Pengamat Minta Merger BJBR dan BEKS Tidak Tergesa Gesa
Selasa, 05 Mei 2020 - 17:48 WIB
Dosen Ekonomi dan Pasar Modal Universitas Langlangbuana Asep Saepudin menjelaskan, saat ini bank bjb memang memerlukan pertumbuhan termasuk pertumbuhan non-organik, antara lain melalui akuisisi ataupun merger dengan bank lain.
"Tapi tentu bank yang menggabungkan atau diakuisisi harus bank sehat. Sehingga dalam jangka pendek memberikan pengaruh yang positif terhadap bank bjb," terangnya.
Karena, ketika bank yang dimergerkan dalam kondisi tidak terlalu sehat, tentu memberikan tantangan dan pekerjaan rumah bagi bank bjb untuk membenahinya. "Dalam jangka panjang tentu bagus untuk pertumbuhan bank bjb. Apalagi pasar yang dibawa dari Bank Banten ini jelas dan terspesifikasi," paparnya.
Menurutnya, dalam jangka panjang bank bjb hanya perlu pembenahan untuk unitnya di wilayah atau cabang-cabang yang dimiliki Bank Banten.
Asep menjelaskan penggabungan Bank Banten ke bank bjb merupakan solusi yang paling baik. Bagi bank cukup bagus untuk pertumbuhan jangka panjangnya.
"Ini agar Bank Banten selamat dari missmanagement yang selama ini terjadi," tambahnya.
Diketahui, sebelumnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) segera memproses permohonan rencana penggabungan usaha PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS) ke dalam PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR).
Rencana tersebut telah dituangkan dalam Letter of Intent (LOI) yang ditandatangani Kamis, 23 April 2020 oleh Gubernur Banten Wahidin Halim selaku Pemegang Saham Pengendali Terakhir Bank Banten dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil selaku Pemegang Saham Pengendali Terakhir Bank BJB. Hal-hal teknis yang berkaitan dengan Letter of Intent akan ditindaklanjuti dengan Perjanjian Kerja Sama kedua belah pihak.
"Tapi tentu bank yang menggabungkan atau diakuisisi harus bank sehat. Sehingga dalam jangka pendek memberikan pengaruh yang positif terhadap bank bjb," terangnya.
Karena, ketika bank yang dimergerkan dalam kondisi tidak terlalu sehat, tentu memberikan tantangan dan pekerjaan rumah bagi bank bjb untuk membenahinya. "Dalam jangka panjang tentu bagus untuk pertumbuhan bank bjb. Apalagi pasar yang dibawa dari Bank Banten ini jelas dan terspesifikasi," paparnya.
Menurutnya, dalam jangka panjang bank bjb hanya perlu pembenahan untuk unitnya di wilayah atau cabang-cabang yang dimiliki Bank Banten.
Asep menjelaskan penggabungan Bank Banten ke bank bjb merupakan solusi yang paling baik. Bagi bank cukup bagus untuk pertumbuhan jangka panjangnya.
"Ini agar Bank Banten selamat dari missmanagement yang selama ini terjadi," tambahnya.
Diketahui, sebelumnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) segera memproses permohonan rencana penggabungan usaha PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS) ke dalam PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR).
Rencana tersebut telah dituangkan dalam Letter of Intent (LOI) yang ditandatangani Kamis, 23 April 2020 oleh Gubernur Banten Wahidin Halim selaku Pemegang Saham Pengendali Terakhir Bank Banten dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil selaku Pemegang Saham Pengendali Terakhir Bank BJB. Hal-hal teknis yang berkaitan dengan Letter of Intent akan ditindaklanjuti dengan Perjanjian Kerja Sama kedua belah pihak.
(bon)
tulis komentar anda