Ekonomi AS Panas Dingin Diterpa Panasnya Suasana Pemilihan Presiden

Sabtu, 27 Juli 2024 - 06:17 WIB
loading...
Ekonomi AS Panas Dingin...
Pertumbuhan ekonomi AS (Amerika Serikat) meningkat pada musim semi, hingga menumbuhkan harapan bahwa ekonomi terbesar di dunia tersebut dapat mengendalikan inflasi sembari menghindari perlambatan. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi AS (Amerika Serikat) meningkat pada musim semi, hingga menumbuhkan harapan bahwa ekonomi terbesar di dunia tersebut dapat mengendalikan inflasi sembari menghindari perlambatan. Ekonomi Paman Sam -julukan AS- tumbuh 2,5% secara tahunan selama periode tiga bulanan hingga Juni 2024, mendatang.



Perekonomian AS terangkat karena adanya peningkatan belanja konsumen, seperti disampaikan oleh Departemen Perdagangan. Kecepatan ekonomi AS melebihi ekspektasi, meski masih menandai perlambatan dari tahun 2023.

Angin positif berhembus bila melihat data-data ekonomi selama kampanye presiden yang memanas, dimana kondisi ekonomi menjadi perhatian utama para pemilih.



Pertumbuhan stabil AS - jauh melampaui rekan-rekan internasionalnya - biasanya akan menguntungkan Demokrat sebagai partai petahana. Tetapi kondisi mixed saat ini menjadi teki-teki yang sulit dijawab.

Angka pengangguran sebesar 4,1%, dinilai cukup rendah meski masih dalam tren peningkatan. Pertumbuhan cenderung solid, tetapi melambat ketika perekonomian kembali dibuka setelah Covid.

Lalu meskipun inflasi sudah mereda secara signifikan, ketidakpuasan ekonomi tetap tinggi, karena rumah tangga bergulat dengan lonjakan harga 20% sejak 2021 dan biaya pinjaman yang tinggi.

Keputusan Presiden Joe Biden untuk keluar dari persaingan pemilihan Presiden AS telah mengacaukan gambaran lebih jauh.

"Ada banyak arus silang di sini, ketika pemilih berpikir tentang ekonomi," kata Mark Zandi, kepala ekonom di Moody's Analytics.

"Pada titik ini, saya tidak berpikir itu angin yang buruk atau baik," sambungnya.

Ekonom memprediksi pertumbuhan pada kuartal ini bakal berada di sekitar 2%. Tetapi data menunjukkan ekonomi bangkit kembali dari perlambatan pada awal tahun, ketika produk domestik bruto (PDB) tumbuh hanya 1,4%.

Selain belanja konsumen yang kuat, laporan tersebut menunjukkan peningkatan investasi dan ekspor. Dalam sebuah pernyataan, Biden mengatakan, laporan itu "memperjelas bahwa kita sekarang memiliki ekonomi terkuat di dunia".

Tetapi profesor Universitas Iowa, Michael Lewis-Beck yang dikenal lewat prediksinya berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan persetujuan presiden, mengatakan pertumbuhan tampaknya tidak cukup kuat pada paruh pertama tahun ini untuk mengatasi ketidakpopuleran Biden yang tajam.

Ia memperkirakan Biden bakal menelan sedikit kerugian, bila melihat pertumbuhan diu awal tahun. Dia memperingatkan bahwa Demokrat, akan menghadapi peluang tipis saat ini setelah Biden memutuskan mundur dari persaingan Pilpres karena kehilangan keunggulan sebagai petahana.

Pemilu tetap rumit, sembari memberikan catatan bahwa tiga pemilu sejak 1948 yakni - pada tahun 1960, 1968 dan 1976 - berlangsung di "masa yang bergejolak", seperti hari ini.

"Bukan berarti ekonomi tidak relevan pada masa itu, tetapi ada hal-hal besar lainnya yang terjadi," katanya.

Sentimen Ekonomi dalam Pilpres AS

Apa yang terjadi pada ekonomi AS di bulan-bulan mendatang bisa membuat perbedaan. Namun sebagian besar analis memperkirakan, tidak ada perubahan besar pada kondisi ekonomi AS antara saat ini dan November, meskipun beberapa pelemahan tetap diantisipasi.

Mayoritas secara luas mengharapkan bank sentral AS alias the Fed bakal memangkas suku bunga pada bulan September 2024, dalam upaya untuk mencegah perlambatan lebih lanjut.

Mereka yang mendukung pemotongan dalam waktu dekat menerangkan, Federal Reserve perlu bertindak sebelum biaya pinjaman, yang berada pada level tertinggi sekitar dua dekade, mengirim ekonomi ke dalam resesi.

Akan tetapi PDB yang kuat dapat melemahkan kasus ini. Bagi Fed ini adalah posisi yang tidak nyaman, dimana Zandi mengutarakan, "Apa yang dilakukan atau tidak dilakukan Fed menjadi penting,".
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0742 seconds (0.1#10.140)