AS Terus Menumpuk Utang, dalam Enam Bulan Bertambah Rp40.120 Triliun
Jum'at, 22 Desember 2023 - 04:53 WIB
JAKARTA - Utang nasional Amerika Serikat (AS) terus bertambah besar, dimana dalam kurun waktu enam bulan terakhir lonjakannya mencapai USD2,6 triliun atau setara Rp40.120 triliun (Kurs Rp15.430 per USD). Menurut Departemen Keuangan, utang AS hingga Desember 2023 mencapai USD33,8 triliun yang jika dirupiahkan mencapai Rp521,562 triliun.
Departemen Keuangan AS mengindikasikan, bahwa faktor-faktor seperti pemotongan pajak, program stimulus, peningkatan pengeluaran pemerintah, dan penurunan pendapatan pajak telah meningkatkan utang.
"Utang nasional hanya lebih dari USD100.000 per warga negara," kata anggota Kongres Republik, John James pekan lalu.
"Ini harus mengirim pesan ke Gedung Putih bahwa pengeluaran federal yang sembrono ini berada pada titik puncaknya," sambungnya seperti dilansir RT.
Data fiskal terbaru menunjukkan bahwa pada November 2023, dibutuhkan USD169 miliar bagi AS untuk mempertahankan utang, yang setara dengan 16% dari total pengeluaran federal.
Pembayaran bunga atas utang nasional diperkirakan telah melonjak di atas USD1 triliun secara tahunan pada akhir Oktober, menurut perhitungan Bloomberg berdasarkan data Treasury AS.
Menurut Bank of America (BoA), utang publik bisa melonjak sebesar USD20 triliun selama satu dekade berikutnya. Kemungkinan akan tumbuh sebesar USD5,2 miliar setiap hari selama sepuluh tahun ke depan, yang akan menempatkannya di posisi sekitar USD54 triliun di tahun 2033, ungkap BoA memperingatkan pada bulan lalu.
AS sepertinya sudah melampaui plafon utangnya, yang secara hukum ditetapkan sebesar USD31,4 triliun, pada Januari 2023. Setelah adanya peringatan soal ancaman default yang berpotensi bencana dari Departemen Keuangan, Presiden Joe Biden akhirnya meneken RUU utang bipartisan pada Juni, dimana memungkinkan batas tersebut dicabut hingga Januari 2025.
Secara garis besar memungkinkan pemerintah bakal melanjutkan pinjaman tanpa batas hingga tahun depan. Utang AS telah melonjak menjadi USD32 triliun kurang dari dua minggu setelah RUU itu disetujui, dan terus menumpuk sejak saat itu.
Situasi ini telah menyebabkan lembaga pemeringkat kredit internasional utama Fitch dan Moody's memangkas prospek mereka untuk AS pada tahun ini.
Departemen Keuangan AS mengindikasikan, bahwa faktor-faktor seperti pemotongan pajak, program stimulus, peningkatan pengeluaran pemerintah, dan penurunan pendapatan pajak telah meningkatkan utang.
"Utang nasional hanya lebih dari USD100.000 per warga negara," kata anggota Kongres Republik, John James pekan lalu.
"Ini harus mengirim pesan ke Gedung Putih bahwa pengeluaran federal yang sembrono ini berada pada titik puncaknya," sambungnya seperti dilansir RT.
Data fiskal terbaru menunjukkan bahwa pada November 2023, dibutuhkan USD169 miliar bagi AS untuk mempertahankan utang, yang setara dengan 16% dari total pengeluaran federal.
Pembayaran bunga atas utang nasional diperkirakan telah melonjak di atas USD1 triliun secara tahunan pada akhir Oktober, menurut perhitungan Bloomberg berdasarkan data Treasury AS.
Menurut Bank of America (BoA), utang publik bisa melonjak sebesar USD20 triliun selama satu dekade berikutnya. Kemungkinan akan tumbuh sebesar USD5,2 miliar setiap hari selama sepuluh tahun ke depan, yang akan menempatkannya di posisi sekitar USD54 triliun di tahun 2033, ungkap BoA memperingatkan pada bulan lalu.
AS sepertinya sudah melampaui plafon utangnya, yang secara hukum ditetapkan sebesar USD31,4 triliun, pada Januari 2023. Setelah adanya peringatan soal ancaman default yang berpotensi bencana dari Departemen Keuangan, Presiden Joe Biden akhirnya meneken RUU utang bipartisan pada Juni, dimana memungkinkan batas tersebut dicabut hingga Januari 2025.
Secara garis besar memungkinkan pemerintah bakal melanjutkan pinjaman tanpa batas hingga tahun depan. Utang AS telah melonjak menjadi USD32 triliun kurang dari dua minggu setelah RUU itu disetujui, dan terus menumpuk sejak saat itu.
Situasi ini telah menyebabkan lembaga pemeringkat kredit internasional utama Fitch dan Moody's memangkas prospek mereka untuk AS pada tahun ini.
(akr)
tulis komentar anda