AS-Inggris Serang Houthi, Harga Minyak Lompat 2% Lebih
Jum'at, 12 Januari 2024 - 11:30 WIB
JAKARTA - Harga minyak langsung "terbang" setelah Inggris dan Amerika Serikat (AS) melancarkan serangan militer terhadap sasaran-sasaran di wilayah Yaman yang dikuasai Houthi . Patokan global Brent melonjak 2,25% menjadi USD79,15 per barel, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik 2,4% menjadi USD73,75 per barel.
“Serangan yang ditargetkan ini adalah pesan yang jelas bahwa Amerika Serikat dan mitra kami tidak akan mentolerir serangan terhadap personel kami atau membiarkan pihak yang bermusuhan membahayakan kebebasan navigasi di salah satu rute komersial paling penting di dunia,” kata Presiden AS Joe Biden dalam sebuah pernyataan, dikutip dari CNBC, Jumat (12/1/2024).
Meskipun AS telah melakukan serangan terhadap proksi Iran di Suriah dan Irak sejak pecahnya perang Gaza, serangan ini menjadi yang pertama terhadap kelompok Houthi yang didukung Iran di Yaman. Kelompok Houthi telah menyerang kapal-kapal di Laut Merah, menargetkan kapal-kapal pengiriman global termasuk kapal-kapal dari AS dan Israel, sebagai pembalasan atas perang di Gaza yang sejauh ini telah menewaskan hampir 23.000 orang di wilayah kantong Palestina.
Akibat serangan-serangan tersebut, perusahaan pelayaran besar berhenti melintasi rute Terusan Suez dan Laut Merah pada awal Desember, dan memilih mengubah rute melalui Afrika bagian selatan. Hal ini mengakibatkan perjalanan yang lebih lama dan lebih mahal sehingga menaikkan tarif angkutan laut.
Dalam pidato yang disiarkan televisi pada hari Kamis, pemimpin Houthi Yaman, Abdul-Malik al-Houthi, bersumpah bahwa setiap serangan Amerika terhadap kelompok tersebut tidak akan dibiarkan tanpa tanggapan. “Kami akan menghadapi agresi Amerika. Setiap agresi Amerika tidak akan pernah berakhir tanpa tanggapan,” katanya, sambil memperingatkan bahwa tanggapan yang diberikan akan lebih besar dibandingkan “pada tingkat operasi baru-baru ini” yang dilakukan kelompok tersebut di laut.
Saat mengumumkan serangan tersebut pada hari Kamis, Biden berjanji bahwa dia “tidak akan ragu untuk mengarahkan tindakan lebih lanjut guna melindungi rakyat kita dan arus bebas perdagangan internasional jika diperlukan.”
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
“Serangan yang ditargetkan ini adalah pesan yang jelas bahwa Amerika Serikat dan mitra kami tidak akan mentolerir serangan terhadap personel kami atau membiarkan pihak yang bermusuhan membahayakan kebebasan navigasi di salah satu rute komersial paling penting di dunia,” kata Presiden AS Joe Biden dalam sebuah pernyataan, dikutip dari CNBC, Jumat (12/1/2024).
Baca Juga
Meskipun AS telah melakukan serangan terhadap proksi Iran di Suriah dan Irak sejak pecahnya perang Gaza, serangan ini menjadi yang pertama terhadap kelompok Houthi yang didukung Iran di Yaman. Kelompok Houthi telah menyerang kapal-kapal di Laut Merah, menargetkan kapal-kapal pengiriman global termasuk kapal-kapal dari AS dan Israel, sebagai pembalasan atas perang di Gaza yang sejauh ini telah menewaskan hampir 23.000 orang di wilayah kantong Palestina.
Baca Juga
Akibat serangan-serangan tersebut, perusahaan pelayaran besar berhenti melintasi rute Terusan Suez dan Laut Merah pada awal Desember, dan memilih mengubah rute melalui Afrika bagian selatan. Hal ini mengakibatkan perjalanan yang lebih lama dan lebih mahal sehingga menaikkan tarif angkutan laut.
Dalam pidato yang disiarkan televisi pada hari Kamis, pemimpin Houthi Yaman, Abdul-Malik al-Houthi, bersumpah bahwa setiap serangan Amerika terhadap kelompok tersebut tidak akan dibiarkan tanpa tanggapan. “Kami akan menghadapi agresi Amerika. Setiap agresi Amerika tidak akan pernah berakhir tanpa tanggapan,” katanya, sambil memperingatkan bahwa tanggapan yang diberikan akan lebih besar dibandingkan “pada tingkat operasi baru-baru ini” yang dilakukan kelompok tersebut di laut.
Saat mengumumkan serangan tersebut pada hari Kamis, Biden berjanji bahwa dia “tidak akan ragu untuk mengarahkan tindakan lebih lanjut guna melindungi rakyat kita dan arus bebas perdagangan internasional jika diperlukan.”
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
(fjo)
tulis komentar anda