Pertumbuhan Ekonomi Jatuh, Kemenkeu Dorong Percepatan Penyaluran Bansos
Selasa, 05 Mei 2020 - 18:07 WIB
Dalam kondisi pembatasan aktivitas, masyarakat mengurangi konsumsi barang-barang kebutuhan non pokok. Sinyal pelemahan konsumsi ini juga terlihat pada menurunnya indeks keyakinan konsumen dan penjualan eceran pada Maret 2020 sebesar -5,4% (yoy).
Selain itu, kinerja investasi menurun, terutama pada komponen mesin, perlengkapan, dan investasi bangunan. Penurunan kinerja investasi juga terlihat pada penjualan mobil niaga (kontraksi -14,7%) serta kredit perbankan. Tumbuhnya investasi didukung oleh kinerja investasi langsung (8,0%), khususnya Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
Sedangkan belanja modal Pemerintah Pusat naik ke 32,1% (tahun lalu -6,7%). Pertumbuhan konsumsi Pemerintah Pusat didorong oleh peningkatan belanja bantuan bantuan sosial. Realisasi bantuan sosial tumbuh hingga 27,6% (yoy), utamanya disebabkan kenaikan tarif 2020 PBI-JKN dan penarikan iuran PBI sampai dengan bulan Mei.
Kontraksi terjadi pada konsumsi Pemerintah Daerah dan belanja pegawai masing-masing karena turunnya dana bagi hasil dari Pemerintah Pusat serta program reformasi birokrasi.
Pertumbuhan ekspor bersih didukung oleh pertumbuhan positif ekspor barang nonmigas. Kinerja ekspor tertahan oleh penurunan jumlah kunjungan wisatawan yang menjadi sumber ekspor jasa nasional. Di sisi lain, impor nasional mengalami kontraksi seiring dengan pertumbuhan negatif komponen impor impor Bahan Baku dan Penolong (-2,8%) dan Barang Modal (-13,1%) yang masing-masing kontribusinya 75,8% dan 15,0% terhadap total impor barang.
Meskipun hal ini memberikan kontribusi terhadap neraca perdagangan yang surplus sebesar USD2,61 miliar, pelemahan impor berdampak negatif terhadap aktivitas di sektor produksi khususnya sektor manufaktur.
Di sisi produksi, hampir seluruh sektor menunjukkan penurunan kinerja, kecuali sektor informasi dan komunikasi yang tumbuh tinggi 9,81%. Industri pengolahan tumbuh melambat 2,06% seiring indikator PMI manufaktur yang mencatat penurunan terendah pada April 2020 (27,5%).
Selain itu, kinerja investasi menurun, terutama pada komponen mesin, perlengkapan, dan investasi bangunan. Penurunan kinerja investasi juga terlihat pada penjualan mobil niaga (kontraksi -14,7%) serta kredit perbankan. Tumbuhnya investasi didukung oleh kinerja investasi langsung (8,0%), khususnya Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
Sedangkan belanja modal Pemerintah Pusat naik ke 32,1% (tahun lalu -6,7%). Pertumbuhan konsumsi Pemerintah Pusat didorong oleh peningkatan belanja bantuan bantuan sosial. Realisasi bantuan sosial tumbuh hingga 27,6% (yoy), utamanya disebabkan kenaikan tarif 2020 PBI-JKN dan penarikan iuran PBI sampai dengan bulan Mei.
Kontraksi terjadi pada konsumsi Pemerintah Daerah dan belanja pegawai masing-masing karena turunnya dana bagi hasil dari Pemerintah Pusat serta program reformasi birokrasi.
Pertumbuhan ekspor bersih didukung oleh pertumbuhan positif ekspor barang nonmigas. Kinerja ekspor tertahan oleh penurunan jumlah kunjungan wisatawan yang menjadi sumber ekspor jasa nasional. Di sisi lain, impor nasional mengalami kontraksi seiring dengan pertumbuhan negatif komponen impor impor Bahan Baku dan Penolong (-2,8%) dan Barang Modal (-13,1%) yang masing-masing kontribusinya 75,8% dan 15,0% terhadap total impor barang.
Meskipun hal ini memberikan kontribusi terhadap neraca perdagangan yang surplus sebesar USD2,61 miliar, pelemahan impor berdampak negatif terhadap aktivitas di sektor produksi khususnya sektor manufaktur.
Di sisi produksi, hampir seluruh sektor menunjukkan penurunan kinerja, kecuali sektor informasi dan komunikasi yang tumbuh tinggi 9,81%. Industri pengolahan tumbuh melambat 2,06% seiring indikator PMI manufaktur yang mencatat penurunan terendah pada April 2020 (27,5%).
(bon)
tulis komentar anda