Bos Bank Sentral AS Sebut Trump Tidak Bisa Memecatnya
Minggu, 10 November 2024 - 16:27 WIB
JAKARTA - Gubernur bank sentral AS (Amerika Serikat) membahas seputar spekulasi bahwa jabatannya mungkin dalam bahaya saat Donald Trump bersiap mengambil alih kekuasaan di Washington. Ketua Federal Reserve, Jerome Powell mengatakan, dirinya tidak akan mengundurkan diri jika Trump meminta dan bahwa "tidak diizinkan oleh hukum" bagi Gedung Putih untuk memaksanya keluar.
Powell menanggapi pertanyaan dari wartawan pada konferensi pers setelah bank sentral mengumumkan pemotongan biaya pinjaman, menurunkan suku bunga pinjaman utama the Fed ke kisaran 4,5% - 4,75%.
Diproyeksikan biaya pinjaman akan turun jauh lebih dalam untuk beberapa bulan ke depan. Namun ada rencana Trump yang memenangkan Pilpres AS 2024 untuk memangkas pajak, imigrasi dan tarif dapat menjaga tekanan pada inflasi dan mendorong pinjaman pemerintah, memperumit semuanya.
Trump telah berjanji untuk mengenakan bea masuk setidaknya 10% pada semua barang yang masuk ke AS, biaya yang menurut para ekonom akan diteruskan ke konsumen, hingga pada akhirnya menyebabkan kenaikan harga.
Pemotongan pajak juga dapat memicu inflasi dengan mendorong pengeluaran, sementara deportasi massal imigran yang diusulkan oleh Trump akan menciptakan lubang besar dalam tenaga kerja AS yang dapat menaikkan upah. Suku bunga utang AS telah melonjak minggu ini, mencerminkan kekhawatiran tersebut.
Powell mengatakan pada hari Kamis, bahwa masih terlalu dini untuk mengatakan bagaimana agenda pemerintahan baru dapat memengaruhi ekonomi AS - atau bagaimana Fed harus merespons.
"Ini adalah tahap awal - kami tidak tahu apa kebijakannya, kami tidak tahu kapan mereka akan diterapkan," katanya.
"Dalam waktu dekat, pemilu tidak akan berpengaruh pada keputusan kebijakan kami."
Powell menanggapi pertanyaan dari wartawan pada konferensi pers setelah bank sentral mengumumkan pemotongan biaya pinjaman, menurunkan suku bunga pinjaman utama the Fed ke kisaran 4,5% - 4,75%.
Diproyeksikan biaya pinjaman akan turun jauh lebih dalam untuk beberapa bulan ke depan. Namun ada rencana Trump yang memenangkan Pilpres AS 2024 untuk memangkas pajak, imigrasi dan tarif dapat menjaga tekanan pada inflasi dan mendorong pinjaman pemerintah, memperumit semuanya.
Trump telah berjanji untuk mengenakan bea masuk setidaknya 10% pada semua barang yang masuk ke AS, biaya yang menurut para ekonom akan diteruskan ke konsumen, hingga pada akhirnya menyebabkan kenaikan harga.
Pemotongan pajak juga dapat memicu inflasi dengan mendorong pengeluaran, sementara deportasi massal imigran yang diusulkan oleh Trump akan menciptakan lubang besar dalam tenaga kerja AS yang dapat menaikkan upah. Suku bunga utang AS telah melonjak minggu ini, mencerminkan kekhawatiran tersebut.
Powell mengatakan pada hari Kamis, bahwa masih terlalu dini untuk mengatakan bagaimana agenda pemerintahan baru dapat memengaruhi ekonomi AS - atau bagaimana Fed harus merespons.
"Ini adalah tahap awal - kami tidak tahu apa kebijakannya, kami tidak tahu kapan mereka akan diterapkan," katanya.
"Dalam waktu dekat, pemilu tidak akan berpengaruh pada keputusan kebijakan kami."
tulis komentar anda