Wacana Tarif Impor 200%, Pakar China: Tak Akan Ganggu Hubungan dengan Indonesia
Senin, 08 Juli 2024 - 16:23 WIB
JAKARTA - Setelah Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa yang menerapkan tarif impor tinggi atas sejumlah produk China , wacana serupa mengemuka dari Indonesia. Baru-baru ini, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengemukakan usulan pengenaan bea masuk hingga 200% untuk sejumlah produk impor.
Wacana Indonesia untuk mengenakan tarif hingga 200% pada produk-produk impor, termasuk barang-barang buatan China, diakui Zhao Gancheng, peneliti di Shanghai Institute for International Studies, menimbulkan kekhawatiran atas potensi ketegangan antara dua mitra dagang penting di kawasan Asia tersebut. Namun, seperti dilansir Global Times, Minggu (7/7), Zhao meyakini hal itu tidak akan berdampak signifikan terhadap hubungan ekonomi dan perdagangan kedua negara.
Menurut media yang terafiliasi dengan Partai Komunis Chian tersebut, Zhao tetap optimistis akan prospek hubungan ekonomi dan perdagangan kedua negara. Menurut Zhao, China sangat menekankan hubungan ekonomi dan perdagangannya dengan negara-negara kawasan, termasuk Indonesia. Demikian pula, kata dia, Indonesia memandang China sebagai mitra dagang penting dan sumber investasi. Meskipun ada tantangan eksternal, Zhao yakin hubungan ekonomi antara kedua negara cukup kuat.
"Meskipun masalah tarif telah menarik perhatian, hal ini seharusnya tidak berdampak signifikan terhadap hubungan dagang secara keseluruhan, mengingat tingginya saling melengkapi dalam perdagangan bilateral," kata Zhao. Dia memperkirakan hal ini hanya akan berdampak minimal pada hubungan ekonomi yang lebih luas.
Terkait produk yang diperkirakan bakal menjadi sasaran tarif, diketahui tahun lalu China mengekspor mainan senilai USD500 juta ke Indonesia, alas kaki USD1 miliar, produk tekstil USD2,5 miliar, dan produk keramik USD430 juta. Menurut Zhao, keempat jenis produk industri ringan ini hanya menyumbang sekitar 7% dari ekspor China ke Indonesia.
Di bagian lain, Global Times juga menyebutkan bahwa beberapa hari setelah wacana tarif dilontarkan Mendag Zulkifli, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan tampak mencoba meredam isu tersebut, dengan mengatakan bahwa rencana Indonesia untuk mengenakan bea masuk hingga 200% itu tidak ditargetkan pada negara-negara tertentu, khususnya China.
Luhut menjelaskan, salah satu langkah yang dilakukan selama ini adalah perpanjangan tarif safeguard yang sudah dikenakan pada beberapa produk TPT. Tarif ini berlaku untuk semua barang impor, terlepas dari asalnya. Luhut juga menekankan bahwa China tetap menjadi mitra strategis dan komprehensif yang penting bagi Indonesia dalam perdagangan dan investasi. Indonesia, tegas dia, berkomitmen untuk menjaga hubungan ini melalui komunikasi dan dialog berkelanjutan mengenai perubahan kebijakan.
Wacana Indonesia untuk mengenakan tarif hingga 200% pada produk-produk impor, termasuk barang-barang buatan China, diakui Zhao Gancheng, peneliti di Shanghai Institute for International Studies, menimbulkan kekhawatiran atas potensi ketegangan antara dua mitra dagang penting di kawasan Asia tersebut. Namun, seperti dilansir Global Times, Minggu (7/7), Zhao meyakini hal itu tidak akan berdampak signifikan terhadap hubungan ekonomi dan perdagangan kedua negara.
Menurut media yang terafiliasi dengan Partai Komunis Chian tersebut, Zhao tetap optimistis akan prospek hubungan ekonomi dan perdagangan kedua negara. Menurut Zhao, China sangat menekankan hubungan ekonomi dan perdagangannya dengan negara-negara kawasan, termasuk Indonesia. Demikian pula, kata dia, Indonesia memandang China sebagai mitra dagang penting dan sumber investasi. Meskipun ada tantangan eksternal, Zhao yakin hubungan ekonomi antara kedua negara cukup kuat.
"Meskipun masalah tarif telah menarik perhatian, hal ini seharusnya tidak berdampak signifikan terhadap hubungan dagang secara keseluruhan, mengingat tingginya saling melengkapi dalam perdagangan bilateral," kata Zhao. Dia memperkirakan hal ini hanya akan berdampak minimal pada hubungan ekonomi yang lebih luas.
Terkait produk yang diperkirakan bakal menjadi sasaran tarif, diketahui tahun lalu China mengekspor mainan senilai USD500 juta ke Indonesia, alas kaki USD1 miliar, produk tekstil USD2,5 miliar, dan produk keramik USD430 juta. Menurut Zhao, keempat jenis produk industri ringan ini hanya menyumbang sekitar 7% dari ekspor China ke Indonesia.
Di bagian lain, Global Times juga menyebutkan bahwa beberapa hari setelah wacana tarif dilontarkan Mendag Zulkifli, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan tampak mencoba meredam isu tersebut, dengan mengatakan bahwa rencana Indonesia untuk mengenakan bea masuk hingga 200% itu tidak ditargetkan pada negara-negara tertentu, khususnya China.
Luhut menjelaskan, salah satu langkah yang dilakukan selama ini adalah perpanjangan tarif safeguard yang sudah dikenakan pada beberapa produk TPT. Tarif ini berlaku untuk semua barang impor, terlepas dari asalnya. Luhut juga menekankan bahwa China tetap menjadi mitra strategis dan komprehensif yang penting bagi Indonesia dalam perdagangan dan investasi. Indonesia, tegas dia, berkomitmen untuk menjaga hubungan ini melalui komunikasi dan dialog berkelanjutan mengenai perubahan kebijakan.
tulis komentar anda