Jadi Armada Gelapnya LNG Rusia, AS Beri Sanksi ke 7 Kapal Tanker
Senin, 26 Agustus 2024 - 13:58 WIB
JAKARTA - Amerika Serikat telah menjatuhkan sanksi terhadap tujuh kapal pengangkut gas alam cair yang terkait dengan Rusia. Kapal-kapal LNG yang diberi sanksi tersebut termasuk Pioneer dan Asya Energy. Padahal, berdasarkan data Departemen Keuangan, AS telah menyetujui dua perusahaan kapal tanker tersebut untuk pengiriman pertama yang memuat LNG Arktik 2.
Langkah sanksi terbaru ini menggarisbawahi betapa cepatnya Amerika sia bertindak. Arctic LNG 2 memuat kargo pertama yang dicurigai kurang dari sebulan yang lalu. Sanksi tersebut merupakan pukulan baru bagi Rusia. Sebab, negara yang dijuluki 'beruang merah' ini menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk mengembangkan armada kapal tanker bayangan untuk LNG. Hal ini merupakan cara yang sama seperti yang dilakukan untuk mengangkut minyak mentah.
Kapal-kapal tersebut dikatakan sebagai "armada gelap" karena kepemilikannya yang tidak jelas. Perusahaan asuransi pada kapal itu juga tidak dikenal, dan menerapkan praktik ilegal seperti menyembunyikan lokasi dengan mematikan atau memanipulasi sistem identifikasi otomatis.
Pemuatan dua pengiriman di Arctic LNG 2 terlihat melalui citra satelit. Pembeli kargo kapal Pioneer dan Asya Energy sampai saat ini masih belum jelas. Pioneer diposisikan di utara Terusan Suez pada hari Jumat di Mediterania. Sedangkan, Asya Energy muncul di lepas pantai Norwegia.
AS memberlakukan sanksi terhadap kilang LNG 2 Arktik pada akhir tahun lalu, sehingga menghambat ekspor energi Rusia. Pembatasan tersebut membuat perusahaan asing menjauh dan menghentikan pengiriman kapal induk ke Rusia. Namun, kemungkinan besar Rusia berhasil menghindari pembatasan tersebut dengan menggunakan armada bayangan.
Benjamin L. Schmitt, peneliti senior di Pusat Kebijakan Energi Kleinman Universitas Pennsylvania, mengatakan bahwa pemerintah AS di bawah pemerintahan Biden telah fokus pada sanksi Rusia yang menargetkan LNG dan tindakan hari Jumat tersebut merupakan bukti lebih lanjut ke arah penekanan aktivitas komersial dari LNG Arktik 2.
“Ini adalah langkah pertama yang sangat besar untuk memastikan hal ini diatasi,” kata Schmitt dikutip dari BNN Blomberg, Senin (26/8/2024)
“Kami belum pernah melihat sanksi diberlakukan secepat ini sebelumnya.” sambungnya
Langkah sanksi terbaru ini menggarisbawahi betapa cepatnya Amerika sia bertindak. Arctic LNG 2 memuat kargo pertama yang dicurigai kurang dari sebulan yang lalu. Sanksi tersebut merupakan pukulan baru bagi Rusia. Sebab, negara yang dijuluki 'beruang merah' ini menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk mengembangkan armada kapal tanker bayangan untuk LNG. Hal ini merupakan cara yang sama seperti yang dilakukan untuk mengangkut minyak mentah.
Kapal-kapal tersebut dikatakan sebagai "armada gelap" karena kepemilikannya yang tidak jelas. Perusahaan asuransi pada kapal itu juga tidak dikenal, dan menerapkan praktik ilegal seperti menyembunyikan lokasi dengan mematikan atau memanipulasi sistem identifikasi otomatis.
Pemuatan dua pengiriman di Arctic LNG 2 terlihat melalui citra satelit. Pembeli kargo kapal Pioneer dan Asya Energy sampai saat ini masih belum jelas. Pioneer diposisikan di utara Terusan Suez pada hari Jumat di Mediterania. Sedangkan, Asya Energy muncul di lepas pantai Norwegia.
AS memberlakukan sanksi terhadap kilang LNG 2 Arktik pada akhir tahun lalu, sehingga menghambat ekspor energi Rusia. Pembatasan tersebut membuat perusahaan asing menjauh dan menghentikan pengiriman kapal induk ke Rusia. Namun, kemungkinan besar Rusia berhasil menghindari pembatasan tersebut dengan menggunakan armada bayangan.
Benjamin L. Schmitt, peneliti senior di Pusat Kebijakan Energi Kleinman Universitas Pennsylvania, mengatakan bahwa pemerintah AS di bawah pemerintahan Biden telah fokus pada sanksi Rusia yang menargetkan LNG dan tindakan hari Jumat tersebut merupakan bukti lebih lanjut ke arah penekanan aktivitas komersial dari LNG Arktik 2.
“Ini adalah langkah pertama yang sangat besar untuk memastikan hal ini diatasi,” kata Schmitt dikutip dari BNN Blomberg, Senin (26/8/2024)
“Kami belum pernah melihat sanksi diberlakukan secepat ini sebelumnya.” sambungnya
tulis komentar anda