Gara-Gara Corona, Kapal-Kapal Pesiar 'Dikiloin' Jadi Besi Tua
Senin, 12 Oktober 2020 - 10:37 WIB
JAKARTA - Pandemi virus corona telah menghancur-leburkan industri kapal pesiar dunia. Beberapa kapal pesiar mewah yang dulu bak istana terapung di lautan kini teronggok sebagai besi tua di galangan pembongkaran kapal di Aliaga, Turki.
Potongan gambar yang diambil oleh drone di atas galangan itu awal bulan ini menunjukkan sejumlah kapal pesiar tengah dipereteli oleh para pekerja. Sebanyak tiga kapal akan masuk ke galangan itu menyusul lima kapal pesiar yang tengah dibongkar. Kapal-kapal mewah itu berakhir di tempat penjualan besi tua.
(Baca Juga: Vakum 5 Bulan, Kapal Pesiar Italia Kembali Berlayar)
Pimpinan asosiasi industri daur ulang kapal Turki, Kamil Onal, mengatakan bahwa sebelum pandemi, galangan pembongkaran kapal Turki biasanya hanya menangani kapal-kapal kargo dan kontainer.
"Tetapi setelah pandemi, kapal-kapal pesiar mulai beralih haluan menuju Aliaga dengan cara yang sangat signifikan," ujarnya seperti dikutip dari ABC.net.au.
"Ada pertumbuhan di sektor (daur ulang kapal) ini karena krisis. Ketika kapal tidak bisa mendapatkan pekerjaan, mereka beralih ke pembongkaran," imbuhnya. Kapal-kapal yang datang untuk dibongkar menurutnya antara lain berasal dari Inggris, Italia dan Amerika Serikat (AS).
Kapal pesiar menjadi kluster paling awal Covid-19 ketika pandemi itu menyebar secara global awal tahun ini. Pada bulan Februari, Pemerintah Australia harus mengevakuasi lebih dari 150 warganya yang terjebak di atas kapal pesiar Diamond Princess di lepas pantai Jepang.
Beberapa minggu kemudian, Pemerintah Negeri Kanguru itu juga mengusir kapal pesiar berbendera asing keluar dari perairan Australia - larangan yang baru-baru ini diperpanjang hingga setidaknya 17 Desember mendatang.
Hanya kapal pesiar Ruby Princess yang diizinkan berlabuh di Sydney, seiring adanya penyelidikan khusus yang menemukan bahwa kapal itu terkait dengan setidaknya 28 kematian. Sementara, pada Maret lalu, otoritas AS mengeluarkan perintah stop berlayar untuk semua kapal pesiar. Larangan itu hingga kini masih tetap berlaku.
(Baca Juga: Terinfeksi Corona, 84 WNI Dikarantina di Kapal Pesiar Costa Smeralda)
Onal mengatakan, sekitar 2.500 orang bekerja di dalam sebuah tim untuk membongkar kapal-kapal tersebut. Dia mengatakan butuh waktu sekitar enam bulan untuk membongkar sepenuhnya sebuah kapal penumpang.
Galangan pembongkaran kapal itu menargetkan untuk meningkatkan volume baja reklamasi menjadi 1,1 juta ton pada akhir tahun, dari 700.000 ton pada Januari.
Potongan gambar yang diambil oleh drone di atas galangan itu awal bulan ini menunjukkan sejumlah kapal pesiar tengah dipereteli oleh para pekerja. Sebanyak tiga kapal akan masuk ke galangan itu menyusul lima kapal pesiar yang tengah dibongkar. Kapal-kapal mewah itu berakhir di tempat penjualan besi tua.
(Baca Juga: Vakum 5 Bulan, Kapal Pesiar Italia Kembali Berlayar)
Pimpinan asosiasi industri daur ulang kapal Turki, Kamil Onal, mengatakan bahwa sebelum pandemi, galangan pembongkaran kapal Turki biasanya hanya menangani kapal-kapal kargo dan kontainer.
"Tetapi setelah pandemi, kapal-kapal pesiar mulai beralih haluan menuju Aliaga dengan cara yang sangat signifikan," ujarnya seperti dikutip dari ABC.net.au.
"Ada pertumbuhan di sektor (daur ulang kapal) ini karena krisis. Ketika kapal tidak bisa mendapatkan pekerjaan, mereka beralih ke pembongkaran," imbuhnya. Kapal-kapal yang datang untuk dibongkar menurutnya antara lain berasal dari Inggris, Italia dan Amerika Serikat (AS).
Kapal pesiar menjadi kluster paling awal Covid-19 ketika pandemi itu menyebar secara global awal tahun ini. Pada bulan Februari, Pemerintah Australia harus mengevakuasi lebih dari 150 warganya yang terjebak di atas kapal pesiar Diamond Princess di lepas pantai Jepang.
Beberapa minggu kemudian, Pemerintah Negeri Kanguru itu juga mengusir kapal pesiar berbendera asing keluar dari perairan Australia - larangan yang baru-baru ini diperpanjang hingga setidaknya 17 Desember mendatang.
Hanya kapal pesiar Ruby Princess yang diizinkan berlabuh di Sydney, seiring adanya penyelidikan khusus yang menemukan bahwa kapal itu terkait dengan setidaknya 28 kematian. Sementara, pada Maret lalu, otoritas AS mengeluarkan perintah stop berlayar untuk semua kapal pesiar. Larangan itu hingga kini masih tetap berlaku.
(Baca Juga: Terinfeksi Corona, 84 WNI Dikarantina di Kapal Pesiar Costa Smeralda)
Onal mengatakan, sekitar 2.500 orang bekerja di dalam sebuah tim untuk membongkar kapal-kapal tersebut. Dia mengatakan butuh waktu sekitar enam bulan untuk membongkar sepenuhnya sebuah kapal penumpang.
Galangan pembongkaran kapal itu menargetkan untuk meningkatkan volume baja reklamasi menjadi 1,1 juta ton pada akhir tahun, dari 700.000 ton pada Januari.
(fai)
Lihat Juga :
tulis komentar anda