Jokowi : Perubahan Iklim Tidak akan Selesai Jika Gunakan Pendekatan Ekonomi
Kamis, 05 September 2024 - 11:56 WIB
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui bahwa ancaman perubahan iklim memang sangat berbahaya. Untuk itu transisi energi dan isu keberlanjutan menjadi hal mendesak yang tidak bisa dihindari demi mengatasi perubahan iklim tersebut.
Namun Jokowi menekankan, perubahan iklim itu tidak akan pernah bisa terselesaikan selama dunia menggunakan pendekatan ekonomi.
"Selama dunia hanya menghitung keuntungannya sendiri, dan selama dunia hanya mementingkan ego sentrisnya sendiri-sendiri," tegas Jokowi dalam Indonesia International Sustainability Forum (ISF) di JCC, Jakarta, Kamis (5/9/2024).
Menurutnya, untuk menyelesaikannya permasalahan ini dibutuhkan pendekatan yang kolaboratif, pendekatan yang berperikemanusiaan dan kolaborasi antara negara maju dan negara berkembang.
"Dan kemanusiaan, agar prosesnya tidak mengorbankan rakyat kecil. Karena ekonomi hijau bukan hanya tentang perlindungan lingkungan, bukan hanya itu tapi juga tentang bagaimana menciptakan kesejahteraan, kesejahteraan yang berkelanjutan bagi rakyat," lanjutnya.
Oleh sebab itu, Jokowi menegaskan bahwa jangan pernah meragukan komitmen Indonesia untuk mencapai target net zero emission (NZE) dan berkontribusi bagi dunia yang lebih baik. Apalagi Indonesia memiliki potensi Energi Hijau yang melimpah, bahkan mencapai 3.600 Giga Watt (GW).
Namun menurut Jokowi, semua itu tidak akan memberikan dampak signifikan bagi percepatan penanganan dampak perubahan iklim selama negara maju tidak berani berinvestasi.
"Tapi semua itu tidak akan memberi dampak signifikan bagi percepatan penanganan dampak perubahan iklim selama negara maju tidak berani berinvestasi. Selama riset dan teknologi tidak dibuka luas, dan selama pendanaan tidak diberikan dalam skema yang meringankan negara berkembang," pungkasnya
Namun Jokowi menekankan, perubahan iklim itu tidak akan pernah bisa terselesaikan selama dunia menggunakan pendekatan ekonomi.
"Selama dunia hanya menghitung keuntungannya sendiri, dan selama dunia hanya mementingkan ego sentrisnya sendiri-sendiri," tegas Jokowi dalam Indonesia International Sustainability Forum (ISF) di JCC, Jakarta, Kamis (5/9/2024).
Menurutnya, untuk menyelesaikannya permasalahan ini dibutuhkan pendekatan yang kolaboratif, pendekatan yang berperikemanusiaan dan kolaborasi antara negara maju dan negara berkembang.
"Dan kemanusiaan, agar prosesnya tidak mengorbankan rakyat kecil. Karena ekonomi hijau bukan hanya tentang perlindungan lingkungan, bukan hanya itu tapi juga tentang bagaimana menciptakan kesejahteraan, kesejahteraan yang berkelanjutan bagi rakyat," lanjutnya.
Oleh sebab itu, Jokowi menegaskan bahwa jangan pernah meragukan komitmen Indonesia untuk mencapai target net zero emission (NZE) dan berkontribusi bagi dunia yang lebih baik. Apalagi Indonesia memiliki potensi Energi Hijau yang melimpah, bahkan mencapai 3.600 Giga Watt (GW).
Namun menurut Jokowi, semua itu tidak akan memberikan dampak signifikan bagi percepatan penanganan dampak perubahan iklim selama negara maju tidak berani berinvestasi.
"Tapi semua itu tidak akan memberi dampak signifikan bagi percepatan penanganan dampak perubahan iklim selama negara maju tidak berani berinvestasi. Selama riset dan teknologi tidak dibuka luas, dan selama pendanaan tidak diberikan dalam skema yang meringankan negara berkembang," pungkasnya
(fch)
tulis komentar anda