Bandara Sam Ratulangi Manado Jadi Pusat 'Jembatan Udara' Indonesia Timur
Selasa, 22 September 2020 - 13:45 WIB
JAKARTA - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mencatat Bandar Udara (Bandara) Sam Ratulangi Manado akan menjadi sentral 'jembatan udara' untuk menghubungkan sejumlah titik di Wilayah Timur Indonesia. Jembatan udara ini nantinya dimanfaatkan untuk mempermudah distribusi logistik dengan menggunakan pesawat.
Bukan itu saja, untuk lebih mempermudah dan mempercepat akses proses distribusi logistik, jembatan udara juga didesain dengan model intermoda. Artinya, jembatan ini akan dikoneksikan dengan proyek tol laut dan tol darat, dan udara.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Novie Riyanto mengatakan, jembatan udara menjadi infrastruktur strategis nasional yang vital. Khususnya, menyambungkan sejumlah wilayah baik di perkotaan maupun di daerah pelosok sehingga dapat menghasilkan nilai ekonomis yang mampu mendorong perekonomian nasional ke depannya.
"Ini intermoda bukan satu moda, kami sangat berharap tol laut dan tol udara, jadi ini sangat vital khususnya menyambungkan tempat-tempat tertentu yang menghasilkan sesuatu (ekonomi) dengan daerah lain, ini akan kita hubungkan sehingga kita membutuhkan satu atau tiga koneksi darat, laut dan udara," ujar Novie, Jakarta, Selasa (22/9/2020). (Baca juga: Bedah Pekerjaan Rumah Program Tol Laut, Pak Menhub Tolong Pikirkan Muatan Balik )
Sebagai contoh, kapal laut akan membawa produk-produk yang akan digunakan bagi masyarakat Papua. Kemudian, di Papua akan disambungkan dengan konektivitas udara dengan menggunakan pesawat khusu drooping untuk daerah di pedalaman Papua lainnya.
Dengan jembatan transportasi intermoda ini, pemerintah, kata Novie, sudah mendeteksi potensi-potensi yang dinilai perlu untuk diatribusikan ke daerah. Sebaliknya, daerah-daerah yang mengalami surplus akan bisa diatribusikan ke daerah-daerah yang minus. Karena itu, konektivitas moda transportasi ini diharapkan mampu menyatukan seluruh wilayah di Indonesia.
"Semua daerah di Indonesia dari Sabang sampai Merauke, dari Rote sampai Miangas akan terkoneksi. Dan ini, kita sudah mendeteksi potensi-potensi kita, apa yang perlu kita diatribusikan ke daerah, sebaliknya juga daerah-daerah yang surplus apa, kita akan bisa distribusikan ke daerah-daerah yang minus," ujarnya.
Dalam sisi yang lebih luas, terkait dengan grand plan transportasi udara untuk pariwisata, kemenhub tengah mendorong agar Bandar Udara Ngurah Rai dan Bandara di Bali Utara menjadi bandara super hub prioritas penggerak pemulihan ekonomi.
Novie menyebut, rencana besar bandara di Bali ini harus dapat menghubungkan super hub di benua lainnya di Timur Tengah, Dubai, Eropa, Frankfurt, Honolulu hingga seluruh Asia Timur, China, Jepang, Korea Selatan, dan Australia. (Baca juga: China akan Kehilangan Akses pada Stasiun Pelacak Antariksa Australia )
“Kami melihat ke depan trennya semakin membaik. Mudah-mudahan Covid selesai sehingga posisi Bali menjadi trigger mengembangkan. Satu tahun dua tahun ke depan satu rasi Bali ini kami tetap membuat rencana dan mengeksekusi. Bali menjadi mumpuni super hub kebutuhan logistik dan pariwisata,” kata dia.
Dalam grand plan pariwisata Lima Bali Baru, pihaknya juga mengembangkan bandara yang dapat mendukung wilayahnya dari sisi penerbangan dan kapasitas pendukungnya. Semua wilayah pengembangan lima Bali Baru seperti Manado, Labuan Bajo, hingga Mandalika akan terlayani oleh transportasi udara.
Bukan itu saja, untuk lebih mempermudah dan mempercepat akses proses distribusi logistik, jembatan udara juga didesain dengan model intermoda. Artinya, jembatan ini akan dikoneksikan dengan proyek tol laut dan tol darat, dan udara.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Novie Riyanto mengatakan, jembatan udara menjadi infrastruktur strategis nasional yang vital. Khususnya, menyambungkan sejumlah wilayah baik di perkotaan maupun di daerah pelosok sehingga dapat menghasilkan nilai ekonomis yang mampu mendorong perekonomian nasional ke depannya.
"Ini intermoda bukan satu moda, kami sangat berharap tol laut dan tol udara, jadi ini sangat vital khususnya menyambungkan tempat-tempat tertentu yang menghasilkan sesuatu (ekonomi) dengan daerah lain, ini akan kita hubungkan sehingga kita membutuhkan satu atau tiga koneksi darat, laut dan udara," ujar Novie, Jakarta, Selasa (22/9/2020). (Baca juga: Bedah Pekerjaan Rumah Program Tol Laut, Pak Menhub Tolong Pikirkan Muatan Balik )
Sebagai contoh, kapal laut akan membawa produk-produk yang akan digunakan bagi masyarakat Papua. Kemudian, di Papua akan disambungkan dengan konektivitas udara dengan menggunakan pesawat khusu drooping untuk daerah di pedalaman Papua lainnya.
Dengan jembatan transportasi intermoda ini, pemerintah, kata Novie, sudah mendeteksi potensi-potensi yang dinilai perlu untuk diatribusikan ke daerah. Sebaliknya, daerah-daerah yang mengalami surplus akan bisa diatribusikan ke daerah-daerah yang minus. Karena itu, konektivitas moda transportasi ini diharapkan mampu menyatukan seluruh wilayah di Indonesia.
"Semua daerah di Indonesia dari Sabang sampai Merauke, dari Rote sampai Miangas akan terkoneksi. Dan ini, kita sudah mendeteksi potensi-potensi kita, apa yang perlu kita diatribusikan ke daerah, sebaliknya juga daerah-daerah yang surplus apa, kita akan bisa distribusikan ke daerah-daerah yang minus," ujarnya.
Dalam sisi yang lebih luas, terkait dengan grand plan transportasi udara untuk pariwisata, kemenhub tengah mendorong agar Bandar Udara Ngurah Rai dan Bandara di Bali Utara menjadi bandara super hub prioritas penggerak pemulihan ekonomi.
Novie menyebut, rencana besar bandara di Bali ini harus dapat menghubungkan super hub di benua lainnya di Timur Tengah, Dubai, Eropa, Frankfurt, Honolulu hingga seluruh Asia Timur, China, Jepang, Korea Selatan, dan Australia. (Baca juga: China akan Kehilangan Akses pada Stasiun Pelacak Antariksa Australia )
“Kami melihat ke depan trennya semakin membaik. Mudah-mudahan Covid selesai sehingga posisi Bali menjadi trigger mengembangkan. Satu tahun dua tahun ke depan satu rasi Bali ini kami tetap membuat rencana dan mengeksekusi. Bali menjadi mumpuni super hub kebutuhan logistik dan pariwisata,” kata dia.
Dalam grand plan pariwisata Lima Bali Baru, pihaknya juga mengembangkan bandara yang dapat mendukung wilayahnya dari sisi penerbangan dan kapasitas pendukungnya. Semua wilayah pengembangan lima Bali Baru seperti Manado, Labuan Bajo, hingga Mandalika akan terlayani oleh transportasi udara.
(ind)
Lihat Juga :
tulis komentar anda