Imbas AS-Inggris Bombardir Yaman, Harga Minyak Melonjak 4%
Sabtu, 13 Januari 2024 - 16:56 WIB
JAKARTA - Harga minyak melonjak 4% setelah Amerika Serikat (AS) dan Inggris melancarkan serangan di Yaman atas serangan-serangan yang dilakukan Houthi terhadap kapal-kapal di Laut Merah . Minyak mentah Brent mencapai USD80 per barel untuk pertama kalinya tahun ini karena para pemberontak yang didukung Iran bersumpah untuk membalas aksi militer negara-negara Barat. Meskipun naik, harga ini masih di bawah harga tertinggi yang dicapai ketika Rusia menginvasi Ukraina.
Namun pemerintah Inggris telah menyusun skenario yang menunjukkan bahwa gangguan lebih lanjut dapat menghantam perekonomian. BBC melaporkan Departemen Keuangan telah memodelkan hasil-hasil yang mungkin terjadi, termasuk harga minyak mentah yang naik lebih dari USD10 per barel dan kenaikan 25% pada gas alam.
Harga minyak Brent pada Jumat (12/1) mencapai USD80,71 per barel sebelum turun, sementara minyak mentah AS West Texas naik 2,79% menjadi USD74,03. Inggris khawatir serangan di Laut Merah dapat membebani perekonomian Inggris, di mana pertumbuhannya masih rapuh.
Harga energi yang lebih tinggi berisiko memicu inflasi yang sudah mulai melambat. Sementara itu, biaya pengiriman kontainer di kapal telah melonjak, yang berarti bahwa perusahaan-perusahaan dapat memilih untuk membebankan biaya ini kepada konsumen.
Perdana Menteri Rishi Sunak mengungkapkan serangan-serangan tersebut telah menyebabkan gangguan besar pada jalur perdagangan yang vital dan harga-harga komoditi. Kepala Ekonom Panmure Gordon Simon French berpendapat harga-harga energi masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan harga-harga empat bulan yang lalu. "Pada level-level ini sebenarnya cukup disinflasioner untuk perekonomian Inggris," jelasnya.
Dia menegaskan ketika Bank Sentral Inggris akan membuat keputusan suku bunga berikutnya di bulan Februari, harga minyak masih mungkin sekitar 20% lebih rendah harga minyak di musim gugur.
Namun pemerintah Inggris telah menyusun skenario yang menunjukkan bahwa gangguan lebih lanjut dapat menghantam perekonomian. BBC melaporkan Departemen Keuangan telah memodelkan hasil-hasil yang mungkin terjadi, termasuk harga minyak mentah yang naik lebih dari USD10 per barel dan kenaikan 25% pada gas alam.
Harga minyak Brent pada Jumat (12/1) mencapai USD80,71 per barel sebelum turun, sementara minyak mentah AS West Texas naik 2,79% menjadi USD74,03. Inggris khawatir serangan di Laut Merah dapat membebani perekonomian Inggris, di mana pertumbuhannya masih rapuh.
Harga energi yang lebih tinggi berisiko memicu inflasi yang sudah mulai melambat. Sementara itu, biaya pengiriman kontainer di kapal telah melonjak, yang berarti bahwa perusahaan-perusahaan dapat memilih untuk membebankan biaya ini kepada konsumen.
Baca Juga
Perdana Menteri Rishi Sunak mengungkapkan serangan-serangan tersebut telah menyebabkan gangguan besar pada jalur perdagangan yang vital dan harga-harga komoditi. Kepala Ekonom Panmure Gordon Simon French berpendapat harga-harga energi masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan harga-harga empat bulan yang lalu. "Pada level-level ini sebenarnya cukup disinflasioner untuk perekonomian Inggris," jelasnya.
Dia menegaskan ketika Bank Sentral Inggris akan membuat keputusan suku bunga berikutnya di bulan Februari, harga minyak masih mungkin sekitar 20% lebih rendah harga minyak di musim gugur.
(nng)
tulis komentar anda