Perang Berkepanjangan di Gaza, Ekonomi Israel Batuk-batuk

Jum'at, 23 Agustus 2024 - 14:26 WIB
Sementara itu, perang telah memicu peningkatan tajam dalam pengeluaran pemerintah. Menurut Elliot Garside, analis Timur Tengah di Oxford Economics, terjadi peningkatan 93% dalam pengeluaran militer dalam tiga bulan terakhir tahun 2023, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2022.

"Pada tahun 2024, data bulanan menunjukkan pengeluaran militer akan menjadi sekitar dua kali lipat dari tahun sebelumnya," kata Garside seperti dilansir Aljazeera, Jumat (23/8/2024). Sebagian besar peningkatan itu akan digunakan untuk gaji prajurit cadangan, artileri, dan pencegat untuk sistem pertahanan Iron Dome Israel. Garside mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pengeluaran ini "sebagian besar dibiayai oleh penerbitan utang domestik".

Israel juga telah menerima sekitar USD14,5 miliar dana tambahan dari Amerika Serikat tahun ini, di samping USD3 miliar bantuan tahunan yang diberikan AS kepada negara tersebut.

Garside mencatat, "Kami belum melihat adanya pemotongan besar pada bagian lain anggaran (seperti perawatan kesehatan dan pendidikan), meskipun kemungkinan pemotongan akan dilakukan setelah konflik." Tanpa adanya perang regional skala penuh, Oxford Economics mengantisipasi bahwa ekonomi Israel akan melambat menjadi pertumbuhan 1,5% tahun ini. Pertumbuhan yang lemah dan defisit yang tinggi akan memberikan tekanan lebih lanjut pada profil utang Israel, yang kemungkinan akan meningkatkan biaya pinjaman dan melemahkan kepercayaan investor.

Di bagian lain, Fitch memperkirakan Israel akan secara permanen meningkatkan pengeluaran militer sebesar 1,5% dari PDB dibandingkan dengan tingkat sebelum perang, dengan konsekuensi yang tidak dapat dihindari bagi defisit publik. Laporan pemeringkatan minggu lalu mencatat bahwa rasio utang akan tetap di atas 70% dari PDB dalam jangka menengah.

Laporan tersebut menekankan bahwa keuangan publik telah terpukul, dan diproyeksikan defisit menjadi sebesar 7,8% dari PDB pada tahun 2024, naik dari 4,1% tahun laluSementara, . Menteri Keuangan sayap kanan Israel Bezalel Smotrich secara terbuka tidak setuju, dan menyatakan keyakinannya bahwa defisit akan turun kembali ke 6,6% tahun ini.



"Penurunan peringkat setelah perang dan risiko geopolitik yang ditimbulkannya adalah wajar," kata Smotrich, menurut laporan media. Ia menambahkan bahwa anggaran yang bertanggung jawab akan segera disahkan, dan peringkat Israel akan naik "dengan sangat cepat". Namun untuk saat ini, masih ada keraguan tentang jadwal anggaran. Ada spekulasi bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menunda paket fiskalnya, yang mungkin terbukti tidak populer di dalam negeri.

Kegagalan untuk meloloskan anggaran pada tanggal 31 Maret 2025 secara otomatis akan memicu pemilihan umum dadakan. Awal minggu ini, kepala Bank Sentral Israel – Amir Yaron – meminta Netanyahu untuk mempercepat anggaran negara 2025, karena penundaan lebih lanjut berisiko memicu ketidakstabilan pasar keuangan.

Sementara itu, Fitch yakin bahwa Israel akan mengadopsi kombinasi langkah-langkah penghematan dan kenaikan pajak. Namun dalam laporan mereka pada 12 Agustus, analis Fitch Cedric Julien Berry dan Jose Mantero menunjukkan bahwa "perpecahan politik, politik koalisi, dan keharusan militer dapat menghambat konsolidasi fiskal". Terlebih lagi, lembaga pemeringkat memperingatkan bahwa "konflik di Gaza dapat berlangsung hingga 2025 dan ada risiko meluas ke front lain".
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More