Rusia dan Trump Sepakat: Dedolarisasi Bakal Runtuhkan Ekonomi AS
Rabu, 25 September 2024 - 09:17 WIB
JAKARTA - Dominasi dolar sebagai mata uang acuan dalam perdagangan internasional kini semakin dipertanyakan. Seiring dengan meningkatnya ketegangan geopolitik dan sanksi ekonomi Amerika Serikat (AS), beberapa negara berkembang berupaya mengurangi ketergantungan mereka pada dolar.
Dalam konteks ini, Sergei Lavrov, Menteri Luar Negeri Rusia, dan Donald Trump, mantan Presiden Amerika Serikat, bersatu dalam mengkritik kebijakan-kebijakan yang ada saat ini. Menurut mereka, penggunaan dolar secara sistematis sebagai alat sanksi tidak hanya melemahkan ekonomi Amerika, tetapi juga posisi dolar di kancah internasional.
Dalam sebuah konferensi, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mendukung pernyataan Donald Trump terkait dampak sanksi AS terhadap dolar. Memang, mantan presiden dan kandidat Partai Republik dalam pemilu AS ini secara langsung menyatakan bahwa sanksi yang dijatuhkan oleh pemerintahan Biden merusak ekonomi Amerika. "Saya setuju dengannya," kata Lavrov, dilansir dari Contribune, Rabu (25/9/2024).
Baca Juga: Daya Beli Dolar AS Makin Terpuruk, Tersisa hanya 3% di 2024
Menurutnya, penggunaan dolar sebagai instrumen sanksi telah menimbulkan ketidakpercayaan terhadap mata uang Amerika, dengan risiko bagi negara-negara yang terus mengandalkan greenback dalam transaksi internasional mereka. Sanksi-sanksi yang dijatuhkan oleh AS, terutama terhadap negara-negara seperti Rusia dan China, telah membantu mendorong gerakan dedolarisasi di beberapa negara besar.
Oleh karena itu, Lavrov menekankan bahwa dominasi dolar dalam perdagangan dunia mulai runtuh, terutama di antara negara-negara blok BRICS. Perjanjian perdagangan yang diselesaikan dalam mata uang nasional, seperti yang disepakati antara China dan Rusia, adalah wujud nyata dari keinginan untuk melepaskan diri dari ketergantungan pada Dolar.
BRICS Bebaskan Diri dari Dolar AS
Senada, pada forum Cloud Cities di Moskow, Samip Shastri, Wakil Presiden Kamar Dagang dan Industri BRICS, membuat pengumuman penting. "Saya percaya bahwa volume transaksi dalam mata uang nasional telah melampaui transaksi dalam dolar," kata dia.
Baginya, transisi ke mata uang lokal ini memungkinkan untuk menghindari biaya tambahan yang terkait dengan konversi mata uang, mempromosikan otonomi ekonomi BRICS dan pada saat yang sama mengurangi ketergantungan mereka pada sistem keuangan yang didominasi oleh Amerika Serikat.
Lanskap ekonomi global sedang berubah dan tantangan terhadap hegemoni dolar AS adalah salah satu tanda yang paling terlihat. Keselarasan yang tak terduga dari posisi Donald Trump dan Sergei Lavrov tentang efek berbahaya dari sanksi Amerika adalah bukti dari kesenjangan yang semakin besar atas posisi dolar dalam perdagangan internasional.
BRICS, berkat penyelesaian dalam mata uang nasional, semakin dekat dengan tujuan mereka untuk menyeimbangkan kembali sistem keuangan global, yang hingga saat ini sebagian besar didominasi oleh Amerika Serikat.
Dalam konteks ini, Sergei Lavrov, Menteri Luar Negeri Rusia, dan Donald Trump, mantan Presiden Amerika Serikat, bersatu dalam mengkritik kebijakan-kebijakan yang ada saat ini. Menurut mereka, penggunaan dolar secara sistematis sebagai alat sanksi tidak hanya melemahkan ekonomi Amerika, tetapi juga posisi dolar di kancah internasional.
Dalam sebuah konferensi, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mendukung pernyataan Donald Trump terkait dampak sanksi AS terhadap dolar. Memang, mantan presiden dan kandidat Partai Republik dalam pemilu AS ini secara langsung menyatakan bahwa sanksi yang dijatuhkan oleh pemerintahan Biden merusak ekonomi Amerika. "Saya setuju dengannya," kata Lavrov, dilansir dari Contribune, Rabu (25/9/2024).
Baca Juga: Daya Beli Dolar AS Makin Terpuruk, Tersisa hanya 3% di 2024
Menurutnya, penggunaan dolar sebagai instrumen sanksi telah menimbulkan ketidakpercayaan terhadap mata uang Amerika, dengan risiko bagi negara-negara yang terus mengandalkan greenback dalam transaksi internasional mereka. Sanksi-sanksi yang dijatuhkan oleh AS, terutama terhadap negara-negara seperti Rusia dan China, telah membantu mendorong gerakan dedolarisasi di beberapa negara besar.
Oleh karena itu, Lavrov menekankan bahwa dominasi dolar dalam perdagangan dunia mulai runtuh, terutama di antara negara-negara blok BRICS. Perjanjian perdagangan yang diselesaikan dalam mata uang nasional, seperti yang disepakati antara China dan Rusia, adalah wujud nyata dari keinginan untuk melepaskan diri dari ketergantungan pada Dolar.
BRICS Bebaskan Diri dari Dolar AS
Senada, pada forum Cloud Cities di Moskow, Samip Shastri, Wakil Presiden Kamar Dagang dan Industri BRICS, membuat pengumuman penting. "Saya percaya bahwa volume transaksi dalam mata uang nasional telah melampaui transaksi dalam dolar," kata dia.
Baginya, transisi ke mata uang lokal ini memungkinkan untuk menghindari biaya tambahan yang terkait dengan konversi mata uang, mempromosikan otonomi ekonomi BRICS dan pada saat yang sama mengurangi ketergantungan mereka pada sistem keuangan yang didominasi oleh Amerika Serikat.
Lanskap ekonomi global sedang berubah dan tantangan terhadap hegemoni dolar AS adalah salah satu tanda yang paling terlihat. Keselarasan yang tak terduga dari posisi Donald Trump dan Sergei Lavrov tentang efek berbahaya dari sanksi Amerika adalah bukti dari kesenjangan yang semakin besar atas posisi dolar dalam perdagangan internasional.
BRICS, berkat penyelesaian dalam mata uang nasional, semakin dekat dengan tujuan mereka untuk menyeimbangkan kembali sistem keuangan global, yang hingga saat ini sebagian besar didominasi oleh Amerika Serikat.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda