PSBB Tidak Distop, Pengusaha Bisa Jadi Zombie
Selasa, 13 Oktober 2020 - 13:42 WIB
PSBB tidak dihentikan pengusaha bisa jadi zombie. FOTO/Ist
JAKARTA - Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri memastikan apabila Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) tidak dihentikan maka pengusaha siap-siap jadi zombie. Pasalnya jika dibiarkan terus menerus maka usahanya akan gulung tikar tidak laku. Adapun dampaknya akan memperburuk kondisi ekonomi RI.
"Tentu ini yang membuat ekonomi tidak bisa gerak. Ini akan membuat pengusaha seperti zombie karena perusahaan sepi karena company jadi company zombie. Dia kerja untuk bank, hanya bayar utang. Ini membuat orang tidak berminat berekspansi usaha," ujar Chatib Basri dalam video virtual, Rabu (13/10/2020).
Dia memberikan contoh pengusaha mal ataupun restoran tidak laku karena pengunjung dibatasi hanya 50%. Sementara biaya sewa tetap jalan seperti biasa walapun diterapkan PSBB. "Nggak peduli orang yang datang 50% atau 100%, bayar sewa tetap sama. Itu fix cost yang datang hanya 50%, artinya company nggak bisa mencapai skala ekonomis," jelasnya.
Dia menjelaskan bahwa kondisi tersbeut dapat dilihat di Indeks Manufaktur Indonesia (PMI) yang naik ke level 50,8 pada Agustus 2020. Namun demikian pada September 2020 kembali turun ke 47,2. "Saya mau tunjukkan bahwa setelah bulan Juni itu aktivitas melambat. Jadi yang ke kantor makin lama makin turun. Yang pergi ke grocery dan pharmacy makin turun, ritel dan rekreasi makin lama makin turun. Jadi itu membuat perusahaan susah melakukan ekspansi," tandasnya.
"Tentu ini yang membuat ekonomi tidak bisa gerak. Ini akan membuat pengusaha seperti zombie karena perusahaan sepi karena company jadi company zombie. Dia kerja untuk bank, hanya bayar utang. Ini membuat orang tidak berminat berekspansi usaha," ujar Chatib Basri dalam video virtual, Rabu (13/10/2020).
Dia memberikan contoh pengusaha mal ataupun restoran tidak laku karena pengunjung dibatasi hanya 50%. Sementara biaya sewa tetap jalan seperti biasa walapun diterapkan PSBB. "Nggak peduli orang yang datang 50% atau 100%, bayar sewa tetap sama. Itu fix cost yang datang hanya 50%, artinya company nggak bisa mencapai skala ekonomis," jelasnya.
Dia menjelaskan bahwa kondisi tersbeut dapat dilihat di Indeks Manufaktur Indonesia (PMI) yang naik ke level 50,8 pada Agustus 2020. Namun demikian pada September 2020 kembali turun ke 47,2. "Saya mau tunjukkan bahwa setelah bulan Juni itu aktivitas melambat. Jadi yang ke kantor makin lama makin turun. Yang pergi ke grocery dan pharmacy makin turun, ritel dan rekreasi makin lama makin turun. Jadi itu membuat perusahaan susah melakukan ekspansi," tandasnya.
(nng)
tulis komentar anda