Covid Bikin Penyaluran Utang Bank Dunia Cetak Rekor dalam Satu Dekade
Rabu, 12 Agustus 2020 - 10:23 WIB
JAKARTA - Grup Bank Dunia berkomitmen untuk membantu negara-negara mencapai hasil pembangunan yang lebih baik dan mengatasi dampak kesehatan dan ekonomi dari penyakit virus Corona (Covid-19). Bank Dunia melaporkan total pinjaman yang diberikan kepada negara-negara terdampak pandemi hingga saat ini mencapai USD73,4 miliar, atau sekitar Rp1.071 triliun (kurs Rp 14.600 per dolar AS). Anggaran itu naik 23% lebih tinggi dari tahun sebelumnya dan merupakan level tertinggi dalam satu dekade ini.
Grup Bank Dunia meliputi empat lembaga internasional kelompok Bank Dunia, yakni International Bank for Reconstruction and Development (IBRD), yang memberikan pinjaman kepada negara-negara berpendapatan menengah. International Development Association (IDA) untuk membantu negara termiskin di dunia.
Ada juga International Finance Corporation (IFC) yang merupakan unit sektor swasta, serta Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA) untuk membantu mendorong investasi asing langsung masuk ke negara-negara berkembang yang terdampak pandemi. ( Baca juga:Ekonomi Boleh Minus, tapi Surat Utang Indonesia Tetap Menggiurkan )
Presiden Grup Bank Dunia David Malpass mengatakan, dana bantuan ini untuk negara-negara berkembang yang menghadapi krisis kesehatan, sosial, dan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya yang mengancam kemajuan pembangunan selama beberapa dekade dan mendorong jutaan orang ke dalam kemiskinan.
"Empat rangkaian laporan keuangan FY20 yang dikeluarkan hari ini menunjukkan bahwa Grup Bank Dunia memiliki alat dan kekuatan finansial untuk membantu mendukung negara-negara dalam upaya mereka memperkuat sistem perawatan kesehatan, melindungi rumah tangga termiskin, memelihara fondasi ekonomi, memerangi ketidaksetaraan, dan membangun pemulihan yang tangguh dan berkelanjutan, ”kata David Malpass, Presiden Grup Bank Dunia, dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu (13/8/2020).
Dia melanjutkan, dalam meningkatkan hasil pertumbuhan dan pembangunan, Bank Dunia terus meningkatkan fokusnya pada program negara. Adapun, penataan kembali operasional bank menempatkan pembangunan yang didorong oleh negara sebagai pusat penyampaian program, sambil memperkuat kepemimpinan pemikiran dalam masalah-masalah pembangunan.
"Kami terus berupaya untuk meningkatkan dukungan kami ke negara-negara berpenghasilan rendah dan untuk mengalihkan sumber daya ke negara-negara yang menderita kerentanan, konflik dan kekerasan," katanya.
Grup Bank Dunia meliputi empat lembaga internasional kelompok Bank Dunia, yakni International Bank for Reconstruction and Development (IBRD), yang memberikan pinjaman kepada negara-negara berpendapatan menengah. International Development Association (IDA) untuk membantu negara termiskin di dunia.
Ada juga International Finance Corporation (IFC) yang merupakan unit sektor swasta, serta Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA) untuk membantu mendorong investasi asing langsung masuk ke negara-negara berkembang yang terdampak pandemi. ( Baca juga:Ekonomi Boleh Minus, tapi Surat Utang Indonesia Tetap Menggiurkan )
Presiden Grup Bank Dunia David Malpass mengatakan, dana bantuan ini untuk negara-negara berkembang yang menghadapi krisis kesehatan, sosial, dan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya yang mengancam kemajuan pembangunan selama beberapa dekade dan mendorong jutaan orang ke dalam kemiskinan.
"Empat rangkaian laporan keuangan FY20 yang dikeluarkan hari ini menunjukkan bahwa Grup Bank Dunia memiliki alat dan kekuatan finansial untuk membantu mendukung negara-negara dalam upaya mereka memperkuat sistem perawatan kesehatan, melindungi rumah tangga termiskin, memelihara fondasi ekonomi, memerangi ketidaksetaraan, dan membangun pemulihan yang tangguh dan berkelanjutan, ”kata David Malpass, Presiden Grup Bank Dunia, dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu (13/8/2020).
Dia melanjutkan, dalam meningkatkan hasil pertumbuhan dan pembangunan, Bank Dunia terus meningkatkan fokusnya pada program negara. Adapun, penataan kembali operasional bank menempatkan pembangunan yang didorong oleh negara sebagai pusat penyampaian program, sambil memperkuat kepemimpinan pemikiran dalam masalah-masalah pembangunan.
"Kami terus berupaya untuk meningkatkan dukungan kami ke negara-negara berpenghasilan rendah dan untuk mengalihkan sumber daya ke negara-negara yang menderita kerentanan, konflik dan kekerasan," katanya.
(uka)
tulis komentar anda