3 Alasan Rusia Bersekutu dengan China di Bidang Ekonomi
Jum'at, 07 Juni 2024 - 13:46 WIB
Hubungan kedua negara ini semakin erat setelah Rusia mengalami perubahan signifikan dalam kebijakan luar negerinya, seiring dengan semakin tegangnya hubungan Moskow dengan negara-negara Barat pada akhir tahun 2000an.
Setelah aneksasi Krimea oleh Rusia dan perang rahasia di Donbas, Rusia seakan semakin sulit untuk menjalin kerja sama dengan negara-negara Barat. Konflik ini juga sekaligus memperdalam kemitraan dengan China.
Pada awal Februari 2022, tak lama sebelum Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan invasi besar-besaran ke Ukraina, muncul pernyataan bersama Rusia-China yang menggambarkan hubungan bilateral sebagai "persahabatan tanpa batas".
3. China Jadi Fasilitator Perluasan Industri Militer Rusia
Sejak Rusia terkena sanksi Barat setelah melakukan operasi militer keUkraina, Moskow mulai mengalami kesulitan dalam memperoleh bahan baku militer. Meski begitu, Moskow telah mampu mengurangi beberapa dampak sanksi Barat dengan bantuan China.
Meskipun China belum mengirimkan persenjataan berat ke Rusia, ekspor barang, mesin, material, dan komponen yang dapat digunakan ganda memfasilitasi perluasan industri militer Rusia. Ekspor ke Rusia ini tidak hanya menimbulkan ancaman langsung terhadap Ukraina, namun juga meningkatkan potensi militer Rusia dalam jangka panjang.
Sebagai reaksi terhadap pengiriman barang-barang ke industri militer Rusia, UE untuk pertama kalinya memberikan sanksi kepada perusahaan-perusahaan Tiongkok atas perang di Ukraina pada bulan Juni 2023.
Hal ini menunjukkan bahwa kerja sama ekonomi yang terlalu erat antara Rusia dan China juga dapat menyebabkan peningkatan ketegangan antara Negeri Panda itu dengan negara-negara Barat.
Setelah aneksasi Krimea oleh Rusia dan perang rahasia di Donbas, Rusia seakan semakin sulit untuk menjalin kerja sama dengan negara-negara Barat. Konflik ini juga sekaligus memperdalam kemitraan dengan China.
Pada awal Februari 2022, tak lama sebelum Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan invasi besar-besaran ke Ukraina, muncul pernyataan bersama Rusia-China yang menggambarkan hubungan bilateral sebagai "persahabatan tanpa batas".
3. China Jadi Fasilitator Perluasan Industri Militer Rusia
Sejak Rusia terkena sanksi Barat setelah melakukan operasi militer keUkraina, Moskow mulai mengalami kesulitan dalam memperoleh bahan baku militer. Meski begitu, Moskow telah mampu mengurangi beberapa dampak sanksi Barat dengan bantuan China.
Meskipun China belum mengirimkan persenjataan berat ke Rusia, ekspor barang, mesin, material, dan komponen yang dapat digunakan ganda memfasilitasi perluasan industri militer Rusia. Ekspor ke Rusia ini tidak hanya menimbulkan ancaman langsung terhadap Ukraina, namun juga meningkatkan potensi militer Rusia dalam jangka panjang.
Sebagai reaksi terhadap pengiriman barang-barang ke industri militer Rusia, UE untuk pertama kalinya memberikan sanksi kepada perusahaan-perusahaan Tiongkok atas perang di Ukraina pada bulan Juni 2023.
Hal ini menunjukkan bahwa kerja sama ekonomi yang terlalu erat antara Rusia dan China juga dapat menyebabkan peningkatan ketegangan antara Negeri Panda itu dengan negara-negara Barat.
(fjo)
tulis komentar anda