Israel Serang Iran, Harga Emas Dunia Meroket Dekati Rekor Tertinggi
Jum'at, 19 April 2024 - 14:38 WIB
JAKARTA - Harga minyak dan emas melonjak setelah para pejabat AS mengatakan bahwa sebuah rudal Israel telah menghantam Iran . Minyak mentah Brent, patokan internasional, naik 1,8% menjadi USD88 per barel sementara harga emas dunia mendekati rekor tertinggi sebelum turun kembali ke hampir USD2.400 per ons.
Para investor telah mengamati dengan seksama reaksi Israel terhadap serangan pesawat tak berawak dan rudal Iran akhir pekan lalu. Ada kekhawatiran bahwa konflik yang memburuk di Timur Tengah dapat mengganggu suplai minyak.
Harga minyak sempat melonjak sebanyak 3,5% pada awalnya. Namun, kenaikan surut setelah media pemerintah Iran mengklaim bahwa tidak ada kerusakan di provinsi Isfahan di mana terdapat laporan-laporan mengenai ledakan.
Kenaikan harga minyak yang tajam dan berkelanjutan berisiko memicu inflasi. Negara-negara sangat bergantung pada komoditas ini, yang digunakan untuk memproduksi bahan bakar seperti bensin dan diesel. Harga bahan bakar dan energi telah menjadi pendorong utama di balik kenaikan biaya hidup di seluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir.
Randeep Somel, fund manager di M&G Investment Management, mengatakan kepada program Today di BBC: "Kekhawatiran pasar terutama adalah masalah inflasi, bahwa hal ini akan menambah inflasi," kata dia dikutip dari BBC, Jumat (19/4/2024).
Meskipun laju inflasi telah melambat, di Inggris, laju inflasi masih berada di atas target 2% Bank of England dan beberapa ekonom memperkirakan bahwa penurunan suku bunga mungkin baru akan terjadi pada musim panas atau akhir tahun ini.
"Di Inggris, tingkat inflasi masih sekitar 3,2% - masih jauh dari target - dan ini menjadi sedikit kekhawatiran bagi para pembuat kebijakan," kata Somel. "Senang melihat bahwa hal ini tidak meningkat lebih jauh dan semoga gangguan pada pasar tidak berlangsung lama."
Harga emas sering kali naik di saat-saat ketidakpastian karena emas dipandang sebagai investasi yang aman. Ketegangan yang meningkat di Timur Tengah telah menimbulkan kekhawatiran tentang apakah pengiriman melalui Selat Hormuz antara Oman dan Iran akan terpengaruh.
Para investor telah mengamati dengan seksama reaksi Israel terhadap serangan pesawat tak berawak dan rudal Iran akhir pekan lalu. Ada kekhawatiran bahwa konflik yang memburuk di Timur Tengah dapat mengganggu suplai minyak.
Harga minyak sempat melonjak sebanyak 3,5% pada awalnya. Namun, kenaikan surut setelah media pemerintah Iran mengklaim bahwa tidak ada kerusakan di provinsi Isfahan di mana terdapat laporan-laporan mengenai ledakan.
Kenaikan harga minyak yang tajam dan berkelanjutan berisiko memicu inflasi. Negara-negara sangat bergantung pada komoditas ini, yang digunakan untuk memproduksi bahan bakar seperti bensin dan diesel. Harga bahan bakar dan energi telah menjadi pendorong utama di balik kenaikan biaya hidup di seluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir.
Randeep Somel, fund manager di M&G Investment Management, mengatakan kepada program Today di BBC: "Kekhawatiran pasar terutama adalah masalah inflasi, bahwa hal ini akan menambah inflasi," kata dia dikutip dari BBC, Jumat (19/4/2024).
Meskipun laju inflasi telah melambat, di Inggris, laju inflasi masih berada di atas target 2% Bank of England dan beberapa ekonom memperkirakan bahwa penurunan suku bunga mungkin baru akan terjadi pada musim panas atau akhir tahun ini.
"Di Inggris, tingkat inflasi masih sekitar 3,2% - masih jauh dari target - dan ini menjadi sedikit kekhawatiran bagi para pembuat kebijakan," kata Somel. "Senang melihat bahwa hal ini tidak meningkat lebih jauh dan semoga gangguan pada pasar tidak berlangsung lama."
Harga emas sering kali naik di saat-saat ketidakpastian karena emas dipandang sebagai investasi yang aman. Ketegangan yang meningkat di Timur Tengah telah menimbulkan kekhawatiran tentang apakah pengiriman melalui Selat Hormuz antara Oman dan Iran akan terpengaruh.
tulis komentar anda