Konsumsi Mamin Halal Diprediksi Capai USD1,972 Triliun pada 2024
Sabtu, 24 Oktober 2020 - 19:09 WIB
JAKARTA - Pemerintah mencatat industri halal dunia berkembang pesat. Hal ini ditandai dengan konsumsi secara global makanan dan minuman (mamin) halal pada 2018 yang mencapai USD1,369 triliun. Bahkan, diperkirakan mencapai USD1,972 triliun pada 2024.
Meski begitu, untuk meningkatkan pangsa pasar produk halal sekaligus menjadikan Indonesia sebagai pusat produsen halal dunia merupakan hal yang cukup kompleks. Itu karena posisi antara konsumen dan produsen di Indonesia saat ini masih belum seimbang.
Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto mengatakan, jumlah konsumen produk halal di Indonesia berada di peringkat 1 di dunia. Namun, posisi Indonesia sebagai negara produsen produk halal berada di peringkat ke-10.
( )
Oleh karena itu, pemerintah perlu menyusun konsideran ihwal uraian pokok-pokok pikiran yang menjadi latar belakang dari masalah yang saat ini dihadapi.
"Kami menyambut baik diskusi hari ini, di mana para pemangku kepentingan mencari solusi yang terbaik, kami mengidentifikasi berbagai tantangan dan peluang yang perlu menjadi konsideran dalam menyusun strategi untuk peningkatan produk halal Indonesia," ujar Agus dalam Webinar Strategis Nasional bertajuk "Indonesia Menuju Pusat Produsen Halal Dunia", Sabtu (24/11/2020).
Adapun Agus merinci sejumlah tantangan dan peluang Indonesia sebagai produsen halal di dunia. Untuk tantangan, potensi industri halal dalam negeri dinilai belum optimal, belum fokus pada peningkatan ekspor produk halal.
Kemudian, negara dengan penduduk non muslim lebih banyak mengembangkan industri halal, seperti Afrika dan Thailand. Disusul, masih banyak pelaku usaha, khususnya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) belum melakukan sertifikasi halal.
"Indonesia berpeluang menjadi pusat halal global karena memiliki konsumen muslim terbanyak di dunia, namun sayangnya banyak pelaku di Tanah Air, terutama UMKM yang belum melakukan sertifikasi halal. Tadi yang disampaikan Pak Menko Perekonomian (Airlangga), ini merupakan peluang yang sangat besar dengan sertifikasi halal dengan biaya nol persen," kata dia.
Meski begitu, untuk meningkatkan pangsa pasar produk halal sekaligus menjadikan Indonesia sebagai pusat produsen halal dunia merupakan hal yang cukup kompleks. Itu karena posisi antara konsumen dan produsen di Indonesia saat ini masih belum seimbang.
Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto mengatakan, jumlah konsumen produk halal di Indonesia berada di peringkat 1 di dunia. Namun, posisi Indonesia sebagai negara produsen produk halal berada di peringkat ke-10.
( )
Oleh karena itu, pemerintah perlu menyusun konsideran ihwal uraian pokok-pokok pikiran yang menjadi latar belakang dari masalah yang saat ini dihadapi.
"Kami menyambut baik diskusi hari ini, di mana para pemangku kepentingan mencari solusi yang terbaik, kami mengidentifikasi berbagai tantangan dan peluang yang perlu menjadi konsideran dalam menyusun strategi untuk peningkatan produk halal Indonesia," ujar Agus dalam Webinar Strategis Nasional bertajuk "Indonesia Menuju Pusat Produsen Halal Dunia", Sabtu (24/11/2020).
Adapun Agus merinci sejumlah tantangan dan peluang Indonesia sebagai produsen halal di dunia. Untuk tantangan, potensi industri halal dalam negeri dinilai belum optimal, belum fokus pada peningkatan ekspor produk halal.
Kemudian, negara dengan penduduk non muslim lebih banyak mengembangkan industri halal, seperti Afrika dan Thailand. Disusul, masih banyak pelaku usaha, khususnya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) belum melakukan sertifikasi halal.
"Indonesia berpeluang menjadi pusat halal global karena memiliki konsumen muslim terbanyak di dunia, namun sayangnya banyak pelaku di Tanah Air, terutama UMKM yang belum melakukan sertifikasi halal. Tadi yang disampaikan Pak Menko Perekonomian (Airlangga), ini merupakan peluang yang sangat besar dengan sertifikasi halal dengan biaya nol persen," kata dia.
tulis komentar anda