Sri Mulyani Beberkan Strategi Agar Indonesia Keluar dari Middle Income Trap
Senin, 23 September 2024 - 15:50 WIB
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebut bahwa produktivitas menjadi salah satu faktor kunci untuk keluar dari middle income trap atau jebakan pendapatan menengah. Menurutnya untuk mencapai status negara berpendapatan tinggi, Indonesia harus meningkatkan produktivitas.
Dalam acara The International Seminar ASEAN Global Development and the Middle Income Trap and Growth Academy ASEAN yang digelar di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat pada Senin (23/9/2024), Sri Mulyani memaparkan sejumlah strategi untuk keluar dari middle income trap.
Ia berpendapat, meskipun Indonesia memiliki komposisi demografis yang muda dan sumber daya alam yang melimpah serta posisi strategis di peta geopolitik global, namun yang paling penting untuk dilakukan adalah dengan peningkatan produktivitas melalui investasi di faktor produksi seperti tenaga kerja dan teknologi.
"Bagaimana investasi dan faktor produksi masing-masing dan bersama-sama dapat menciptakan sesuatu yang jauh lebih produktif, dalam hal output, tetapi juga dalam kualitas hidup. Dan dengan sekarang, secara global, kita menghadapi perubahan iklim, kita juga harus merawat Bumi. Jadi, ini semua menjadi salah satu bahan terpenting untuk keluar dari middle income trap," kata Sri Mulyani.
Berbicara soal produktivitas Sri Mulyani berpendapat bahwa hal pertama yang harus dibenahi adalah dari sisi tenaga kerja. Menkeu menilai tenaga kerja adalah modal utama. Namun menurutnya ini semua tidak bisa hanya bergantung pada jumlah penduduk yang besar, tapi juga harus berkualitas.
Peningkatan kualitas tenaga kerja sendiri disampaikan olehnya bisa dilakukan dengan pendidikan dan peningkatan kesehatan. Isu seperti stunting dan perbaikan layanan kesehatan dikatakan Sri Mulyani menjadi tantangan penting untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja di Indonesia.
Kemudian peran teknologi dan pendidikan vokasi. Ia berpendapat bahwa pendidikan yang relevan dengan era digital, pelatihan vokasi, dan program beasiswa menjadi alat penting dalam pengembangan tenaga kerja, dengan fokus pada keterampilan yang diperlukan untuk industri modern.
"Kita menyadari bahwa ada banyak aspek lain dari pendidikan. Kita sedang membahas tentang stunting sekarang, jadi ini bukan hanya tentang pertumbuhan penduduk, tetapi juga kualitas anak-anak di bawah lima tahun di Indonesia yang terbebas dari stunting. Kita juga menekankan pada penyediaan layanan yang lebih baik bagi masyarakat, terutama di bidang kesehatan," kata Sri Mulyani.
"Ini adalah hal yang sangat penting untuk membangun pertumbuhan yang berkelanjutan dan keluar dari perangkap pendapatan. Sumber daya manusia sangat penting. Tetapi pendidikan dan kesehatan sebagai tajuk utamanya. Pembahasannya harus lebih mendalam," tegasnya.
Dalam acara The International Seminar ASEAN Global Development and the Middle Income Trap and Growth Academy ASEAN yang digelar di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat pada Senin (23/9/2024), Sri Mulyani memaparkan sejumlah strategi untuk keluar dari middle income trap.
Ia berpendapat, meskipun Indonesia memiliki komposisi demografis yang muda dan sumber daya alam yang melimpah serta posisi strategis di peta geopolitik global, namun yang paling penting untuk dilakukan adalah dengan peningkatan produktivitas melalui investasi di faktor produksi seperti tenaga kerja dan teknologi.
"Bagaimana investasi dan faktor produksi masing-masing dan bersama-sama dapat menciptakan sesuatu yang jauh lebih produktif, dalam hal output, tetapi juga dalam kualitas hidup. Dan dengan sekarang, secara global, kita menghadapi perubahan iklim, kita juga harus merawat Bumi. Jadi, ini semua menjadi salah satu bahan terpenting untuk keluar dari middle income trap," kata Sri Mulyani.
Berbicara soal produktivitas Sri Mulyani berpendapat bahwa hal pertama yang harus dibenahi adalah dari sisi tenaga kerja. Menkeu menilai tenaga kerja adalah modal utama. Namun menurutnya ini semua tidak bisa hanya bergantung pada jumlah penduduk yang besar, tapi juga harus berkualitas.
Peningkatan kualitas tenaga kerja sendiri disampaikan olehnya bisa dilakukan dengan pendidikan dan peningkatan kesehatan. Isu seperti stunting dan perbaikan layanan kesehatan dikatakan Sri Mulyani menjadi tantangan penting untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja di Indonesia.
Kemudian peran teknologi dan pendidikan vokasi. Ia berpendapat bahwa pendidikan yang relevan dengan era digital, pelatihan vokasi, dan program beasiswa menjadi alat penting dalam pengembangan tenaga kerja, dengan fokus pada keterampilan yang diperlukan untuk industri modern.
"Kita menyadari bahwa ada banyak aspek lain dari pendidikan. Kita sedang membahas tentang stunting sekarang, jadi ini bukan hanya tentang pertumbuhan penduduk, tetapi juga kualitas anak-anak di bawah lima tahun di Indonesia yang terbebas dari stunting. Kita juga menekankan pada penyediaan layanan yang lebih baik bagi masyarakat, terutama di bidang kesehatan," kata Sri Mulyani.
"Ini adalah hal yang sangat penting untuk membangun pertumbuhan yang berkelanjutan dan keluar dari perangkap pendapatan. Sumber daya manusia sangat penting. Tetapi pendidikan dan kesehatan sebagai tajuk utamanya. Pembahasannya harus lebih mendalam," tegasnya.
(fch)
tulis komentar anda