Dolar AS Berjaya Dekati Level Tertinggi 11 Bulan, Rupiah Loyo di Rp15.730/USD
Rabu, 18 Oktober 2023 - 17:43 WIB
Neraca transaksi berjalan deposit disebabkan karena kinerja ekspor hingga akhir tahun diperkirakan akan terus menurun akibat harga komoditas yang rendah. Selain itu juga didorong oleh permintaan global yang belum kuat, di tengah inflasi yang tinggi dan kenaikan suku bunga kebijakan yang sedang berlangsung.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor pada September 2023 sebesar USD20,76 miliar atau turun -5,63 persen secara bulanan (mtm), dibandingkan bulan sebelumnya pada Agustus 2023 yang sebesar USD22,0 miliar.
Meskipun neraca perdagangan RI mencatatkan surplus pada September 2023 sebesar USD3,42 miliar atau naik secara bulanan 0,30 persen, namun pertumbuhannya terus menyempit secara signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dalam mengevaluasi kinerja agregat selama delapan bulan pertama, surplus neraca perdagangan menurun dari USD39,80 miliar pada sembilan bulan pertama 2022 menjadi USD27,75 miliar sembilan bulan pertama 2023.
Selain itu, ekonom juga memprediksi Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) tanggal 18-19 kembali akan mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75 persen bulan ini bahkan sampai akhir tahun. Namun, yang akan berbeda adalah penekanan BI untuk lebih menstabilkan nilai tukar Rupiah dan bagaimana bank sentral itu mengantisipasi dan memitigasi jika The Fed terus bersikap lebih hawkish di masa depan.
Sedangkan dampak El Nino terhadap harga pangan global, dan risiko konflik Hamas-Israel yang mendorong kenaikan harga minyak dunia di tengah keputusan OPEC+ memangkas produksi minyak, namun risiko ini cenderung terkendali.
Berdasarkan data di atas, mata uang rupiah hari ini melemah, selanjutnya untuk perdagangan besok diprediksi bergerak fluktuatif dan kemudian ditutup lanjutkan pelemahan di rentang Rp15.710 - Rp.15770 per USD.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor pada September 2023 sebesar USD20,76 miliar atau turun -5,63 persen secara bulanan (mtm), dibandingkan bulan sebelumnya pada Agustus 2023 yang sebesar USD22,0 miliar.
Meskipun neraca perdagangan RI mencatatkan surplus pada September 2023 sebesar USD3,42 miliar atau naik secara bulanan 0,30 persen, namun pertumbuhannya terus menyempit secara signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dalam mengevaluasi kinerja agregat selama delapan bulan pertama, surplus neraca perdagangan menurun dari USD39,80 miliar pada sembilan bulan pertama 2022 menjadi USD27,75 miliar sembilan bulan pertama 2023.
Selain itu, ekonom juga memprediksi Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) tanggal 18-19 kembali akan mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75 persen bulan ini bahkan sampai akhir tahun. Namun, yang akan berbeda adalah penekanan BI untuk lebih menstabilkan nilai tukar Rupiah dan bagaimana bank sentral itu mengantisipasi dan memitigasi jika The Fed terus bersikap lebih hawkish di masa depan.
Sedangkan dampak El Nino terhadap harga pangan global, dan risiko konflik Hamas-Israel yang mendorong kenaikan harga minyak dunia di tengah keputusan OPEC+ memangkas produksi minyak, namun risiko ini cenderung terkendali.
Berdasarkan data di atas, mata uang rupiah hari ini melemah, selanjutnya untuk perdagangan besok diprediksi bergerak fluktuatif dan kemudian ditutup lanjutkan pelemahan di rentang Rp15.710 - Rp.15770 per USD.
(akr)
tulis komentar anda