Dedolarisasi ASEAN: Apa yang Terjadi Jika Thailand Campakkan Dolar AS?
Kamis, 22 Agustus 2024 - 21:17 WIB
JAKARTA - ASEAN secara aktif mencari cara untuk beralih dari dolar Amerika Serikat (AS). Perkembangan ini mengharuskan negara-negara ASEAN secara kolektif menyusun sistem mata uang mereka sendiri yang akan menyaingi pamor dolar AS.
Thailand sebuah negara dengan ekonomi berbasis ekspor telah mengandalkan dolar AS untuk perdagangan secara menyeluruh. Jika blok ini meninggalkan dolar dapat mengalami komplikasi perdagangan yang parah. Namun, Thailand telah menyatakan keinginannya untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS terutama dalam pembayaran perdagangan intra-regional.
Thailand, khususnya dapat mengalami komplikasi yang parah jika meninggalkan dolar dalam jangka panjang. Contohnya, nilai baht Thailand dapat terancam, sehingga nilainya akan turun di bawah ambang batas rata-rata.
Jika mata uang Thailand melemah, hal ini dapat membuat ekspor negara ini menjadi lebih kompetitif. Demikian pula, dengan melemahnya ekonomi Thailand, perkembangan ini dapat mempengaruhi metrik investasi asing dengan negara ini mengalami penurunan investasi asing di wilayah tersebut.
Selain itu, perkembangan di atas juga dapat mempengaruhi reputasi Thailand di tingkat global. Karena sebagian besar negara bertransaksi dalam mata uang dolar AS, Thailand dapat ditinggalkan sendirian untuk berjuang sendiri, menciptakan keretakan dan hambatan perdagangan antara negara-negara lain.
Dedolarisasi ASEAN
Pada saat yang sama, ASEAN terus memperkuat kerja sama penggunaan mata uang lokal (local currency transaction/LCT) memunculkan spekulasi bahwa blok ini akan meninggalkan dolar untuk selamanya seperti Indonesia.
"Bank Indonesia mendorong penggunaan local currency settlement (LCS) dalam pembayaran internasional sebagai pengganti USD. China, Jepang, Thailand DAN Malaysia telah setuju. Lebih banyak lagi kerusakan kolateral yang ditimbulkan pada AS oleh senjata yang tidak tepat dari USD," ujar Ekonom Amerika, Steve Hanke di X dilansir WatcherGuru, Kamis (22/8/2024).
Blok ini juga telah menyatakan keprihatinannya terhadap dolar AS dan senjata yang terus menerus digunakan di tingkat global. Lonjakan utang AS yang mengkhawatirkan juga menyabotase posisi dolar AS sebagai mata uang utama dunia. Perkembangan ini juga memaksa negara-negara untuk mencari alternatif yang sesuai untuk melindungi diri mereka sendiri dari potensi krisis ekonomi.
Negara-negara ASEAN sekarang berlomba-lomba untuk membuat agenda mata uang lokal. Blok ini sekarang mempromosikan narasi mata uang multipolar yang mengharuskan penggunaan mata uang lokal untuk bertransaksi secara global. ASEAN dilaporkan sedang mengerjakan sebuah sistem mata uang terpadu yang bermaksud untuk menggagalkan dolar AS dan secara bersamaan ingin membangun prestise internasionalnya.
Thailand sebuah negara dengan ekonomi berbasis ekspor telah mengandalkan dolar AS untuk perdagangan secara menyeluruh. Jika blok ini meninggalkan dolar dapat mengalami komplikasi perdagangan yang parah. Namun, Thailand telah menyatakan keinginannya untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS terutama dalam pembayaran perdagangan intra-regional.
Thailand, khususnya dapat mengalami komplikasi yang parah jika meninggalkan dolar dalam jangka panjang. Contohnya, nilai baht Thailand dapat terancam, sehingga nilainya akan turun di bawah ambang batas rata-rata.
Jika mata uang Thailand melemah, hal ini dapat membuat ekspor negara ini menjadi lebih kompetitif. Demikian pula, dengan melemahnya ekonomi Thailand, perkembangan ini dapat mempengaruhi metrik investasi asing dengan negara ini mengalami penurunan investasi asing di wilayah tersebut.
Selain itu, perkembangan di atas juga dapat mempengaruhi reputasi Thailand di tingkat global. Karena sebagian besar negara bertransaksi dalam mata uang dolar AS, Thailand dapat ditinggalkan sendirian untuk berjuang sendiri, menciptakan keretakan dan hambatan perdagangan antara negara-negara lain.
Dedolarisasi ASEAN
Pada saat yang sama, ASEAN terus memperkuat kerja sama penggunaan mata uang lokal (local currency transaction/LCT) memunculkan spekulasi bahwa blok ini akan meninggalkan dolar untuk selamanya seperti Indonesia.
"Bank Indonesia mendorong penggunaan local currency settlement (LCS) dalam pembayaran internasional sebagai pengganti USD. China, Jepang, Thailand DAN Malaysia telah setuju. Lebih banyak lagi kerusakan kolateral yang ditimbulkan pada AS oleh senjata yang tidak tepat dari USD," ujar Ekonom Amerika, Steve Hanke di X dilansir WatcherGuru, Kamis (22/8/2024).
Blok ini juga telah menyatakan keprihatinannya terhadap dolar AS dan senjata yang terus menerus digunakan di tingkat global. Lonjakan utang AS yang mengkhawatirkan juga menyabotase posisi dolar AS sebagai mata uang utama dunia. Perkembangan ini juga memaksa negara-negara untuk mencari alternatif yang sesuai untuk melindungi diri mereka sendiri dari potensi krisis ekonomi.
Negara-negara ASEAN sekarang berlomba-lomba untuk membuat agenda mata uang lokal. Blok ini sekarang mempromosikan narasi mata uang multipolar yang mengharuskan penggunaan mata uang lokal untuk bertransaksi secara global. ASEAN dilaporkan sedang mengerjakan sebuah sistem mata uang terpadu yang bermaksud untuk menggagalkan dolar AS dan secara bersamaan ingin membangun prestise internasionalnya.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda