Mulai Sebar Undangan KTT 2024, BRICS Bakal Rekrut Anggota Baru Lagi?
Sabtu, 25 Mei 2024 - 20:00 WIB
JAKARTA - Kelompok BRICS mulai menyebar undangan untuk Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) 2024 mendatang di Kazan, Rusia. Diberitakan, Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengundang Raja Bahrain, Hamad bin Isa Al Khalifa, untuk menghadiri pertemuan puncak yang dijadwalkan berlangsung pada Oktober tersebut.
Menurut laporan, kepala negara Timur Tengah tersebut segera menerima undangan tersebut. Raja Hamad bin Isa Al Khalifa tiba di Moskow pada Rabu (22/5) untuk mengadakan pembicaraan dengan Presiden Putin dan menandatangani dokumen tambahan.
Melansir watcher.guru, Bahrain tertarik dengan inisiatif BRICS, dan karena hubungannya dengan Rusia, kemungkinan menjadi kandidat yang akan menerima undangan untuk bergabung dengan aliansi tersebut pada musim gugur ini.
BRICS disebut-sebut juga berencana melakukan ekspansi lebih lanjut pada pertemuan puncak mendatang. Kelompok itu berencana mengundang lebih banyak negara ke KTT tersebut untuk menentukan siapa yang akan menjadi anggota BRICS+ berikutnya.
Aliansi yang dimotori Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan itu tersebut berhasil melantik empat anggota baru pada awal tahun 2024, yakni Mesir, Iran, UEA dan Ethiopia menyusul dikeluarkannya lima undangan resmi pada pertemuan puncak tahun lalu.
Jumlah negara yang tertarik untuk bergabung dengan BRICS pun telah meningkat secara dramatis sejak gelombang undangan yang terakhir. Laporan awal menunjukkan lusinan negara di seluruh dunia tertarik untuk bergabung dengan blok tersebut, dengan harapan menerima undangan pertemuan puncak. Pihak-pihak yang berkepentingan ini mencakup negara-negara di Afrika, Asia, Amerika Selatan, Timur Tengah, dan bahkan Eropa.
Hal lain yang diberikan kepada negara-negara yang tertarik untuk bergabung dengan BRICS adalah dukungan terhadap misi utama blok tersebut, yaitu dedolarisasi. Langkah menggulingkan dolar AS itu konon berada di urutan teratas dalam daftar blok ekonomi BRICS.
Hingga saat ini, negara-negara anggota BRICS dinilai telah melakukan pekerjaan yang baik dalam meninggalkan dolar AS dan menginspirasi negara-negara lain untuk melakukan hal yang sama. Blok tersebut berharap untuk menggunakan mata uang alternatif, seperti mata uang lokal atau mata uang BRICS yang baru, untuk menjadi cadangan global utama dalam perdagangan menggantikan dolar AS.
Menurut laporan, kepala negara Timur Tengah tersebut segera menerima undangan tersebut. Raja Hamad bin Isa Al Khalifa tiba di Moskow pada Rabu (22/5) untuk mengadakan pembicaraan dengan Presiden Putin dan menandatangani dokumen tambahan.
Melansir watcher.guru, Bahrain tertarik dengan inisiatif BRICS, dan karena hubungannya dengan Rusia, kemungkinan menjadi kandidat yang akan menerima undangan untuk bergabung dengan aliansi tersebut pada musim gugur ini.
BRICS disebut-sebut juga berencana melakukan ekspansi lebih lanjut pada pertemuan puncak mendatang. Kelompok itu berencana mengundang lebih banyak negara ke KTT tersebut untuk menentukan siapa yang akan menjadi anggota BRICS+ berikutnya.
Aliansi yang dimotori Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan itu tersebut berhasil melantik empat anggota baru pada awal tahun 2024, yakni Mesir, Iran, UEA dan Ethiopia menyusul dikeluarkannya lima undangan resmi pada pertemuan puncak tahun lalu.
Jumlah negara yang tertarik untuk bergabung dengan BRICS pun telah meningkat secara dramatis sejak gelombang undangan yang terakhir. Laporan awal menunjukkan lusinan negara di seluruh dunia tertarik untuk bergabung dengan blok tersebut, dengan harapan menerima undangan pertemuan puncak. Pihak-pihak yang berkepentingan ini mencakup negara-negara di Afrika, Asia, Amerika Selatan, Timur Tengah, dan bahkan Eropa.
Hal lain yang diberikan kepada negara-negara yang tertarik untuk bergabung dengan BRICS adalah dukungan terhadap misi utama blok tersebut, yaitu dedolarisasi. Langkah menggulingkan dolar AS itu konon berada di urutan teratas dalam daftar blok ekonomi BRICS.
Hingga saat ini, negara-negara anggota BRICS dinilai telah melakukan pekerjaan yang baik dalam meninggalkan dolar AS dan menginspirasi negara-negara lain untuk melakukan hal yang sama. Blok tersebut berharap untuk menggunakan mata uang alternatif, seperti mata uang lokal atau mata uang BRICS yang baru, untuk menjadi cadangan global utama dalam perdagangan menggantikan dolar AS.
(fjo)
Lihat Juga :
tulis komentar anda