Genjot Produktivitas Padi di Lahan Sulfat Masam lewat Teknologi Inovatif
Senin, 09 September 2024 - 12:19 WIB
JAKARTA - Asosiasi Bioagroinput Indonesia (ABI) melakukan studi evaluasi input teknologi budidaya padi di lahan sulfat masam di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur (4/9/2024). Teknologi yang digunakan mengedepankan penggunaan biostimulan, pupuk mikro majemuk, pembenah tanah, dan pestisida alami yang ramah lingkungan.
Kegiatan ini merupakan upaya untuk menjawab tantangan besar dalam budidaya padi di lahan sulfat masam yang dikenal dengan karakteristiknya yang tidak menguntungkan, seperti kandungan hara yang rendah, pH tanah yang sangat masam, serta tingginya kandungan pirit dan toksisitas aluminium (Al3+).
Acara ini dihadiri oleh Direktur Pupuk dan Pestisida, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kepala Balai Pengujian Standar Instrumen Tanah dan Pupuk, Para pakar dari IPB University, Dosen Universitas Pertahanan, Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) serta undangan lainnya.
Direktur Pupuk dan Pestisida, Dr. Drs. Jekvy Hendra, Msi mengatakan, pihaknya mendukung kegiatan yang digelar oleh Asosiasi Bioagroinput Indonesia (ABI) untuk perbaikan lahan pertanian khususnya di Kab. Penajam Paser Utara (PPU).
“Apapun yang dibutuhkan masyarakat dan petani kita akan memfasilitasi dengan cara perluasan lahan pertanian tanaman pangan untuk peningkatan produksi, sebagai langkah antisipasi ancaman darurat pangan,” kata Jekvy Hendra.
“Penggunaan teknologi ini (biostimulan, pupuk mikro majemuk, pembenah tanah, dan pestisida alami) dapat meningkatkan daya saing pertanian lokal dengan biaya yang lebih rendah dan hasil yang lebih baik,” tambahnya.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022, produktivitas padi di Penajam Paser Utara tercatat hanya sekitar 2-3 ton per hektar. Angka ini jauh di bawah rata-rata produktivitas nasional, dan rendemen padi di wilayah ini juga rendah, hanya mencapai kurang dari 50%.
Kegiatan ini merupakan upaya untuk menjawab tantangan besar dalam budidaya padi di lahan sulfat masam yang dikenal dengan karakteristiknya yang tidak menguntungkan, seperti kandungan hara yang rendah, pH tanah yang sangat masam, serta tingginya kandungan pirit dan toksisitas aluminium (Al3+).
Baca Juga
Acara ini dihadiri oleh Direktur Pupuk dan Pestisida, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kepala Balai Pengujian Standar Instrumen Tanah dan Pupuk, Para pakar dari IPB University, Dosen Universitas Pertahanan, Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) serta undangan lainnya.
Direktur Pupuk dan Pestisida, Dr. Drs. Jekvy Hendra, Msi mengatakan, pihaknya mendukung kegiatan yang digelar oleh Asosiasi Bioagroinput Indonesia (ABI) untuk perbaikan lahan pertanian khususnya di Kab. Penajam Paser Utara (PPU).
“Apapun yang dibutuhkan masyarakat dan petani kita akan memfasilitasi dengan cara perluasan lahan pertanian tanaman pangan untuk peningkatan produksi, sebagai langkah antisipasi ancaman darurat pangan,” kata Jekvy Hendra.
“Penggunaan teknologi ini (biostimulan, pupuk mikro majemuk, pembenah tanah, dan pestisida alami) dapat meningkatkan daya saing pertanian lokal dengan biaya yang lebih rendah dan hasil yang lebih baik,” tambahnya.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022, produktivitas padi di Penajam Paser Utara tercatat hanya sekitar 2-3 ton per hektar. Angka ini jauh di bawah rata-rata produktivitas nasional, dan rendemen padi di wilayah ini juga rendah, hanya mencapai kurang dari 50%.
tulis komentar anda