OJK Buka Suara Efek Tewasnya Presiden Iran Ebrahim Raisi Terhadap Pasar Modal
Rabu, 22 Mei 2024 - 18:58 WIB
JAKARTA - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) , Mahendra Siregar mengatakan, bahwa kematian Presiden Iran Ebrahim Raisi disebut tidak berpengaruh pada market . Sementara itu Ia mengaku, pihaknya telah melakukan mitigasi pada konflik di Timur Tengah khususnya pada Gaza.
"Kalau yang kami sudah lakukan tidak khusus untuk itu adalah asesmen mengenai seberapa besar dampak dari perkembangan di Timur Tengah. Mulai dari Gaza, ketegangan di sana, itu kami sudah lihat risikonya, transmisi, dan lain-lain, nampaknya bisa relatif bisa kita mitigasi dengan baik," kata Mahendra di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (22/5/2024).
Mahendra mengutarakan, bahwa perekonomian Indonesia akan berdampak jika berhubungan dengan harga minyak. Dampak meninggalnya Presiden Iran Ebrahim Raisi, dikhawatirkan dapat menimbulkan gejolak ekonomi global khususnya harga minyak.
Sebelumnya setelah kabar tewasnya Presiden Iran, Ebrahim Raisi berdampak terhadap pergerakan minyak mentah dunia. Minyak mentah Brent naik di atas USD84 per barel menyusul berita ini dan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mencapai USD80, dengan kemungkinan keduanya akan mendapatkan lebih banyak keuntungan seiring dengan semakin banyaknya informasi mengenai situasi di Iran.
"Menjadi persoalan utama seberapa besar kalau itu berdampak ke harga minyak. Tapi di luar itu dari segi ekspor-impor, kemudian dari seberapa besar yang melakukan perdagangan melalui transaksi keuangan, di perbankan, dan lain-lain relatif tidak besar," kata Mahendra.
"Jadi tidak kepada khusus dengan tewasnya Presiden Iran, tetapi kepada asesmen menyeluruh dan saya rasa tidak akan beda," sambungnya.
Lihat Juga: Ikuti Webinar MNC Asset Bersama BRI Danareksa Sekuritas, Inovasi dan Peluang Baru: Update Produk Reksa Dana
"Kalau yang kami sudah lakukan tidak khusus untuk itu adalah asesmen mengenai seberapa besar dampak dari perkembangan di Timur Tengah. Mulai dari Gaza, ketegangan di sana, itu kami sudah lihat risikonya, transmisi, dan lain-lain, nampaknya bisa relatif bisa kita mitigasi dengan baik," kata Mahendra di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (22/5/2024).
Mahendra mengutarakan, bahwa perekonomian Indonesia akan berdampak jika berhubungan dengan harga minyak. Dampak meninggalnya Presiden Iran Ebrahim Raisi, dikhawatirkan dapat menimbulkan gejolak ekonomi global khususnya harga minyak.
Baca Juga
Sebelumnya setelah kabar tewasnya Presiden Iran, Ebrahim Raisi berdampak terhadap pergerakan minyak mentah dunia. Minyak mentah Brent naik di atas USD84 per barel menyusul berita ini dan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mencapai USD80, dengan kemungkinan keduanya akan mendapatkan lebih banyak keuntungan seiring dengan semakin banyaknya informasi mengenai situasi di Iran.
"Menjadi persoalan utama seberapa besar kalau itu berdampak ke harga minyak. Tapi di luar itu dari segi ekspor-impor, kemudian dari seberapa besar yang melakukan perdagangan melalui transaksi keuangan, di perbankan, dan lain-lain relatif tidak besar," kata Mahendra.
"Jadi tidak kepada khusus dengan tewasnya Presiden Iran, tetapi kepada asesmen menyeluruh dan saya rasa tidak akan beda," sambungnya.
Lihat Juga: Ikuti Webinar MNC Asset Bersama BRI Danareksa Sekuritas, Inovasi dan Peluang Baru: Update Produk Reksa Dana
(akr)
tulis komentar anda