Jangan Mau Kalah dengan Negara Tetangga, RI Perlu Terapkan BBM Ramah Lingkungan
Kamis, 24 September 2020 - 22:12 WIB
JAKARTA - Pengamat otomotif Mukiat Sutikno mengingatkan, bahwa Indonesia perlu segera menerapkan bahan bakar minyak (BBM) yang ramah lingkungan karena negara-negara tetangga termasuk di kawasan Asia Tenggara sudah menggunakannya. Menurutnya Indonesia perlu segera mengikuti karena akan semakin ketinggalan jika tidak menerapkan BBM ramah lingkungan, yakni BBM yang memiliki RON di atas 90.
"Kebanyakan negara lain sudah Euro 4. Bahkan Singapura sudah Euro 5 ke Euro 6. Di Indonesia sendiri Euro 2 dan 3 masih ada," kata Mukiat di Jakarta.
(Baca Juga: Langit Gelap Bukan karena Mendung, Makanya Pakai BBM Berkualitas )
Lebih lanjut terang Mukiat, Indonesia mau tidak mau harus segera beralih menggunakan BBM dengan oktan tinggi karena perpindahan dari RON rendah ke RON tinggi ini sangat penting.
"Hal ini, untuk memastikan kita comply dengan negara-negara tetangga, karena Indonesia memang paling ketinggalan. Dibandingkan Thailand, kita juga ketinggalan sekali," ujarnya.
Dari perspektif industri otomotif , desakan peningkatan angka oktan BBM tersebut mendesak, karena hampir semua merk kendaraan bermotor di Indonesia juga dijual di luar negeri. Dengan demikian, lanjut Mukiat, industri otomotif mau tidak mau memang harus melakukan penyesuaian kondisi mesin, sebelum melakukan penjualan ke mancanegara.
Dan hal itu, lanjut dia, tentu berdampak terhadap biaya produksi. "Tetapi kalau BBM kita sudah serentak pakai RON tinggi, tentu industri tak perlu melakukan adjusment," katanya.
(Baca Juga: Realisasi Serapan Biodiesel Nasional Semester 1 Capai 4,36 Juta kL )
Jika dilihat dari sudut pandang konsumen, BBM oktan rendah memang berpengaruh buruk terhadap performa kendaraan dan bahkan kondisi mesin. Secara teknis lanjutnya, BBM dengan oktan rendah berdampak jelek terhadap kendaraan. Selain menurunkan performa, juga bisa berpengaruh terhadap keawetan mesin.
"Bisa mengelitik, bikin ruang bakar dan gas buang, serta memperpendek umur mesin," jelas Mukiat.
Apalagi saat ini, spesifikasi mesin kendaraan bermotor keluaran terbaru sebenarnya sudah disesuaikan untuk BBM dengan angka oktan tinggi. "Dan jika diisi dengan BBM yang tidak sesuai, yaitu yang lebih rendah, tentu berpengaruh terhadap mesin. Karena harusnya dikasih minuman sehat, tetapi diberikan agak kotor, bisa sakit perut tuh mobil. Jadi intinya memang jelek untuk kendaraan," ujarnya.
"Kebanyakan negara lain sudah Euro 4. Bahkan Singapura sudah Euro 5 ke Euro 6. Di Indonesia sendiri Euro 2 dan 3 masih ada," kata Mukiat di Jakarta.
(Baca Juga: Langit Gelap Bukan karena Mendung, Makanya Pakai BBM Berkualitas )
Lebih lanjut terang Mukiat, Indonesia mau tidak mau harus segera beralih menggunakan BBM dengan oktan tinggi karena perpindahan dari RON rendah ke RON tinggi ini sangat penting.
"Hal ini, untuk memastikan kita comply dengan negara-negara tetangga, karena Indonesia memang paling ketinggalan. Dibandingkan Thailand, kita juga ketinggalan sekali," ujarnya.
Dari perspektif industri otomotif , desakan peningkatan angka oktan BBM tersebut mendesak, karena hampir semua merk kendaraan bermotor di Indonesia juga dijual di luar negeri. Dengan demikian, lanjut Mukiat, industri otomotif mau tidak mau memang harus melakukan penyesuaian kondisi mesin, sebelum melakukan penjualan ke mancanegara.
Dan hal itu, lanjut dia, tentu berdampak terhadap biaya produksi. "Tetapi kalau BBM kita sudah serentak pakai RON tinggi, tentu industri tak perlu melakukan adjusment," katanya.
(Baca Juga: Realisasi Serapan Biodiesel Nasional Semester 1 Capai 4,36 Juta kL )
Jika dilihat dari sudut pandang konsumen, BBM oktan rendah memang berpengaruh buruk terhadap performa kendaraan dan bahkan kondisi mesin. Secara teknis lanjutnya, BBM dengan oktan rendah berdampak jelek terhadap kendaraan. Selain menurunkan performa, juga bisa berpengaruh terhadap keawetan mesin.
"Bisa mengelitik, bikin ruang bakar dan gas buang, serta memperpendek umur mesin," jelas Mukiat.
Apalagi saat ini, spesifikasi mesin kendaraan bermotor keluaran terbaru sebenarnya sudah disesuaikan untuk BBM dengan angka oktan tinggi. "Dan jika diisi dengan BBM yang tidak sesuai, yaitu yang lebih rendah, tentu berpengaruh terhadap mesin. Karena harusnya dikasih minuman sehat, tetapi diberikan agak kotor, bisa sakit perut tuh mobil. Jadi intinya memang jelek untuk kendaraan," ujarnya.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda