Gejolak Resesi di AS Bikin Kemenkeu Waspada
Selasa, 06 Agustus 2024 - 11:57 WIB
JAKARTA - Pemerintah terusmemantau risiko yang akan dihadapi oleh Indonesia apabila Amerika Serikat (AS) mengalami resesi ekonomi . Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (BKF Kemenkeu ), Febrio Kacaribu mengatakan, hingga saat ini pemerintah sudah melakukan langkah antipatif karena gejolak yang terjadi di AS itu memang harus diantisipasi.
"Ini memang sedang bergerak, jadi tentunya kita pertama sudah antisipatif, tapi tentunya ini akan terus kita pantau dengan dekat karena memang gejolak itu akan harus kita antisipasi," jelasnya ketika ditemui di Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (6/8/2024).
Febrio mengakui, bahwa kondisi perekonomian yang terjadi di AS saat ini memang di bawah ekspetasi pemerintah Indonesia. Salah satunya soal angka pengangguran yang ternyata lebih tinggi dibandingkan yang dibayangkan.
Kemudian kebijakan mereka soal tingkat suku bunga yang sejatinya dipandang oleh pasar sudah harus dipotong lebih awal bahkan sejak awal tahun. "Tetapi kita kalau dari Indonesia memang kita melihat bahwa dinamika dari tingkat suku bunga dan ekspektasinya itu memang sudah berubah-ubah dari sejak awal tahun," urainya.
Lebih lanjut Ia menerangkan, sejak awal pemerintah memang melihat ada ekspetasi bahwa Bank Sentral AS alias The Fed itu akan memangkas suku bunga acuan sebanyak tiga kali. Namun ternyata mengalami perubahan di pertengahan tahun atau beberapa bulan kemudian.
"Nah sekarang ini dengan data-data terbaru, memang probabilitanya kita melihat konsensusnya mengarah ke pemotongan yang lebih banyak," imbuhnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto juga mewaspadai resesi AS akan memicu keluarnya aliran modal dari pasar domestik atau capital flight Indonesia ke AS. Sebab hal itu akan mengakibatkan tingkat suku bunga domestik masih lebih tinggi dari laju inflasi.
Namun, kita juga tahu bahwa kita harus menjaga juga supaya tidak terjadi capital flight akibat perbedaan tingkat suku bunga di Indonesia maupun di negara lain termasuk di dolar AS," tutur Airlangga.
Maka dari itu, Airlangga berharap tingkat suku bunga Bank Sentral atau The Fed dapat diturunkan pada kuartal IV 2024 mendatang. "Karena tentu kalau kita lihat tingkat suku bunga kita dibandingkan inflasi gap-nya agak tinggi," tukas Airlangga.
"Ini memang sedang bergerak, jadi tentunya kita pertama sudah antisipatif, tapi tentunya ini akan terus kita pantau dengan dekat karena memang gejolak itu akan harus kita antisipasi," jelasnya ketika ditemui di Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (6/8/2024).
Febrio mengakui, bahwa kondisi perekonomian yang terjadi di AS saat ini memang di bawah ekspetasi pemerintah Indonesia. Salah satunya soal angka pengangguran yang ternyata lebih tinggi dibandingkan yang dibayangkan.
Kemudian kebijakan mereka soal tingkat suku bunga yang sejatinya dipandang oleh pasar sudah harus dipotong lebih awal bahkan sejak awal tahun. "Tetapi kita kalau dari Indonesia memang kita melihat bahwa dinamika dari tingkat suku bunga dan ekspektasinya itu memang sudah berubah-ubah dari sejak awal tahun," urainya.
Lebih lanjut Ia menerangkan, sejak awal pemerintah memang melihat ada ekspetasi bahwa Bank Sentral AS alias The Fed itu akan memangkas suku bunga acuan sebanyak tiga kali. Namun ternyata mengalami perubahan di pertengahan tahun atau beberapa bulan kemudian.
"Nah sekarang ini dengan data-data terbaru, memang probabilitanya kita melihat konsensusnya mengarah ke pemotongan yang lebih banyak," imbuhnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto juga mewaspadai resesi AS akan memicu keluarnya aliran modal dari pasar domestik atau capital flight Indonesia ke AS. Sebab hal itu akan mengakibatkan tingkat suku bunga domestik masih lebih tinggi dari laju inflasi.
Namun, kita juga tahu bahwa kita harus menjaga juga supaya tidak terjadi capital flight akibat perbedaan tingkat suku bunga di Indonesia maupun di negara lain termasuk di dolar AS," tutur Airlangga.
Maka dari itu, Airlangga berharap tingkat suku bunga Bank Sentral atau The Fed dapat diturunkan pada kuartal IV 2024 mendatang. "Karena tentu kalau kita lihat tingkat suku bunga kita dibandingkan inflasi gap-nya agak tinggi," tukas Airlangga.
(akr)
tulis komentar anda