Konsumsi Jadi Andalan Pertumbuhan
Rabu, 06 Mei 2020 - 06:30 WIB
“Prediksi-prediksi yang disampaikan oleh IMF (Dana Moneter Internasional) misalnya itu prediksi tiga negara dengan pertumbuhan masih positif, yaitu Indonesia, China, dan India,” ucap Airlangga di Jakarta kemarin.
Dia menambahkan, ekonomi Indonesia dipengaruhi demand shock akibat wabah Covid-19. Apalagi, di kuartal kedua ini pemerintah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk memotong penyebaran Covid-19.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan, pandemi virus korona telah membuat aktivitas ekonomi berkurang drastis.
“Kita sudah tahu ekonomi akan tertekan. Angkanya bisa turun jadi berat, tapi yang terpenting adalah bagaimana kita bisa menyangga hingga dampak Covid-19 ini masuk masa pemulihan,” tuturnya.
Saat ini, kata dia, pemerintah fokus bagaimana agar kehidupan masyarakat bisa terjamin. Berbagai strategi sudah dan terus disiapkan agar pertumbuhan ekonomi tidak turun terlalu dalam. Di antaranya restrukturisasi kredit hingga pemberian bantuan sosial (bansos).
Wimboh mengimbau agar masyarakat disiplin mematuhi physical distancing untuk solusi terbaik saat ini. Selama vaksin korona belum ditemukan, maka harapannya masyarakat perlu disiplin mengikuti anjuran pemerintah.
“Lalu, dengan bansos ini mudah-mudahan bisa meringankan sementara. Memang solusi ke depannya masyarakat harus bekerja,” kata dia.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, perekonomian mengalami kontraksi sehingga tumbuh jauh lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama yang masih mencapai 5,07%.
“Pergerakan pertumbuhan ekonomi sama kuartal I/2020 ini seperti dialami negara lain yakni mengalami perlambatan,” ujar Suhariyanto di Jakarta kemarin.
Dia melanjutkan, perlambatan pertumbuhan ekonomi ini memang tidak hanya terjadi di Indonesia. Hal ini juga dialami beberapa negara lain yang juga mengalami kontraksi ekonomi yang cukup dalam.
Dia menambahkan, ekonomi Indonesia dipengaruhi demand shock akibat wabah Covid-19. Apalagi, di kuartal kedua ini pemerintah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk memotong penyebaran Covid-19.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan, pandemi virus korona telah membuat aktivitas ekonomi berkurang drastis.
“Kita sudah tahu ekonomi akan tertekan. Angkanya bisa turun jadi berat, tapi yang terpenting adalah bagaimana kita bisa menyangga hingga dampak Covid-19 ini masuk masa pemulihan,” tuturnya.
Saat ini, kata dia, pemerintah fokus bagaimana agar kehidupan masyarakat bisa terjamin. Berbagai strategi sudah dan terus disiapkan agar pertumbuhan ekonomi tidak turun terlalu dalam. Di antaranya restrukturisasi kredit hingga pemberian bantuan sosial (bansos).
Wimboh mengimbau agar masyarakat disiplin mematuhi physical distancing untuk solusi terbaik saat ini. Selama vaksin korona belum ditemukan, maka harapannya masyarakat perlu disiplin mengikuti anjuran pemerintah.
“Lalu, dengan bansos ini mudah-mudahan bisa meringankan sementara. Memang solusi ke depannya masyarakat harus bekerja,” kata dia.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, perekonomian mengalami kontraksi sehingga tumbuh jauh lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama yang masih mencapai 5,07%.
“Pergerakan pertumbuhan ekonomi sama kuartal I/2020 ini seperti dialami negara lain yakni mengalami perlambatan,” ujar Suhariyanto di Jakarta kemarin.
Dia melanjutkan, perlambatan pertumbuhan ekonomi ini memang tidak hanya terjadi di Indonesia. Hal ini juga dialami beberapa negara lain yang juga mengalami kontraksi ekonomi yang cukup dalam.
tulis komentar anda