Dibayangi Resesi, Tidak Bisa Gas Pol Kesehatan karena Bikin Ekonomi Hancur
Kamis, 13 Agustus 2020 - 19:21 WIB
JAKARTA - Pandemi Virus covid-19 membuat pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara mengalami penurunan bahkan memasuki jurang resesi . Kini gelombang resesi mengancam Indonesia, setelah ekonomi nasional tumbuh minus pada kuartal II tahun ini.
(Baca Juga: Kenangan Sri Mulyani dan Jokowi Pernah Bertemu 22 Tahun Lalu )
Deputi bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan, pemerintah berupaya ekstra keras agar tidak masuk jurang resesi. Resesi secara teknis adalah kondisi pertumbuhan negatif dalam dua kuartal berturut-turut.
"Definisi resesi adalah apabila pertumbuhan ekonomi kontraksi II triwulan berturut-turut. Oleh karena itu pemerintah berupaya agar kita menghindari resesi. Pemerintah berupaya ekstra keras," ujar Iskandar dalam diskusi online, Jakarta, Kamis (13/8/2020).
(Baca Juga: Taktik 'Gas dan Rem' Ala Jokowi Seperti Apa? Ini Penjelasan Erick Thohir )
Iskandar mengatakan, perekonomian mulai terlihat membaik ketika pemerintah menerapkan kebijakan pelonggaran sejumlah aktivitas ekonomi di daerah. Namun dengan tetap mengutamakan penerapan protokol kesehatan.
"Sejak dibuka kembali ada secercah cahaya pada ekonomi kita pada akhir Juni. Tentu itu dengan menerapkan protokol, jangan pernah lelah mengingatkan agar penerapan protokol kesehatan tetap dilakukan," jelasnya.
(Baca Juga: Luhut Akui Ada Kemungkinan Indonesia Resesi, Pemerintah Kerja Keras )
Di tengah pandemi Virus Corona, pemerintah terpaksa tidak bisa mengambil satu keputusan penuh untuk menjaga masyarakat. Sebab, ada dua sisi yang harus dijaga yaitu kesehatan dan ekonomi.
"Kita tidak bisa gas pol kesehatan, nanti ekonomi hancur, muncul kelaparan yang dahsyat. Begitu juga ekonomi, tidak bisa kita gas pos nanti Covid-nya terus meningkat. Maka itu kita bermain rem dan gas. Kalau Covid meningkat karena masyarakat tidak disiplin, kita ketatkan protokol kesehatan," ungkapnya.
(Baca Juga: Kenangan Sri Mulyani dan Jokowi Pernah Bertemu 22 Tahun Lalu )
Deputi bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan, pemerintah berupaya ekstra keras agar tidak masuk jurang resesi. Resesi secara teknis adalah kondisi pertumbuhan negatif dalam dua kuartal berturut-turut.
"Definisi resesi adalah apabila pertumbuhan ekonomi kontraksi II triwulan berturut-turut. Oleh karena itu pemerintah berupaya agar kita menghindari resesi. Pemerintah berupaya ekstra keras," ujar Iskandar dalam diskusi online, Jakarta, Kamis (13/8/2020).
(Baca Juga: Taktik 'Gas dan Rem' Ala Jokowi Seperti Apa? Ini Penjelasan Erick Thohir )
Iskandar mengatakan, perekonomian mulai terlihat membaik ketika pemerintah menerapkan kebijakan pelonggaran sejumlah aktivitas ekonomi di daerah. Namun dengan tetap mengutamakan penerapan protokol kesehatan.
"Sejak dibuka kembali ada secercah cahaya pada ekonomi kita pada akhir Juni. Tentu itu dengan menerapkan protokol, jangan pernah lelah mengingatkan agar penerapan protokol kesehatan tetap dilakukan," jelasnya.
(Baca Juga: Luhut Akui Ada Kemungkinan Indonesia Resesi, Pemerintah Kerja Keras )
Di tengah pandemi Virus Corona, pemerintah terpaksa tidak bisa mengambil satu keputusan penuh untuk menjaga masyarakat. Sebab, ada dua sisi yang harus dijaga yaitu kesehatan dan ekonomi.
"Kita tidak bisa gas pol kesehatan, nanti ekonomi hancur, muncul kelaparan yang dahsyat. Begitu juga ekonomi, tidak bisa kita gas pos nanti Covid-nya terus meningkat. Maka itu kita bermain rem dan gas. Kalau Covid meningkat karena masyarakat tidak disiplin, kita ketatkan protokol kesehatan," ungkapnya.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda