7 BUMN Pesakitan, Erick Thohir Blak-blakan Kondisi Terkini Perusahaan Pelat Merah
Senin, 04 November 2024 - 22:34 WIB
Erick menjelaskan, proses penyehatan WSKT masih berlanjut, setelah perusahaan mendapat persetujuan restrukturisasi dari 21 bank dengan nilai Rp26,3 triliun.
Hal ini ditandai dengan penandatanganan Master Restructuring Agreement (MRA) antara Waskita Karya dengan 21 perbankan Himbara dan swasta.
“Dan kita terus Wijaya Karya dan Waskita Karya ini kita sedang menunggu surat persetujuan dari Bapak Menteri PU. Bagaimana kita bisa konsolidasi dari tujuh karya menjadi tiga. Sehingga lebih sehat lagi,” tutur dia.
Berbeda dengan BUMN lainnya, Erick memastikan Jiwasraya bakal dilikuidasi alias dibubarkan.
Perumnas harus fokus pada bisnis hunian vertikal. Karena itu, Kementerian BUMN bakal mengarahkan perusahaan menggarap hunian bertingkat.
“Lalu juga Perumnas ini kemarin kita sudah duduk, rencana di dalamnya, di internal Kementerian BUMN bahwa untuk bisnis model Perumnas ke depan tidak lagi landed house,” ucap Erick.
PNRI jadi salah satu BUMN yang kalah saing di pasar Tanah Air. Pasalnya, bisnis di bidang percetakan kurang relevan dengan kondisi pasar saat ini.
Hal ini ditandai dengan penandatanganan Master Restructuring Agreement (MRA) antara Waskita Karya dengan 21 perbankan Himbara dan swasta.
“Dan kita terus Wijaya Karya dan Waskita Karya ini kita sedang menunggu surat persetujuan dari Bapak Menteri PU. Bagaimana kita bisa konsolidasi dari tujuh karya menjadi tiga. Sehingga lebih sehat lagi,” tutur dia.
5. Jiwasraya
Berbeda dengan BUMN lainnya, Erick memastikan Jiwasraya bakal dilikuidasi alias dibubarkan.
6. Perumnas
Perumnas harus fokus pada bisnis hunian vertikal. Karena itu, Kementerian BUMN bakal mengarahkan perusahaan menggarap hunian bertingkat.
“Lalu juga Perumnas ini kemarin kita sudah duduk, rencana di dalamnya, di internal Kementerian BUMN bahwa untuk bisnis model Perumnas ke depan tidak lagi landed house,” ucap Erick.
7. PNRI
PNRI jadi salah satu BUMN yang kalah saing di pasar Tanah Air. Pasalnya, bisnis di bidang percetakan kurang relevan dengan kondisi pasar saat ini.
Lihat Juga :
tulis komentar anda