Nah Lho, Ekonom Sebut Suku Bunga Ditahan Perlambat Pemulihan Ekonomi
Rabu, 14 Oktober 2020 - 06:00 WIB
JAKARTA - Ekonom Indef Bhima Yudistira menilai keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menahan suku bunga acuan bisa memperlambat pemulihan ekonomi. Tingkat suku bunga acuan saat ini dinilai belum dapat menggairahkan pertumbuhan kredit.
Sebagai informasi, Bank Indonesia kembali memutuskan untuk mempertahankan suku bunga BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada level 4,0%. Demikian juga dengan suku bunga Deposit Facility tetap 3,25% dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,75%. Hal tersebut merupakan hasil keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12-13 Oktober 2020.
(Baca Juga: Demi Mata Uang Garuda, Bank Sentral Tahan Suku Bunga) "Saat ini pertumbuhan kredit sangat rendah, bahkan mencapai 1% (year on year/yoy). Efek ditahannya bunga acuan juga membuat deposan makin betah memarkir dana di perbankan," ujar Bhima saat dihubungi SINDOnews.
Dia melanjutkan, ditahannya suku bunga akan menganggu intermediasi perbankan. "Situasi ini akan menganggu intermediasi perbankan, karena deposan merasa nyaman dengan bunga yang menarik di bank," tandasnya.
Bank Indonesia mencatat, pertumbuhan kredit pada September 2020 kembali menurun dari 1,04% (yoy) pada Agustus 2020 menjadi 0,12% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) naik dari 11,64% (yoy) pada Agustus 2020 menjadi 12,88% (yoy) didorong ekspansi keuangan pemerintah.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) perbankan Agustus 2020 tetap tinggi yakni 23,39%, dan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) tetap rendah yakni 3,22% (bruto) dan 1,14% (neto).
"Namun demikian, fungsi intermediasi dari sektor keuangan masih lemah akibat pertumbuhan kredit yang terbatas sejalan dengan permintaan domestik yang belum kuat dan kehati-hatian perbankan akibat berlanjutnya pandemi Covid-19," ujar Perry, Selasa (12/10).
(Baca Juga: Kenapa Bank Sentral Harus Tahan Suku Bunga? Ini Penjelasan Ekonom)
Ke depan, kata dia, intermediasi perbankan diperkirakan akan membaik sejalan dengan prospek perbaikan kinerja korporasi dan pemulihan ekonomi domestik serta konsistensi sinergi kebijakan yang ditempuh.
"Kinerja korporasi triwulan III/2020 terindikasi secara perlahan membaik, tercermin dari peningkatan penjualan, kemampuan bayar, serta penerimaan perpajakan terutama pada sektor Industri dan Perdagangan," katanya.
Sebagai informasi, Bank Indonesia kembali memutuskan untuk mempertahankan suku bunga BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada level 4,0%. Demikian juga dengan suku bunga Deposit Facility tetap 3,25% dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,75%. Hal tersebut merupakan hasil keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12-13 Oktober 2020.
(Baca Juga: Demi Mata Uang Garuda, Bank Sentral Tahan Suku Bunga) "Saat ini pertumbuhan kredit sangat rendah, bahkan mencapai 1% (year on year/yoy). Efek ditahannya bunga acuan juga membuat deposan makin betah memarkir dana di perbankan," ujar Bhima saat dihubungi SINDOnews.
Dia melanjutkan, ditahannya suku bunga akan menganggu intermediasi perbankan. "Situasi ini akan menganggu intermediasi perbankan, karena deposan merasa nyaman dengan bunga yang menarik di bank," tandasnya.
Bank Indonesia mencatat, pertumbuhan kredit pada September 2020 kembali menurun dari 1,04% (yoy) pada Agustus 2020 menjadi 0,12% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) naik dari 11,64% (yoy) pada Agustus 2020 menjadi 12,88% (yoy) didorong ekspansi keuangan pemerintah.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) perbankan Agustus 2020 tetap tinggi yakni 23,39%, dan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) tetap rendah yakni 3,22% (bruto) dan 1,14% (neto).
"Namun demikian, fungsi intermediasi dari sektor keuangan masih lemah akibat pertumbuhan kredit yang terbatas sejalan dengan permintaan domestik yang belum kuat dan kehati-hatian perbankan akibat berlanjutnya pandemi Covid-19," ujar Perry, Selasa (12/10).
(Baca Juga: Kenapa Bank Sentral Harus Tahan Suku Bunga? Ini Penjelasan Ekonom)
Ke depan, kata dia, intermediasi perbankan diperkirakan akan membaik sejalan dengan prospek perbaikan kinerja korporasi dan pemulihan ekonomi domestik serta konsistensi sinergi kebijakan yang ditempuh.
"Kinerja korporasi triwulan III/2020 terindikasi secara perlahan membaik, tercermin dari peningkatan penjualan, kemampuan bayar, serta penerimaan perpajakan terutama pada sektor Industri dan Perdagangan," katanya.
(fai)
tulis komentar anda