Menakar Dampak Perang Iran-Israel ke Indonesia: Guncang Mata Uang hingga Harga Minyak
Rabu, 17 April 2024 - 12:27 WIB
"Ini di luar dugaan pasar juga, retail sales juga kemarin diumumkan di Amerika ini melebihi ekspektasi, jadi inflasi masih kuat di Amerika ya 3,5% sudah 3 bulan berturut-turut, inflasi Amerika lebih tinggi dari ekspektasi pasar jadi artinya masih cukup strong di awal tahun," jelasnya.
Dengan adanya pergolakan geopolitik ini, lanjut David, kemungkinan bisa saja ada perubahan, tergantung bagaimana dinamika seperti serangan balasan dan yang lainnya.
"Jika skenario terburuk yang terjadi pasti ada dampak di kenaikan harga minyak dan ujung-ujungnya mempengaruhi pertumbuhan global juga," kata dia.
Minyak dunia diprediksi naik juga karena supply-demand di global relatif ketat. Menurut David, posisi antara global demand dan global supply hanya kurang lebih sekitar 2 juta barel selisihnya. Sehingga jika ada persoalan di sisi supply, ini langsung bisa mempengaruhi harga.
"Tapi sejauh ini memang harga minyak pasca kemarin mulai stabilisasi, jadi tidak ada lonjakan lagi, tapi yang saya perhatikan justru setelah ada kenaikan harga minyak itu bisa diikuti dengan kenaikan harga komoditas yang lain, jadi kita lihat sudah dua hari ini harga batu bara mulai melonjak," ujar David.
Namun sejauh ini, menurut David untuk Indonesia yang dikhawatirkan adalah risiko di sisi minyaknya. Tetapi dari sisi harga komoditas yang lain biasanya akan mengikut. Dengan demikian risiko akan balance dari sisi Indonesia, sehingga David melihat ada risiko fiskalnya.
Menurut hitungan BCA, setiap ada pelemahan rupiah juga ada kenaikan harga minyak USD10 itu dampaknya menambah sekitaran lebih dari Rp100 triliun untuk tambahan kompensasi untuk subsidi.
"Tapi yang jelas sekarang relatif stabil, tapi kita harus antisipasi tadi skenario terburuk tadi dan disisi rupiah juga banyak antisipasi dan cadangan devisa kita juga sebenarnya posisi sekarang lebih kuat dari masa pandemi, tapi tetap harus antisipatif," katanya.
Dengan adanya pergolakan geopolitik ini, lanjut David, kemungkinan bisa saja ada perubahan, tergantung bagaimana dinamika seperti serangan balasan dan yang lainnya.
"Jika skenario terburuk yang terjadi pasti ada dampak di kenaikan harga minyak dan ujung-ujungnya mempengaruhi pertumbuhan global juga," kata dia.
Minyak dunia diprediksi naik juga karena supply-demand di global relatif ketat. Menurut David, posisi antara global demand dan global supply hanya kurang lebih sekitar 2 juta barel selisihnya. Sehingga jika ada persoalan di sisi supply, ini langsung bisa mempengaruhi harga.
"Tapi sejauh ini memang harga minyak pasca kemarin mulai stabilisasi, jadi tidak ada lonjakan lagi, tapi yang saya perhatikan justru setelah ada kenaikan harga minyak itu bisa diikuti dengan kenaikan harga komoditas yang lain, jadi kita lihat sudah dua hari ini harga batu bara mulai melonjak," ujar David.
Namun sejauh ini, menurut David untuk Indonesia yang dikhawatirkan adalah risiko di sisi minyaknya. Tetapi dari sisi harga komoditas yang lain biasanya akan mengikut. Dengan demikian risiko akan balance dari sisi Indonesia, sehingga David melihat ada risiko fiskalnya.
Menurut hitungan BCA, setiap ada pelemahan rupiah juga ada kenaikan harga minyak USD10 itu dampaknya menambah sekitaran lebih dari Rp100 triliun untuk tambahan kompensasi untuk subsidi.
"Tapi yang jelas sekarang relatif stabil, tapi kita harus antisipasi tadi skenario terburuk tadi dan disisi rupiah juga banyak antisipasi dan cadangan devisa kita juga sebenarnya posisi sekarang lebih kuat dari masa pandemi, tapi tetap harus antisipatif," katanya.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda