Lihat Juga :
tulis komentar anda