Cadangan Migas Menipis dan Rumitnya Izin Bikin Investor Ogah Masuk ke Indonesia
Senin, 23 September 2024 - 20:12 WIB
JAKARTA - Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro menilai cadangan minyak dan gas bumi (migas) di Indonesiasudah menipis. Kondisi ini membuat investor asing melirik negara lain. Menurutnya sebagian besar cadangan migas saat ini ada di Kanada, Timur Tengah, Afrika, Amerika Utara, hingga Amerika Selatan.
“Cadangan migas kita itu kecil ya. Maksudnya kita di Pasifik itu porsinya sangat kecil sekali. Sebagian besar ada di Kanada, Timur Tengah, kemudian ada di Amerika Utara, ada di North America,” ujar Komaidi dalam sesi diskusi bertajuk 'Memikat Investor Hulu Migas Demi Ketahanan Nasional' di Jakarta Pusat, Senin (23/9/2024).
Selain pasokan migas yang minim, Komaidi memandang bahwa proses perizinan di Indonesia masih cukup rumit. Pasalnya, izin hulu migas melibatkan sekitar 17 Kementerian dan Lembaga (K/L), sehingga hampir 400 izin yang harus diselesaikan.
“Belum lagi kalau kita bicara antara pemerintah pusat dengan pemda (pemerintah daerah),” papar dia.
Sebagai perbandingan, di Kazakhstan, Chevron punya satu lapangan dengan cadangan minyak sebesar 7 miliar-8 miliar barel. Sedangkan di Indonesia, cadangan dari Sabang-Merauke hanya di kisaran 3 miliar barel.
"Mereka (Kazakhstan) satu lapangan itu 8 miliar barel. Jadi kalau katakanlah izinnya rumit sekalipun, sedang berprogres sekalipun, memang worth it untuk diperjuangkan. Nah, kita tidak menyadari itu," ucapnya.
Sekalipun Afrika kerap dilanda konflik, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) seperti Chevron tidak menurunkan minat mereka untuk berinvestasi, mengingat besarnya cadangan migas di Benua Hitam tersebut.
“Cadangan migas kita itu kecil ya. Maksudnya kita di Pasifik itu porsinya sangat kecil sekali. Sebagian besar ada di Kanada, Timur Tengah, kemudian ada di Amerika Utara, ada di North America,” ujar Komaidi dalam sesi diskusi bertajuk 'Memikat Investor Hulu Migas Demi Ketahanan Nasional' di Jakarta Pusat, Senin (23/9/2024).
Baca Juga
Selain pasokan migas yang minim, Komaidi memandang bahwa proses perizinan di Indonesia masih cukup rumit. Pasalnya, izin hulu migas melibatkan sekitar 17 Kementerian dan Lembaga (K/L), sehingga hampir 400 izin yang harus diselesaikan.
“Belum lagi kalau kita bicara antara pemerintah pusat dengan pemda (pemerintah daerah),” papar dia.
Sebagai perbandingan, di Kazakhstan, Chevron punya satu lapangan dengan cadangan minyak sebesar 7 miliar-8 miliar barel. Sedangkan di Indonesia, cadangan dari Sabang-Merauke hanya di kisaran 3 miliar barel.
"Mereka (Kazakhstan) satu lapangan itu 8 miliar barel. Jadi kalau katakanlah izinnya rumit sekalipun, sedang berprogres sekalipun, memang worth it untuk diperjuangkan. Nah, kita tidak menyadari itu," ucapnya.
Sekalipun Afrika kerap dilanda konflik, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) seperti Chevron tidak menurunkan minat mereka untuk berinvestasi, mengingat besarnya cadangan migas di Benua Hitam tersebut.
Lihat Juga :
tulis komentar anda