Persaingan Pusat Belanja Saat Pandemi Akan Kian Sengit
Sabtu, 31 Oktober 2020 - 12:05 WIB
"Persaingan bukan lagi pada produk tenant, dahulu mal yang banyak kulinernya yang ramai. Nanti mal saling berkejaran untuk mengadopsi teknologi yang paling lengkap," ungkapnya. (Baca juga: 5 Hal yang Wajib Dilakukan Jika Terinfeksi Flu)
Investasi tentu tidak murah, mereka yang paling beda dan meyakinkan untuk menjamin adanya CHSE akan dibanggakan, menjadi nilai plus untuk pengunjung datang. Sebut saja teknologi penyaring udara dan air, pembayaran melalui ponsel, dan inovasi lainnya.
Kini yang sudah dilakukan yakni tracking dengan scan barcode. Aplikasi tersebut dapat mengetahui sudah kemana saja kita akan terlihat bila datang dari wilayah zona merah. Sistem tersebut masih harus disempurnakan, nyatanya masih membuat banyak orang tidak nyaman sebab harus mencantumkan email bahkan nomor telepon. Ke depannya platform akan dibuat lebih nyaman bagi semua pihak tanpa harus membagi data pribadi di setiap mal.
Alphonsus, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) mengatakan, mayoritas pengelola mal belum dapat memastikan program akhir tahun karena sangat tergantung dengan kondisi Covid-19 dan juga peraturan pemerintah nanti.
Saat ini APPBI masih fokus pada dua program utama untuk meningkatkan tingkat kunjungan. Pertama, selalu menunjukkan keseriusan dan komitmen dalam pemberlakuan dan penerapan protokol kesehatan. "Protokol harus secara ketat, disiplin dan konsisten. Guna meningkatkan rasa percaya dan keyakinan dari masyarakat bahwa pusat perbelanjaan tempat yang aman dan sehat untuk dikunjungi dan berbelanja," jelasnya.
Kedua ialah program promo belanja sehingga harga produk-produk menjadi lebih terjangkau oleh masyarakat yang daya belinya sedang terpuruk. (Lihat videonya: Viral Pengendara Motor Diduga Bonceng Mayat di Boyolali)
Dia masih berharap, mal bukan hanya untuk berbelanja namun sebagai tempat aktivitas masyarakat. Seperti pameran, nonton konser hingga berkumpul keluarga. Beberapa mal di desain layaknya taman juga ruang nyaman untuk bersantai.
Mengenai teknologi, tidak dapat dipungkiri, setiap mal harus siap untuk mengadopsi teknologi untuk promosi, publikasi, loyalty program, redeem rewards hingga parkir. "Namun untuk belanja tentu masih offline, online hanya untuk katalog atau hal lain. Penjualan tetap langsung bertemu tatap muka antara pembeli dan penjual," ujarnya. (Ananda Nararya)
Investasi tentu tidak murah, mereka yang paling beda dan meyakinkan untuk menjamin adanya CHSE akan dibanggakan, menjadi nilai plus untuk pengunjung datang. Sebut saja teknologi penyaring udara dan air, pembayaran melalui ponsel, dan inovasi lainnya.
Kini yang sudah dilakukan yakni tracking dengan scan barcode. Aplikasi tersebut dapat mengetahui sudah kemana saja kita akan terlihat bila datang dari wilayah zona merah. Sistem tersebut masih harus disempurnakan, nyatanya masih membuat banyak orang tidak nyaman sebab harus mencantumkan email bahkan nomor telepon. Ke depannya platform akan dibuat lebih nyaman bagi semua pihak tanpa harus membagi data pribadi di setiap mal.
Alphonsus, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) mengatakan, mayoritas pengelola mal belum dapat memastikan program akhir tahun karena sangat tergantung dengan kondisi Covid-19 dan juga peraturan pemerintah nanti.
Saat ini APPBI masih fokus pada dua program utama untuk meningkatkan tingkat kunjungan. Pertama, selalu menunjukkan keseriusan dan komitmen dalam pemberlakuan dan penerapan protokol kesehatan. "Protokol harus secara ketat, disiplin dan konsisten. Guna meningkatkan rasa percaya dan keyakinan dari masyarakat bahwa pusat perbelanjaan tempat yang aman dan sehat untuk dikunjungi dan berbelanja," jelasnya.
Kedua ialah program promo belanja sehingga harga produk-produk menjadi lebih terjangkau oleh masyarakat yang daya belinya sedang terpuruk. (Lihat videonya: Viral Pengendara Motor Diduga Bonceng Mayat di Boyolali)
Dia masih berharap, mal bukan hanya untuk berbelanja namun sebagai tempat aktivitas masyarakat. Seperti pameran, nonton konser hingga berkumpul keluarga. Beberapa mal di desain layaknya taman juga ruang nyaman untuk bersantai.
Mengenai teknologi, tidak dapat dipungkiri, setiap mal harus siap untuk mengadopsi teknologi untuk promosi, publikasi, loyalty program, redeem rewards hingga parkir. "Namun untuk belanja tentu masih offline, online hanya untuk katalog atau hal lain. Penjualan tetap langsung bertemu tatap muka antara pembeli dan penjual," ujarnya. (Ananda Nararya)
(ysw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda