Ajib! Pemerintah Bisa Serap Investasi USD5 M di Proyek Hydropower
Sabtu, 05 September 2020 - 06:06 WIB
JAKARTA - Pemerintah menargetkan nilai investasi dalam proyek hydropower di Kalimantan dan Papua mencapai USD5 miliar atau setara dengan Rp73,8 triliun. Bahkan, program ini diyakini menarik minat investasi dari sejumlah investor luar negeri.
"Jadi kita tak mau lagi sekarang hanya ekspor. Kita ingin membentuk green energy dan produk sendiri. Ini karena organik, Indonesia termasuk yang besar dunia karena investasi dia gede-gedean sekitar 5 miliar dolar AS," ujar Luhut saat menghadiri acara After Hour Helmi Yahya di gedung iNews Center, Jakarta, Jumat (4/9/2020). (Baca juga: Masjid Istiqlal Gunakan Energi Ramah Lingkungan )
Karena itu, Luhut menyebut, pihaknya telah melakukan penandatanganan kerja sama dengan perusahaan milik konglomerat Andrew Forrest asal Australia yang nantinya akan melakukan investasi dalam pengolahan energi terbarukan di Indonesia.
Forrest, melalui perusahaannya Fortescue Metal Group (FMG), disebut Luhut akan menggarap pengembangan 60 gigawatt (GW) atau Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan 25 GW pembangkit listrik tenaga panas bumi.
"Jadi sekarang yang datang ini Andrew Forrest dari Australia. Kemarin United Arab Emirates dia investasi ke kita (Indonesia) hampir 19 miliar sekian dolar AS," ujar dia. (Baca: Dihantam Resesi, Australia Malah Mau Investasi EBT di RI )
Sebagai informasi, Indonesia melakukan penandatanganan Akta Kesepakatan Industri Hijau dan Letter of Intent (LoI) untuk Mengurangi Pencemaran Plastik Secara Dramatis di Perairan Indonesia yang disaksikan Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia Alaistar Cox.
"Penandatanganan kedua perjanjian ini secara kuat mengungkapkan hubungan dekat dan strategis antara Indonesia dan Australia dan menunjukkan kedekatan masyarakat kedua negara kita. Saya yakin upaya kita hari ini akan memperkuat fondasi kemitraan untuk membangun masa depan yang lebih cerah bersama," kata Luhut.
Menurut dia, sebagai dua negara dengan potensi mineral dan energi terbarukan yang cukup besar, Indonesia dan Australia dapat berkolaborasi dan menjadi pemain kunci energi terbarukan dan industri hijau di kancah global.
"Kolaborasi sangat penting dalam waktu yang penuh tantangan ini di mana Covid 19 mendatangkan malapetaka bagi kesehatan dan ekonomi global," ujar dia. (Baca juga: Nenek 70 Tahun Sembuh dari Covid-19 Setelah Dirawat 160 Hari )
Luhut menegaskan, ini akan memperkuat kebijakan Presiden Joko Widodo untuk menyatukan langkah-langkah pemulihan ekonomi sebagai bahan utama dalam memerangi pandemi.
"Ini memperkuat kebijakan Presiden Joko Widodo untuk menyatukan langkah-langkah pemulihan ekonomi sebagai bahan utama dalam memerangi pandemi," jelasnya.
"Jadi kita tak mau lagi sekarang hanya ekspor. Kita ingin membentuk green energy dan produk sendiri. Ini karena organik, Indonesia termasuk yang besar dunia karena investasi dia gede-gedean sekitar 5 miliar dolar AS," ujar Luhut saat menghadiri acara After Hour Helmi Yahya di gedung iNews Center, Jakarta, Jumat (4/9/2020). (Baca juga: Masjid Istiqlal Gunakan Energi Ramah Lingkungan )
Karena itu, Luhut menyebut, pihaknya telah melakukan penandatanganan kerja sama dengan perusahaan milik konglomerat Andrew Forrest asal Australia yang nantinya akan melakukan investasi dalam pengolahan energi terbarukan di Indonesia.
Forrest, melalui perusahaannya Fortescue Metal Group (FMG), disebut Luhut akan menggarap pengembangan 60 gigawatt (GW) atau Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan 25 GW pembangkit listrik tenaga panas bumi.
"Jadi sekarang yang datang ini Andrew Forrest dari Australia. Kemarin United Arab Emirates dia investasi ke kita (Indonesia) hampir 19 miliar sekian dolar AS," ujar dia. (Baca: Dihantam Resesi, Australia Malah Mau Investasi EBT di RI )
Sebagai informasi, Indonesia melakukan penandatanganan Akta Kesepakatan Industri Hijau dan Letter of Intent (LoI) untuk Mengurangi Pencemaran Plastik Secara Dramatis di Perairan Indonesia yang disaksikan Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia Alaistar Cox.
"Penandatanganan kedua perjanjian ini secara kuat mengungkapkan hubungan dekat dan strategis antara Indonesia dan Australia dan menunjukkan kedekatan masyarakat kedua negara kita. Saya yakin upaya kita hari ini akan memperkuat fondasi kemitraan untuk membangun masa depan yang lebih cerah bersama," kata Luhut.
Menurut dia, sebagai dua negara dengan potensi mineral dan energi terbarukan yang cukup besar, Indonesia dan Australia dapat berkolaborasi dan menjadi pemain kunci energi terbarukan dan industri hijau di kancah global.
"Kolaborasi sangat penting dalam waktu yang penuh tantangan ini di mana Covid 19 mendatangkan malapetaka bagi kesehatan dan ekonomi global," ujar dia. (Baca juga: Nenek 70 Tahun Sembuh dari Covid-19 Setelah Dirawat 160 Hari )
Luhut menegaskan, ini akan memperkuat kebijakan Presiden Joko Widodo untuk menyatukan langkah-langkah pemulihan ekonomi sebagai bahan utama dalam memerangi pandemi.
"Ini memperkuat kebijakan Presiden Joko Widodo untuk menyatukan langkah-langkah pemulihan ekonomi sebagai bahan utama dalam memerangi pandemi," jelasnya.
(ind)
Lihat Juga :
tulis komentar anda