Triwulan III, Pendapatan Operasional Bank Permata Tumbuh 20,4 Persen
Rabu, 28 Oktober 2020 - 13:41 WIB
JAKARTA - PT Bank Permata Tbk pada akhir triwulan III/2020 mencatatkan pertumbuhan pendapatan operasional sebelum pencadangan sebesar Rp2,6 triliun, tumbuh 20,4% (year on year/yoy). Perseroan juga mengklaim kinerja didukung dengan posisi permodalan yang sangat kuat dan likuiditas yang terjaga optimal.
Dengan dukungan Bangkok Bank Public Company Limited (Bangkok Bank) sebagai pemegang saham pengendali yang baru, Bank Permata optimis akan membukukan pertumbuhan bisnis secara berkesinambungan dengan permodalan yang kuat untuk menopang pertumbuhan dan pemulihan kondisi perekonomian di Indonesia pascapandemi.
"Opimisme terhadap kinerja di kuartal III/2020 yang terjaga solid di tengah hantaman krisis keuangan global akibat pandemi merupakan usaha perseroan dalam mempertahankan pembukuan laba usaha, kualitas aset yang tetap terkendali, menjaga likuiditas secara optimal dan posisi permodalan yang sangat kuat," ungkap Direktur Utama Bank Permata Ridha DM Wirakusumah dalam keterangan tertulisnya, Rabu (28/10/2020).
(Baca Juga: PNM, BTN & Bank Permata Syariah Sinergi Perkuat Modal)
Pertumbuhan pendapatan operasional sebelum pencadangan 20,4% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu terutama dikontribusikan baik oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 8,6% dan pendapatan non-bunga sebesar 9,0% (yoy). Pencapaian ini, kata dia, diikuti dengan perbaikan rasio margin bunga bersih (NIM) menjadi 4,4%, meningkat dari 4,2% di periode yang sama tahun lalu.
"Disiplin dalam manajemen biaya operasional yang didukung dengan penerapan teknologi digitalisasi dalam transaksi perbankan telah membantu Bank Permata untuk terus meningkatkan rasio efisiensi yang berkelanjutan. Cost to Income Ratio (CIR) tercatat sebesar 59,8%, membaik secara signifikan dibandingkan posisi tahun lalu sebesar 63,6%," sambungnya.
Perseroan juga melaporkan peningkatan jumlah transaksi digital selama tahun 2020 yang menunjukkan bahwa metode ini telah menjadi pilihan utama nasabah dalam beradaptasi dengan masa new normal. Itu terbukti dengan peningkatan volume transaksi mobile banking sebesar 69% dan API (application programming interface) sebesar 400% di tahun 2020 yang lebih tinggi dibandingkan volume transaksi sepanjang 2019.
Sejalan dengan prinsip kehati-hatian dalam menghadapi dampak Covid-19, lanjut Ridha, sampai dengan triwulan III/2020 ini Bank Permata telah mengalokasikan biaya pencadangan penurunan kualitas aset yang cukup signifikan, yakni sebesar Rp1,86 triliun.
Hal itu dengan memperhitungkan potensi peningkatan kerugian kredit sebagai akibat dari perlambatan pertumbuhan perekonomian yang berdampak pada profil risiko portofolio kredit. Sampai dengan akhir September 2020, sekitar 11,6% dari portofolio kredit yang diberikan mengajukan permohonan restrukturisasi dan relaksasi dimana sebagian besar telah diselesaikan.
Dengan dukungan Bangkok Bank Public Company Limited (Bangkok Bank) sebagai pemegang saham pengendali yang baru, Bank Permata optimis akan membukukan pertumbuhan bisnis secara berkesinambungan dengan permodalan yang kuat untuk menopang pertumbuhan dan pemulihan kondisi perekonomian di Indonesia pascapandemi.
"Opimisme terhadap kinerja di kuartal III/2020 yang terjaga solid di tengah hantaman krisis keuangan global akibat pandemi merupakan usaha perseroan dalam mempertahankan pembukuan laba usaha, kualitas aset yang tetap terkendali, menjaga likuiditas secara optimal dan posisi permodalan yang sangat kuat," ungkap Direktur Utama Bank Permata Ridha DM Wirakusumah dalam keterangan tertulisnya, Rabu (28/10/2020).
(Baca Juga: PNM, BTN & Bank Permata Syariah Sinergi Perkuat Modal)
Pertumbuhan pendapatan operasional sebelum pencadangan 20,4% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu terutama dikontribusikan baik oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 8,6% dan pendapatan non-bunga sebesar 9,0% (yoy). Pencapaian ini, kata dia, diikuti dengan perbaikan rasio margin bunga bersih (NIM) menjadi 4,4%, meningkat dari 4,2% di periode yang sama tahun lalu.
"Disiplin dalam manajemen biaya operasional yang didukung dengan penerapan teknologi digitalisasi dalam transaksi perbankan telah membantu Bank Permata untuk terus meningkatkan rasio efisiensi yang berkelanjutan. Cost to Income Ratio (CIR) tercatat sebesar 59,8%, membaik secara signifikan dibandingkan posisi tahun lalu sebesar 63,6%," sambungnya.
Perseroan juga melaporkan peningkatan jumlah transaksi digital selama tahun 2020 yang menunjukkan bahwa metode ini telah menjadi pilihan utama nasabah dalam beradaptasi dengan masa new normal. Itu terbukti dengan peningkatan volume transaksi mobile banking sebesar 69% dan API (application programming interface) sebesar 400% di tahun 2020 yang lebih tinggi dibandingkan volume transaksi sepanjang 2019.
Sejalan dengan prinsip kehati-hatian dalam menghadapi dampak Covid-19, lanjut Ridha, sampai dengan triwulan III/2020 ini Bank Permata telah mengalokasikan biaya pencadangan penurunan kualitas aset yang cukup signifikan, yakni sebesar Rp1,86 triliun.
Hal itu dengan memperhitungkan potensi peningkatan kerugian kredit sebagai akibat dari perlambatan pertumbuhan perekonomian yang berdampak pada profil risiko portofolio kredit. Sampai dengan akhir September 2020, sekitar 11,6% dari portofolio kredit yang diberikan mengajukan permohonan restrukturisasi dan relaksasi dimana sebagian besar telah diselesaikan.
Lihat Juga :
tulis komentar anda