Ekonomi Merosot, Ekonom Minta Pemerintah Fokus Jaga Daya Beli Masyarakat
Rabu, 06 Mei 2020 - 05:19 WIB
JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2020 turun drastis menjadi 2,97%. Ekonom Bank BNI Ryan Kiryanto berpendapat pemerintah harus fokus pada upaya menjaga daya beli masyarakat, agar ekonomi tidak turun lebih dalam di kuartal berikutnya.
Pandemi Covid-19 membuat banyak perusahaan terpaksa merumahkan pegawainya, bahkan tidak sedikit yang diberhentikan sehingga berdampak pada daya beli masyarakat.
Selain itu, tambah Ryan, angka Indeks Pembelian Manufaktur Indonesia di bulan April, berada di kisaran 30, mengindikasikan kontraksi ekonomi, terutama dari sisi produksi atau industri.
"Pemerintah harus meningkatkan program bantuan darurat ke kalangan pengusaha, utamanya UMKM, sehingga kegiatan perekonomian masih ada yang bergerak," kata Ryan saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Selasa (5/5/2020).
Dia menambahkan penyaluran dana bantuan sosial dan sejenisnya ke warga masyarakat yang terpapar Covid-19 harus dipercepat supaya kegiatan rumah tangga tetap berlanjut untuk menopang PDB di kuartal berikutnya.
"Saya kira realisasi Produk Domestik Bruto di kuartal I 2020 yang tumbuh 2,79% benar-benar mengejutkan karena di bawah ekspektasi maupun konsensus ekonom, di sekitar 3,5%-4,5%," katanya.
Ryan mencermati yang paling kentara adalah turunnya konsumsi rumah tangga, yang jauh di bawah 5%, tepatnya diangka 3%.
"Juga pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan belanja pemerintah, serta ekspor-impor, semuanya melemah. Sektor ekonominya pun demikian, dimana sektor primer seperti pertanian melemah, lalu sektor sekunder seperti perdagangan, manufaktur, industri dan konstruksi juga melemah," katanya.
Ryan pun melanjutkan hampir pasti proyeksi PDB di kuartal II 2020 cenderung akan lebih rendah (berkisar 1,5%) dibanding realisasi kuartal I ini.
"Yang perlu diperhatikan oleh pemerintah adalah realisasi PDB kuartal I itu terjadi ketika pandemi Covid-19 belum begitu merasuki perekonomian Indonesia, dengan kebijakan restriktif seperti working from home, social distancing dan PSBB," pungkasnya.
Pandemi Covid-19 membuat banyak perusahaan terpaksa merumahkan pegawainya, bahkan tidak sedikit yang diberhentikan sehingga berdampak pada daya beli masyarakat.
Selain itu, tambah Ryan, angka Indeks Pembelian Manufaktur Indonesia di bulan April, berada di kisaran 30, mengindikasikan kontraksi ekonomi, terutama dari sisi produksi atau industri.
"Pemerintah harus meningkatkan program bantuan darurat ke kalangan pengusaha, utamanya UMKM, sehingga kegiatan perekonomian masih ada yang bergerak," kata Ryan saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Selasa (5/5/2020).
Dia menambahkan penyaluran dana bantuan sosial dan sejenisnya ke warga masyarakat yang terpapar Covid-19 harus dipercepat supaya kegiatan rumah tangga tetap berlanjut untuk menopang PDB di kuartal berikutnya.
"Saya kira realisasi Produk Domestik Bruto di kuartal I 2020 yang tumbuh 2,79% benar-benar mengejutkan karena di bawah ekspektasi maupun konsensus ekonom, di sekitar 3,5%-4,5%," katanya.
Ryan mencermati yang paling kentara adalah turunnya konsumsi rumah tangga, yang jauh di bawah 5%, tepatnya diangka 3%.
"Juga pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan belanja pemerintah, serta ekspor-impor, semuanya melemah. Sektor ekonominya pun demikian, dimana sektor primer seperti pertanian melemah, lalu sektor sekunder seperti perdagangan, manufaktur, industri dan konstruksi juga melemah," katanya.
Ryan pun melanjutkan hampir pasti proyeksi PDB di kuartal II 2020 cenderung akan lebih rendah (berkisar 1,5%) dibanding realisasi kuartal I ini.
"Yang perlu diperhatikan oleh pemerintah adalah realisasi PDB kuartal I itu terjadi ketika pandemi Covid-19 belum begitu merasuki perekonomian Indonesia, dengan kebijakan restriktif seperti working from home, social distancing dan PSBB," pungkasnya.
(bon)
Lihat Juga :
tulis komentar anda