Profil Bashar Masri, Miliarder Palestina yang Turut Membangun Kota Rawabi
Rabu, 08 November 2023 - 16:48 WIB
Saat remaja, Masri pernah merencanakan demonstrasi dan menulis surat untuk Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Kurt Waldheim. Isinya adalah bentuk protes pendudukan Israel di negaranya.
Sayang, surat tersebut tidak memiliki pengaruh besar. Pada usia mudanya, Masri pernah mendekam di penjara akibat tindakan kemarahannya ke pasukan Israel dengan cara melemparkan sebuah batu.
Pasca bebas, sang ayah mengirimnya ke Kairo untuk menuntaskan pendidikan. Selesai pendidikan menengah, ia lanjut ke perguruan tinggi dengan menekuni studi Teknik Kimia serta manajemen di Inggris dan Amerika.
Lulus dari perguruan tinggi, Masri tidak melupakan kampung kelahirannya. Namun, pandangannya sedikit mengalami perubahan.
Bukan lagi dengan melempar batu, Masri menyadari perjuangannya bisa dilakukan melalui cara lain. Sesekali pulang, ia menghabiskan banyak waktu dengan bekerja di luar negeri.
Seiring waktu, Masri pun mendapat pundi-pundi kekayaan dari hasil kerjanya di bidang real estate. Selain itu, ia juga menjadi konsultan manajemen di sejumlah kota besar dunia, seperti London hingga Washington DC.
Pasca Perjanjian Oslo, Masri bertekad untuk membangun bangsanya. Cara yang dipilih adalah dengan membangun sebuah kota baru bernama Rawabi.
Menurut Business Insider, proyek ‘Rawabi’ di Tepi Barat digambarkan sebagai rencana meningkatkan perekonomian warga Palestina. Dengan biaya tak sedikit, proyek ini juga sempat menuai kritik akibat kerja sama yang melibatkan Israel di dalamnya.
Banyak aktivis pro-Palestina yang menduga proyek Rawabi adalah usaha Israel untuk menunjukkan dominasinya. Namun, Masri dengan segera pun membantah hal tersebut.
Sayang, surat tersebut tidak memiliki pengaruh besar. Pada usia mudanya, Masri pernah mendekam di penjara akibat tindakan kemarahannya ke pasukan Israel dengan cara melemparkan sebuah batu.
Pasca bebas, sang ayah mengirimnya ke Kairo untuk menuntaskan pendidikan. Selesai pendidikan menengah, ia lanjut ke perguruan tinggi dengan menekuni studi Teknik Kimia serta manajemen di Inggris dan Amerika.
Lulus dari perguruan tinggi, Masri tidak melupakan kampung kelahirannya. Namun, pandangannya sedikit mengalami perubahan.
Baca Juga
Bukan lagi dengan melempar batu, Masri menyadari perjuangannya bisa dilakukan melalui cara lain. Sesekali pulang, ia menghabiskan banyak waktu dengan bekerja di luar negeri.
Seiring waktu, Masri pun mendapat pundi-pundi kekayaan dari hasil kerjanya di bidang real estate. Selain itu, ia juga menjadi konsultan manajemen di sejumlah kota besar dunia, seperti London hingga Washington DC.
Pasca Perjanjian Oslo, Masri bertekad untuk membangun bangsanya. Cara yang dipilih adalah dengan membangun sebuah kota baru bernama Rawabi.
Menurut Business Insider, proyek ‘Rawabi’ di Tepi Barat digambarkan sebagai rencana meningkatkan perekonomian warga Palestina. Dengan biaya tak sedikit, proyek ini juga sempat menuai kritik akibat kerja sama yang melibatkan Israel di dalamnya.
Banyak aktivis pro-Palestina yang menduga proyek Rawabi adalah usaha Israel untuk menunjukkan dominasinya. Namun, Masri dengan segera pun membantah hal tersebut.
tulis komentar anda