Indonesia Pangkas Produksi Nikel, Picu Ancaman Krisis Global
Sabtu, 11 Januari 2025 - 14:24 WIB
JAKARTA - Macquarie Group memperingatkan pengurangan produksi nikel dari tambang-tambang di Indonesia berpotensi mengurangi 35% pasokan global. Jika kebijakan tersebut diterapkan bisa mengancam ketersediaan logam penting untuk baterai kendaraan listrik.
Pemerintah Indonesia tengah mempertimbangkan pemangkasan besar-besaran kuota produksi nikel dari 272 juta ton pada 2024 menjadi hanya 150 juta ton pada 2025, menurut laporan Bloomberg. Ini berarti dapat memicu kekurangan pasokan signifikan.
Macquarie Group, dalam analisis terbarunya, menyoroti penurunan produksi nikel Indonesia bisa berisiko menyebabkan lonjakan harga nikel. Indonesia sendiri menyumbang lebih dari 50% produksi nikel global sehingga keputusan ini memiliki dampak besar terhadap pasar internasional.
Meskipun Macquarie menganggap pengurangan produksi yang begitu signifikan sebagai hal yang tidak mungkin terjadi, mereka tetap mengingatkan, jika produksi tambang Indonesia lebih rendah dari perkiraan, pasar bisa menghadapi kekurangan pasokan dan kenaikan harga yang tajam.
Dalam laporan tersebut, Macquarie mencatat bahwa harga nikel mengalami penurunan tahunan kedua berturut-turut pada 2024, yang sebagian besar disebabkan oleh peningkatan produksi nikel di Indonesia dan penurunan permintaan dari produsen baterai serta industri baja tahan karat. Pedagang dan analis pun kini memantau dengan cermat stimulus ekonomi China dan potensi dampak dari kebijakan tarif yang akan datang dari pemerintah AS terhadap pasar nikel.
Indonesia, yang merupakan produsen utama nikel, menghadapi kesulitan untuk memenuhi permintaan tahun lalu akibat pembatasan yang diterapkan oleh pemerintah. Hal ini mengarah pada peningkatan impor nikel dari negara lain, termasuk Filipina, untuk mengisi kekosongan pasokan.
Di sisi lain, produsen logam baterai asal China, GEM, baru-baru ini menandatangani perjanjian kerja sama investasi dengan PT Vale Indonesia, anak perusahaan Vale Brasil. Perjanjian ini bertujuan untuk membangun fasilitas pengolahan nikel dengan teknologi pelindian asam bertekanan tinggi di Sulawesi Tengah.
Fasilitas yang bernilai USD1,4 miliar ini diharapkan dapat menghasilkan 60.000 ton nikel per tahun, yang akan digunakan dalam produksi baterai kendaraan listrik. Menurut laporan dari Global Data, krisis pasokan nikel ini menunjukkan betapa pentingnya sektor tambang Indonesia dalam menjaga kestabilan pasokan logam kritikal untuk industri global, terutama kendaraan listrik dan teknologi energi terbarukan.
Pemerintah Indonesia tengah mempertimbangkan pemangkasan besar-besaran kuota produksi nikel dari 272 juta ton pada 2024 menjadi hanya 150 juta ton pada 2025, menurut laporan Bloomberg. Ini berarti dapat memicu kekurangan pasokan signifikan.
Macquarie Group, dalam analisis terbarunya, menyoroti penurunan produksi nikel Indonesia bisa berisiko menyebabkan lonjakan harga nikel. Indonesia sendiri menyumbang lebih dari 50% produksi nikel global sehingga keputusan ini memiliki dampak besar terhadap pasar internasional.
Baca Juga
Meskipun Macquarie menganggap pengurangan produksi yang begitu signifikan sebagai hal yang tidak mungkin terjadi, mereka tetap mengingatkan, jika produksi tambang Indonesia lebih rendah dari perkiraan, pasar bisa menghadapi kekurangan pasokan dan kenaikan harga yang tajam.
Dalam laporan tersebut, Macquarie mencatat bahwa harga nikel mengalami penurunan tahunan kedua berturut-turut pada 2024, yang sebagian besar disebabkan oleh peningkatan produksi nikel di Indonesia dan penurunan permintaan dari produsen baterai serta industri baja tahan karat. Pedagang dan analis pun kini memantau dengan cermat stimulus ekonomi China dan potensi dampak dari kebijakan tarif yang akan datang dari pemerintah AS terhadap pasar nikel.
Indonesia, yang merupakan produsen utama nikel, menghadapi kesulitan untuk memenuhi permintaan tahun lalu akibat pembatasan yang diterapkan oleh pemerintah. Hal ini mengarah pada peningkatan impor nikel dari negara lain, termasuk Filipina, untuk mengisi kekosongan pasokan.
Di sisi lain, produsen logam baterai asal China, GEM, baru-baru ini menandatangani perjanjian kerja sama investasi dengan PT Vale Indonesia, anak perusahaan Vale Brasil. Perjanjian ini bertujuan untuk membangun fasilitas pengolahan nikel dengan teknologi pelindian asam bertekanan tinggi di Sulawesi Tengah.
Baca Juga
Fasilitas yang bernilai USD1,4 miliar ini diharapkan dapat menghasilkan 60.000 ton nikel per tahun, yang akan digunakan dalam produksi baterai kendaraan listrik. Menurut laporan dari Global Data, krisis pasokan nikel ini menunjukkan betapa pentingnya sektor tambang Indonesia dalam menjaga kestabilan pasokan logam kritikal untuk industri global, terutama kendaraan listrik dan teknologi energi terbarukan.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda