Hadapi Krisis Pangan, NKV: Tema Hari Pangan Sedunia Jangan Jadi Jargon Semata
Senin, 19 Oktober 2020 - 17:45 WIB
JAKARTA - Menghadapi tahun 2020 yang penuh dengan tantangan, dimana banyak negara mengalami resesi ekonomi dan terancam krisis pangan di masa depan akibat pandemi Covid-19 . Nara Kupu Village (NKV), konsep perencanaan pengembangan berkelanjutan yang berbasis pada pemberdayaan komunitas mengingatkan tema dari Hari Pangan Sedunia tidak hanya menjadi jargon semata.
"Hendaknya tema dari Hari Pangan Sedunia "Tumbuhkan, Pelihara, Lestarikan Bersama" tidak hanya menjadi jargon semata tapi harus menjadi semangat, tindakan, dan kerja sama kita dalam menghadapi krisis pangan di masa depan," ungkap Project Manager Nara Kupu Village (NKV) Stalino Saerang.
(Baca Juga: Menyambut Bonus Demografi, Anak Muda Milenial Dirangkul Garap Sektor Pertanian )
Berdasarkan hasil kajian FAO atau Organisasi Pangan Dunia memprediksikan bahwa adanya 132 juta orang yang akan menderita kelaparan di masa yang akan datang. Indonesia sebagai negara yang juga merasakan dampak pandemic Covid-19 juga tak lepas dari ancaman tersebut. Ditambah dengan jumlah dan komposisi populasi penduduk Indonesia yang akan menghadapi bonus demografi.
Oleh karena itu, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) telah mencanangkan program “food estate” yang merupakan konsep pengembangan pangan yang dilakukan secara terintegrasi mencakup pertanian , perkebunan, bahkan peternakan di suatu kawasan dan program ini akan menjadi salah satu Program Strategis Nasional (PSN) 2020-2024.
Pangan adalah kebutuhan dasar manusia, butuh kerja sama dari berbagai pihak untuk mengantisipasi masalah krisis pangan ini. Dalam memperingati Hari Pangan Sedunia yang jatuh pada tanggal 16 Oktober lalu, menjadi momentum refleksi sebagai aksi melawan kerawanan ketersediaan pangan dan kelaparan, bagaimana memberantas hal tersebut baik secara global maupun di tanah air Indonesia.
(Baca Juga: Membangkitkan Petani Milenial )
Menurut Bappenas pada 2018 lalu, Indonesia menempati posisi kedua sebagai produsen sampah makanan terbanyak di dunia setelah Arab Saudi. Maka dari itu, Stalino Saerang mengatakan, perlu dibutuhkan edukasi dan pemahaman sedini mungkin kepada masyarakat untuk teliti dalam memilih dan memaksimalkan manfaat makanan sesuai dengan kebutuhan, sadar untuk tidak membuang-buang makanan.
"Hal tersebut tentunya dimulai dengan mengubah kebiasaan yang sudah ada," ucap Stalino Saerang.
Selain itu, kata pria yang juga menjabat Kabid Hubungan Antar Lembaga Generasi Muda Keluarga Besar FKPPI itu, masyarakat perlu diingatkan kembali mengenai pentingnya memperhatikan nutrisi dalam makanan yang akan dikonsumsi. Seperti pentingnya konsumsi sayur dan buah, tidak hanya untuk memenuhi nutirisi tubuh kita, namun juga untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
"Hendaknya tema dari Hari Pangan Sedunia "Tumbuhkan, Pelihara, Lestarikan Bersama" tidak hanya menjadi jargon semata tapi harus menjadi semangat, tindakan, dan kerja sama kita dalam menghadapi krisis pangan di masa depan," ungkap Project Manager Nara Kupu Village (NKV) Stalino Saerang.
(Baca Juga: Menyambut Bonus Demografi, Anak Muda Milenial Dirangkul Garap Sektor Pertanian )
Berdasarkan hasil kajian FAO atau Organisasi Pangan Dunia memprediksikan bahwa adanya 132 juta orang yang akan menderita kelaparan di masa yang akan datang. Indonesia sebagai negara yang juga merasakan dampak pandemic Covid-19 juga tak lepas dari ancaman tersebut. Ditambah dengan jumlah dan komposisi populasi penduduk Indonesia yang akan menghadapi bonus demografi.
Oleh karena itu, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) telah mencanangkan program “food estate” yang merupakan konsep pengembangan pangan yang dilakukan secara terintegrasi mencakup pertanian , perkebunan, bahkan peternakan di suatu kawasan dan program ini akan menjadi salah satu Program Strategis Nasional (PSN) 2020-2024.
Pangan adalah kebutuhan dasar manusia, butuh kerja sama dari berbagai pihak untuk mengantisipasi masalah krisis pangan ini. Dalam memperingati Hari Pangan Sedunia yang jatuh pada tanggal 16 Oktober lalu, menjadi momentum refleksi sebagai aksi melawan kerawanan ketersediaan pangan dan kelaparan, bagaimana memberantas hal tersebut baik secara global maupun di tanah air Indonesia.
(Baca Juga: Membangkitkan Petani Milenial )
Menurut Bappenas pada 2018 lalu, Indonesia menempati posisi kedua sebagai produsen sampah makanan terbanyak di dunia setelah Arab Saudi. Maka dari itu, Stalino Saerang mengatakan, perlu dibutuhkan edukasi dan pemahaman sedini mungkin kepada masyarakat untuk teliti dalam memilih dan memaksimalkan manfaat makanan sesuai dengan kebutuhan, sadar untuk tidak membuang-buang makanan.
"Hal tersebut tentunya dimulai dengan mengubah kebiasaan yang sudah ada," ucap Stalino Saerang.
Selain itu, kata pria yang juga menjabat Kabid Hubungan Antar Lembaga Generasi Muda Keluarga Besar FKPPI itu, masyarakat perlu diingatkan kembali mengenai pentingnya memperhatikan nutrisi dalam makanan yang akan dikonsumsi. Seperti pentingnya konsumsi sayur dan buah, tidak hanya untuk memenuhi nutirisi tubuh kita, namun juga untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
(akr)
tulis komentar anda