Beras Premium di Ritel Modern Masih Akan Mahal hingga April
Jum'at, 16 Februari 2024 - 22:24 WIB
JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia ( Aprindo ) menyebutkan harga beras premium yang diproduksi perusahaan swasta masih sangat tinggi di pasar ritel modern. Hal ini disebabkan oleh pasokan beras yang terbatas.
Ketua Aprindo, Roy Nicholas Mandey mengatakan, kenaikan harga beras premium milik swasta di pasar ritel secara ‘gila-gilaan’ juga dilatari oleh tidak berlakunya Harga Eceran Tertinggi (HET). Artinya, beras yang dijual oleh swasta tidak terikat pada aturan pemerintah, yakni HET.
“Sebagai beras premium yang dihasilkan oleh swasta dan tentunya itu market price karena itu memang beras premium yang tidak diatur, tidak ada HET, dan itu diproduksi oleh swasta. Memang dalam hal ini jumlahnya agak keterbatas juga karena belum panen,” ujar Roy saat Market Review IDX Channel, Jumat (16/2/2024).
Menurutnya, penurunan harga beras premium menuju harga normal akan terjadi pada awal April 2024. Hal ini setelah adanya panen raya yang diperkirakan terjadi pada minggu ketiga atau keempat Maret 2024.
Roy menyebut setidaknya ada 3,5 juta ton beras yang dihasilkan pada panen raya di bulan depan. Sehingga, pasokan pangan ini diyakini bisa menekan harga beras premium milik swasta di pasar modern.
“Kita akan panen di Maret di minggu ketiga atau keempat Maret (2024), 3,5 juta ton yang berproses di penggilingan, dikemas baru sampai ke ritel di awal April dan itu baru normal lagi semua harga beras premium milik swasta atau diproduksi oleh swasta,” paparnya.
Berbeda dengan harga beras milik swasta, Roy memastikan harga beras premium milik Perum Bulog justru lebih murah di ritel modern, lantaran terikat dengan Harga Eceran Tertinggi yang diatur negara.
“Kemudian, beras premium yang diproduksi oleh Bulog, sesuai dengan tugas Bulog salah satunya adalah menyerap hasil padi, kemudian digiling, kemudian dijual ke retail dan pasar tradisional, nah kalau ini HET. Kalau beras dari olahan Bulog ini diserap dari petani beras premiumnya HET,” tukas dia.
Ketua Aprindo, Roy Nicholas Mandey mengatakan, kenaikan harga beras premium milik swasta di pasar ritel secara ‘gila-gilaan’ juga dilatari oleh tidak berlakunya Harga Eceran Tertinggi (HET). Artinya, beras yang dijual oleh swasta tidak terikat pada aturan pemerintah, yakni HET.
“Sebagai beras premium yang dihasilkan oleh swasta dan tentunya itu market price karena itu memang beras premium yang tidak diatur, tidak ada HET, dan itu diproduksi oleh swasta. Memang dalam hal ini jumlahnya agak keterbatas juga karena belum panen,” ujar Roy saat Market Review IDX Channel, Jumat (16/2/2024).
Menurutnya, penurunan harga beras premium menuju harga normal akan terjadi pada awal April 2024. Hal ini setelah adanya panen raya yang diperkirakan terjadi pada minggu ketiga atau keempat Maret 2024.
Roy menyebut setidaknya ada 3,5 juta ton beras yang dihasilkan pada panen raya di bulan depan. Sehingga, pasokan pangan ini diyakini bisa menekan harga beras premium milik swasta di pasar modern.
“Kita akan panen di Maret di minggu ketiga atau keempat Maret (2024), 3,5 juta ton yang berproses di penggilingan, dikemas baru sampai ke ritel di awal April dan itu baru normal lagi semua harga beras premium milik swasta atau diproduksi oleh swasta,” paparnya.
Berbeda dengan harga beras milik swasta, Roy memastikan harga beras premium milik Perum Bulog justru lebih murah di ritel modern, lantaran terikat dengan Harga Eceran Tertinggi yang diatur negara.
“Kemudian, beras premium yang diproduksi oleh Bulog, sesuai dengan tugas Bulog salah satunya adalah menyerap hasil padi, kemudian digiling, kemudian dijual ke retail dan pasar tradisional, nah kalau ini HET. Kalau beras dari olahan Bulog ini diserap dari petani beras premiumnya HET,” tukas dia.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda