Mendorong Perusahaan Rintisan Masuk Bursa

Rabu, 16 September 2020 - 08:35 WIB
Kedua, pendanaan, tentunya dari pemerintah dan perusahaan startup itu sendiri. Ketiga, mengajarkan watak dan skill set penjual, yaitu karakter. Karena tidak semua orang sama. Kalau orangnya tekun, pasti akan sukses. Saya berani mengatakan itu. Seperti pemilik Tokopedia, Bukalapak. Kan semuanya dari bawah. Mereka berasal dari UMKM semua. Dan, mereka bisa menjadi besar. Menurut saya, bisa berhasil karena ada tiga itu, yakni belajar terus, ada skill, watak dan karakter. Selanjutnya, skill harus diasah terus.

Peranan Mileneal dalam membangun industri startup seperti apa?

Kita ini masih banyak belajar dari perusahaan-perusahaan besar. Betul, valuasi perusahaan startup lokal mulai membesar, tapi kita juga harus banyak belajar dari perusahaan-perusahaan yang lebih dulu berkembang. Misalnya, menjadi corporate citizen yang baik.

Harus bisa belajar untuk merangkul atau sinergi dengan semua institusi. Startup lokal masih sangat muda, kita masih banyak belajar dengan industri-industri yang mungkin jauh lebih senior. Jangan besar kepala. Ini juga penting untuk saling mengingatkan.

Industri harus saling berkembang dan kerja sama dengan semua. Kalau kita bersatu, pasti akan semakin kuat. Pasar makin berkembang karena konversi dari offline ke online makin besar. Jadi, tidak usah saling rebutan. Berkompetisi yang baik dan sehat. (Baca juga: Jakarta Berlakukan Lagi PSBB, Persija Pindah Tempat Latihan)

Ditunjuk menjadi sosok muda dalam jajaran Komisaris BEI, rencana apa yang akan Anda lakukan untuk pasar modal Indonesia?

Ini sebenarnya mimpi. Karena ayah saya (Begawan ekonomi DR Sjahrir) memulai dari pasar modal. Saya banyak belajar dari beliau. Bisa dibilang banyak sekali asas-asas free market atau pasar modal yang diajarkan ke saya. Makanya, waktu ditunjuk oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan pemegang saham untuk menjadi komisaris, menurut saya, ini seperti tantangan yang sangat besar. Kenapa? Karena, kita memasuki era baru, era kompetisi baru.

Kalau kita lihat 12 bulan terakhir tahun 2008 saat krisis dan sekarang, top ten market cap di Amerika tidak ada satu pun perusahaan teknologi top ten companies. Perusahaan oil and gas yang menguasai.

Sekarang, kita bisa lihat, perusahaan teknologi yang menguasai top ten market cap. Kalau di Indonesia, tetap sama kan? Tidak ada perubahan. Kok nggak ada perubahan? Karena, kita belum capture the large company. Kalau kita bisa mendorong semua industri e-commerce ke pasar modal, saya optimistis bisa tembus top ten large company.

Padahal, dari sisi investor, ini menarik. Sejak Covid-19, jumlah investor ritel yang masuk ke bursa naiknya luar biasa. Sekarang, kita sudah tembus 3 juta investor. Sebelumnya hanya 1 juta investor saja.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More