Investasi Energi Bersih Secara Global Diperkirakan Rp32.000 T di 2024
Kamis, 06 Juni 2024 - 12:54 WIB
JAKARTA - Investasi global dalam teknologi dan infrastruktur energi ramah lingkungan diperkirakan mencapai USD2 triliun atau sekitar Rp32.000 triliun (kurs Rp16.000 per USD) pada tahun ini. Badan Energi Internasional (IEA) menyebutkan, nilai itu dua kali lipat dibanding jumlah investasi pada bahan bakar fosil.
IEA dalam laporan tahunan Investasi Energi Dunia menyebutkan, total investasi energi diperkirakan akan melebihi USD3 triliun untuk pertama kalinya pada tahun 2024.
Sekitar USD2 triliun akan dialokasikan untuk teknologi ramah lingkungan – termasuk energi terbarukan, kendaraan listrik, tenaga nuklir, jaringan listrik, penyimpanan, bahan bakar beremisi rendah, peningkatan efisiensi, dan pompa panas – dan sisanya ditujukan untuk gas, minyak, dan batu bara.
Investasi gabungan pada energi terbarukan dan jaringan listrik melampaui jumlah pengeluaran untuk bahan bakar fosil untuk pertama kalinya pada tahun 2023.
"Untuk setiap dolar yang digunakan untuk bahan bakar fosil saat ini, hampir dua dolar diinvestasikan pada energi ramah lingkungan," kata Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol seperti dilansir Reuters, Kamis (6/6/2024).
Dia mengatakan, peningkatan belanja energi ramah lingkungan itu didukung oleh perekonomian yang kuat, pengurangan biaya yang berkelanjutan, dan pertimbangan keamanan energi.
China diperkirakan akan menyumbang investasi energi ramah lingkungan terbesar pada tahun 2024 dengan perkiraan USD675 miliar. Sementara, Eropa akan berkontribusi USD370 miliar dan Amerika Serikat sebesar USD315 miliar.
Disebutkan, kebanyakan pengeluaran difokuskan pada sel fotovoltaik (PV) dibandingkan teknologi pembangkit listrik lainnya, dengan investasi yang diperkirakan akan tumbuh hingga USD500 miliar pada tahun 2024 karena turunnya harga modul surya.
Laporan itu menyebutkan, investasi hulu minyak dan gas global diperkirakan meningkat sebesar 7% pada tahun 2024 menjadi USD570 miliar, menyusul peningkatan serupa pada tahun 2023. Hal ini sebagian besar dipimpin oleh perusahaan minyak nasional di Timur Tengah dan Asia.
laporan itu juga menyebutkan, masih terdapat kekurangan dalam investasi energi di beberapa negara seperti negara berkembang dan negara berkembang di luar China.
IEA dalam laporan tahunan Investasi Energi Dunia menyebutkan, total investasi energi diperkirakan akan melebihi USD3 triliun untuk pertama kalinya pada tahun 2024.
Sekitar USD2 triliun akan dialokasikan untuk teknologi ramah lingkungan – termasuk energi terbarukan, kendaraan listrik, tenaga nuklir, jaringan listrik, penyimpanan, bahan bakar beremisi rendah, peningkatan efisiensi, dan pompa panas – dan sisanya ditujukan untuk gas, minyak, dan batu bara.
Investasi gabungan pada energi terbarukan dan jaringan listrik melampaui jumlah pengeluaran untuk bahan bakar fosil untuk pertama kalinya pada tahun 2023.
"Untuk setiap dolar yang digunakan untuk bahan bakar fosil saat ini, hampir dua dolar diinvestasikan pada energi ramah lingkungan," kata Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol seperti dilansir Reuters, Kamis (6/6/2024).
Dia mengatakan, peningkatan belanja energi ramah lingkungan itu didukung oleh perekonomian yang kuat, pengurangan biaya yang berkelanjutan, dan pertimbangan keamanan energi.
China diperkirakan akan menyumbang investasi energi ramah lingkungan terbesar pada tahun 2024 dengan perkiraan USD675 miliar. Sementara, Eropa akan berkontribusi USD370 miliar dan Amerika Serikat sebesar USD315 miliar.
Disebutkan, kebanyakan pengeluaran difokuskan pada sel fotovoltaik (PV) dibandingkan teknologi pembangkit listrik lainnya, dengan investasi yang diperkirakan akan tumbuh hingga USD500 miliar pada tahun 2024 karena turunnya harga modul surya.
Laporan itu menyebutkan, investasi hulu minyak dan gas global diperkirakan meningkat sebesar 7% pada tahun 2024 menjadi USD570 miliar, menyusul peningkatan serupa pada tahun 2023. Hal ini sebagian besar dipimpin oleh perusahaan minyak nasional di Timur Tengah dan Asia.
laporan itu juga menyebutkan, masih terdapat kekurangan dalam investasi energi di beberapa negara seperti negara berkembang dan negara berkembang di luar China.
(fjo)
tulis komentar anda