Ekonomi AS Panas Dingin Diterpa Panasnya Suasana Pemilihan Presiden
Sabtu, 27 Juli 2024 - 06:17 WIB
"Ada banyak arus silang di sini, ketika pemilih berpikir tentang ekonomi," kata Mark Zandi, kepala ekonom di Moody's Analytics.
"Pada titik ini, saya tidak berpikir itu angin yang buruk atau baik," sambungnya.
Ekonom memprediksi pertumbuhan pada kuartal ini bakal berada di sekitar 2%. Tetapi data menunjukkan ekonomi bangkit kembali dari perlambatan pada awal tahun, ketika produk domestik bruto (PDB) tumbuh hanya 1,4%.
Selain belanja konsumen yang kuat, laporan tersebut menunjukkan peningkatan investasi dan ekspor. Dalam sebuah pernyataan, Biden mengatakan, laporan itu "memperjelas bahwa kita sekarang memiliki ekonomi terkuat di dunia".
Tetapi profesor Universitas Iowa, Michael Lewis-Beck yang dikenal lewat prediksinya berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan persetujuan presiden, mengatakan pertumbuhan tampaknya tidak cukup kuat pada paruh pertama tahun ini untuk mengatasi ketidakpopuleran Biden yang tajam.
Ia memperkirakan Biden bakal menelan sedikit kerugian, bila melihat pertumbuhan diu awal tahun. Dia memperingatkan bahwa Demokrat, akan menghadapi peluang tipis saat ini setelah Biden memutuskan mundur dari persaingan Pilpres karena kehilangan keunggulan sebagai petahana.
Pemilu tetap rumit, sembari memberikan catatan bahwa tiga pemilu sejak 1948 yakni - pada tahun 1960, 1968 dan 1976 - berlangsung di "masa yang bergejolak", seperti hari ini.
"Bukan berarti ekonomi tidak relevan pada masa itu, tetapi ada hal-hal besar lainnya yang terjadi," katanya.
Mayoritas secara luas mengharapkan bank sentral AS alias the Fed bakal memangkas suku bunga pada bulan September 2024, dalam upaya untuk mencegah perlambatan lebih lanjut.
"Pada titik ini, saya tidak berpikir itu angin yang buruk atau baik," sambungnya.
Ekonom memprediksi pertumbuhan pada kuartal ini bakal berada di sekitar 2%. Tetapi data menunjukkan ekonomi bangkit kembali dari perlambatan pada awal tahun, ketika produk domestik bruto (PDB) tumbuh hanya 1,4%.
Selain belanja konsumen yang kuat, laporan tersebut menunjukkan peningkatan investasi dan ekspor. Dalam sebuah pernyataan, Biden mengatakan, laporan itu "memperjelas bahwa kita sekarang memiliki ekonomi terkuat di dunia".
Tetapi profesor Universitas Iowa, Michael Lewis-Beck yang dikenal lewat prediksinya berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan persetujuan presiden, mengatakan pertumbuhan tampaknya tidak cukup kuat pada paruh pertama tahun ini untuk mengatasi ketidakpopuleran Biden yang tajam.
Ia memperkirakan Biden bakal menelan sedikit kerugian, bila melihat pertumbuhan diu awal tahun. Dia memperingatkan bahwa Demokrat, akan menghadapi peluang tipis saat ini setelah Biden memutuskan mundur dari persaingan Pilpres karena kehilangan keunggulan sebagai petahana.
Pemilu tetap rumit, sembari memberikan catatan bahwa tiga pemilu sejak 1948 yakni - pada tahun 1960, 1968 dan 1976 - berlangsung di "masa yang bergejolak", seperti hari ini.
"Bukan berarti ekonomi tidak relevan pada masa itu, tetapi ada hal-hal besar lainnya yang terjadi," katanya.
Sentimen Ekonomi dalam Pilpres AS
Apa yang terjadi pada ekonomi AS di bulan-bulan mendatang bisa membuat perbedaan. Namun sebagian besar analis memperkirakan, tidak ada perubahan besar pada kondisi ekonomi AS antara saat ini dan November, meskipun beberapa pelemahan tetap diantisipasi.Mayoritas secara luas mengharapkan bank sentral AS alias the Fed bakal memangkas suku bunga pada bulan September 2024, dalam upaya untuk mencegah perlambatan lebih lanjut.
tulis komentar anda